-Without Words-
***
Jika kau ingin tahu sebenarnya aku sakit.***
***
Jimin dan Nayeon telah sampai di restoran yang sudah Jimin pesan khusus untuk malam ini, mereka berdua berada di lantai paling atas restoran yang menampilkan pemandangan kota dan laut yang saling berdampingan, dan Nayeon suka.
Jimin menyuruh Nayeon untuk segera duduk, tanpa membantu Nayeon menarikkan kursi, sama sekali tidak romantis pikir Nayeon tapi ia tak peduli lagi pula ia tidak mau menerima perlakuan romantis dari Jimin. Nayeon duduk dihadapan Jimin namun pria itu dengan Segera menyuruhnya untuk duduk di sebelah kanan nya, ia juga baru sadar jika kursi yang disediakan ada tiga, apa mungkin itu untuk teman Jimin?
Jimin menyuruh Nayeon makan terlebih dulu, dan Nayeon hanya mengikuti intruksi Jimin saja, kebetulan dia juga sudah lapar. Banyak sekali makanan yang ada didepan Nayeon tetapi sebagian besar makanan itu membuat Nayeon alergi, Jimin benar benar tidak berniat mengajaknya makan malam.
Nayeon terpaksa memakan makanan yang ada, dan ia hanya makan sayurnya saja beberapa lauk ia singkirkan ke pinggiran piring, karena alergi. Jimin yang memperhatikan itu lantas mengernyitkan dahinya.
“kenapa tidak dimakan?”
Nayeon menoleh pada Jimin yang sedang memperhatikannya.
“sepertinya kau memang tidak niat mengajakku makan malam, semua makanan yang kau pesan itu membuat alergiku kambuh.”
Sebenarnya Nayeon itu menyindir Jimin agar pria itu sadar jika dirinya alergi pada makanan yang Jimin pesan.
“aku memang tidak berniat mengajakmu makan, tadinya aku hanya ingin makan bersama temanku.”
Jawaban Jimin mampu membuat Nayeon sakit hati, jika memang tidak niat ya sudah tidak usah mengajak, rasanya ingin Nayeon marah pada Jimin, lalu perempuan itu menghentikan makannya. Tiba tiba seorang perempuan muncul dengan seorang waiters yang mengantarnya, perempuan itu tersenyum manis pada Jimin dan pria itu membalas senyumnya tak kalah manis.
“oh kau sudah datang ayo duduklah.”
Ucap Jimin dengan ramah tak lupa ia mempersilakan perempuan itu dengan menarikkan kursi untuk didudukinya.
Nayeon yang melihatnya hanya diam, matanya mulai memanas, itu berarti Jimin sedang berselingkuh tepat didepan matanya? Apakah Jimin berniat meminta izin padanya untuk menikahi gadis lain? Atau Jimin ingin menunjukan siapa sebenarnya perempuan yang pria itu cintai.
Nayeon segera berdiri dari duduknya sebelum air matanya keluar ia harus segera pergi, ia sudah merasa tidak punya harga diri, Jimin memang bajingan.
“Jim sepertinya perutku sakit, aku pulang dulu.” Nayeon membawa tas nya kemudian hendak pergi.
“mau kupanggilkan dokter?” tanya Jimin.
“tidak perlu.”
Kemudian Jimin mengeluarkan dompetnya dari saku jasnya dan menarik salah satu black cardnya untuk diberikan pada Nayeon.
“untuk bayar taksi.” Jimin menyodorkan tangannya dihadapan Nayeon.
“tidak perlu, aku sudah bawa uang.”
Nayeon segera pergi dari sana, ia benar benar kesal dengan Jimin. Gadis itu keluar dari restoran dan berjalan menuju halte terdekat untuk duduk, kakinya mulai pegal karena memakai heels tinggi. Angin malam berhembus kencang dan Nayeon lupa membawa jaket, benar benar hari yang sial bagi Nayeon.
Nayeon merogoh tasnya untuk memastikan ia membawa uang, karena terlalu kesal pada Jimin ia jadi bicara asal tadi. Gadis itu mengeluarkan semua isi tasnya untuk mencari selembar uang yang mungkin terselip disana, Nayeon menghembuskan nafas kasar ia tidak menemukan uang sepeserpun, yang ada ditasnya hanya ada ponsel, charger, dan pelembab bibir saja, uang dan yang lainnya ia tinggalkan di villa, dan gadis itu merutuki kebodohannya.
Nayeon membuka sepatunya kemudian ia beranjak dari halte, berjalan seolah tahu jalan pulang padahal ia sedang kebingungan. Sambil sesekali berteriak kesal Nayeon terus berjalan, tak menghiraukan orang orang disekitarnya yang menatapnya bingung. Memikirkan caranya pulang membuat Nayeon frustasi, ingin menelpon Jimin tapi ia sedang benci pria brengsek itu.
“kau butuh ini?”
Seorang pria tinggi dengan bahu yang lebar berjalan disisi Nayeon seraya menyodorkan botol minum membuat gadis itu seketika berhenti.
Nayeon memperhatikan botol minum yang disodorkan padanya, ia bingung.
“ah maaf, namaku Seokjin, Choi Seokjin, dan aku tampan.” pria bernama Seokjin itu memperkenalkan dirinya tak lupa dengan senyuman lebar yang manis serta percaya diri yang tinggi.
Nayeon terkekeh dengan kata kata terakhir yang Seokjin ucapkan, ia sedikit terhibur dengan tingkah konyol pria dihadapannya saat ini.
Nayeon menerima botol minum itu dari tangan Seokjin kemudian menggoyangkannya di depan wajah Seokjin, “namaku Hwang Nayeon, terimakasih untuk air minumnya.” gadis itu tersenyum lebar.
“maaf lagi, sebenarnya tadi aku sudah memperhatikanmu waktu di halte, apa kau sedang kebingungan untuk pulang?” Nayeon menatap Seokjin, ia sedikit takut karena dari tadi ada orang yang memperhatikannya, apalagi saat ini ia sedang dalam kondisi tidak baik, dan ia masih menenteng sepatunya dengan tangan kirinya.
“ya begitulah, aku lupa membawa uang.” Nayeon menunduk malu, ia kini benar benar merutuki dirinya sendiri, semua ini gara gara si Hwang Brengsek Jimin.
“aku juga sama,” gadis itu segera menatap Seokjin, Nayeon mengerutkan dahinya, jadi Sekojin juga sama? Tidak bisa pulang karena tidak membawa uang.
Selajutnya Seokjin terkekeh, pria itu menatap gadis yang tingginya hanya mencapai dadanya.
“tidak, tidak, sebenarnya aku ingin menawarkan jasa antar untukmu. Ini gratis kok.” Nayeon terlihat berpikir keras, sebenarnya ia agak takut jika diantar oleh orang yang baru dikenalnya, apalagi ia sedang tidak di daerah yang dikenalinya.
“Jika kau tidak mau juga tidak apa.” lanjut Seokjin setelah menyadari raut wajah Nayeon.
Dan pada akhirnya Nayeon pasrah menerima ajakan pulang dari Seokjin, jalan kaki pun percuma karena villa yang ia tinggali bersama Jimin jauh. Setelah menyebutkan dimana villa tempat ia tinggal Seokjin segera melaju kesana, pria itu tak mau membuat Nayeon tak nyaman karena berlama lama bersama orang yang tak dikenalinya.
Setelah beberapa lama Seokjin dan Nayeon telah sampai di depan villa, Nayeon segera turun dari mobil dan tak lupa ia mengucapkan terimakasih pada Seokjin, setelah itu Seokjin langsung pergi karena ada sesuatu yang harus dia urus katanya.
Saat Nayeon hendak berjalan ke arah pintu, ternyata disana juga sudah ada Jimin yang sedang bersandar di pintu dengan mata yang tajam menatapnya.
“pulang bersama siapa?” []
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐢𝐭𝐡𝐨𝐮𝐭 𝐖𝐨𝐫𝐝𝐬
Fanfiction[COMPLETE] Terjebak dalam masa lalu memang bukan kemauannya, namun hatinya terlalu naif untuk menjelaskan pada siapa kini hatinya berlabuh. Selama menikah Jimin tak pernah menyampaikan perasaannya dengan baik pada Nayeon, dengan berlaku kasar pada i...