1| bagian hidup

585 62 6
                                    

-Without Words-

***
Hari itu aku takut.

***

Angin pantai berhembus kencang membuat rambut pirang milik perempuan bernama Nayeon melambai lambai diacak begitu brutal oleh angin sore. Gadis itu sudah dua jam hanya duduk saja diatas pasir putih yang halus, matanya tak berhenti memandangi lautan biru yang membuatnya tenang, untuk saat ini.

Ahn Nayeon, tidak, mungkin sekarang sudah berganti menjadi Hwang Nayeon karena sudah seminggu yang lalu ia menikahi pria asal Busan yang sebenarnya tidak ia ketahui juga asal usulnya, menjadi korban perjodohan bukan keinginannya, dirinya ingin bebas menikmati dunia yang begitu luas bukan terkurung dalam janji pernikahan. Mengingat sikap sang suami yang begitu buruk padanya membuat perempuan berusia duapuluh satu tahun itu semakin terpuruk, dulu ia pikir dengan menerima perjodohan dan menikah membuatnya terlepas dari peraturan orang tua yang terlalu berlebihan ternyata setelah menikah juga tak jauh beda, ia malah semakin tertekan.

Matahari sudah tenggelam sepenuhnya dan udara sudah mulai semakin dingin membuat Nayeon ingin segera beranjak dari pasir namun begitu berat melangkah, ia ingin tetap disana, kalau bisa ia ingin berenang kelautan terbawa arus hingga terdampar disebuah pulau agar bisa terlepas dari semuanya.

Nayeon dengan berat hati memantapkan langkahnya ke dalam villa, ini sudah malam dan udara semakin dingin.

Saat membuka pintu hal pertama yang ia lihat adalah pria bernama Hwang Jimin yang sedang tersenyum, tentu senyuman itu bukan untuknya tetapi untuk gadis diluar sana yang sedang beruntung menjadi kekasih Jimin—mungkin lebih tepatnya selingkuhan karena Jimin sudah punya istri.

Begitu melihat Nayeon senyum Jimin langsung menghilang, ia juga langsung mematikan sambungan teleponnya.

“darimana saja kau baru pulang.” tanya Jimin datar seolah memang hanya niat basa basi karena ketahuan sedang selingkuh.

“melihat matahari terbenam.”

Nayeon melanjutkan langkah menuju kamarnya dilantai dua, kemudian duduk dipinggiran kasur seraya merenungkan kembali keadaannya saat ini. Dulu sempat Nayeon terpikirkan untuk memberikan hatinya pada Jimin, sebelum menikah sikap Jimin padanya biasa saja, layaknya teman kadang Jimin juga sesekali menggodanya tapi lama kelamaan Nayeon semakin tahu jika itu dilakukan Jimin karena terpaksa, orang tua yang menyuruhnya. Dan setelah menikah sikap Jimin semakin berubah drastis, gaya bicaranya menjadi datar dan cara menatap Jimin pada Nayeon seperti tidak menganggap ia ada disini, itulah yang sekarang Nayeon rasakan.

Tiba tiba pintu kamar terbuka perlahan, menampilkan sosok Jimin yang berdiri di depan pintu. “cepat ganti bajumu, kita akan makan malam diluar.”

“hanya berdua?”

“tidak, bersama satu orang temanku.”

Setelah itu Jimin kembali menutup pintunya meninggalkan Nayeon yang hanya terdiam, selanjutnya gadis itu cepat cepat mengganti bajunya dengan dress putih miliknya yang ia bawa, sedikit merias wajahnya agar tidak terlalu pucat kemudian menghampiri Jimin yang sudah menunggu dibawah.

Nayeon segera masuk kedalam mobil setelah pintu terkunci, ia sedikit menoleh pada Jimin dan menyadari jika mereka mengenakan pakaian dengan warna yang sama, padahal tidak ada pernjanjian sebelumnya, Jimin juga terlihat sedikit terkejut saat menyadarinya namun ia segera melajukan mobilnya menuju restoran yang sudah ia pesan untuk malam ini.

“Jimin”

Jimin sepertinya tidak merespon panggilan dari Nayeon, entah tidak mau merespon atau memang tidak terdengar.

“Jim?”

Jimin hanya menaikan satu alisnya untuk menjawab Nayeon, ia mungkin terlalu malas menggunakan suaranya.

“kenapa kau mau menerima pernikahan ini?”

Nayeon sebenarnya sedikit ragu untuk menanyakan hal ini pada Jimin, namun ia juga ingin tahu kenapa pria disampingnya ini mau menikahinya padahal Jimin bisa saja menolak perjodohan ini dan memberi tahu jika ia sudah punya pacar.

“tidak usah banyak tanya.”

Jawaban Jimin sangat datar, dan itu membuat Nayeon terdiam beberapa saat.

“kalau begitu kenapa kita tidak bercerai saja??”

Mobil yang ditumpangi Nayeon seketika langsung berhenti membuat tubuh Nayeon sedikit terhuyung kedepan. Jimin menoleh pada Nayeon dengan tatapan yang tidak bisa Nayeon artikan kemudian pria itu mencodongkan tubuhnya pada Nayeon sangat dekat, hingga suara nafas mereka saling bertukar.

“dengar ini, sampai kapanpun kau tidak akan pernah lepas dariku, kita tidak akan pernah bercerai.”

jimin menekan kata terakhir yang ia ucapkan, ia sekarang terlihat marah.

“tapi aku sudah tidak kuat Jim.”

Entah mengapa air mata Nayeon keluar begitu saja tanpa kehendak Nayeon, padahal perempuan itu tidak ingin terlihat lemah didepan Jimin.

“hapus air mata mu itu, jangan coba coba menarik perhatianku, dan jangan mengacaukan makan malam kita.”

Jimin segera menjauhkan badannya kemudian melanjutkan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Nayeon diam diam menyeka air matanya dan tangan kanannya memegang erat sabuk pengaman yang terpasang di tubuhnya.

“Jim, kau sangat jahat.”[]

”[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐖𝐢𝐭𝐡𝐨𝐮𝐭 𝐖𝐨𝐫𝐝𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang