11| Pengganggu

304 56 7
                                    

-Without Words-

***
Terkadang, ada hancur yang tak bisa dijelaskan.”—moon.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Nayeon sungguh sangat bosan di rumah, tak ada yang bisa dilakukannya selain menggunakan fasilitas yang Jimin berikan. Nayeon sebenarnya ingin bekerja, tak apa meskipun hanya menjadi karyawan biasa di café namun Jimin jelas akan menolak mentah mentah permintaannya itu, menurutnya itu akan menurunkan harga dirinya sebagai seorang suami. Mengingat soal Jimin, akhir akhir ini mood Nayeon entah kenapa selalu bagus, setelah Jimin memperlakukannya dengan baik, ini lebih baik meskipun Jimin tidak menyukainya tapi mereka masih bisa berteman.

Pintu aprtemen berbunyi, seseorang tengah memasukan password rumahnya, Jimin sudah pulang. Nayeon menoleh pada Jimin yang barusaja masuk.

“kau ingin mandi? Mau kusiapkan air hangat?” tanya Nayeon berusaha basa basi pada Jimin.

“iya, tapi nanti sekarang aku ingin istirahat dulu sebentar.” Jimin mendudukan dirinya disamping Nayeon, pria itu membuka dua kancing kemejanya karena merasa lehernya tercekik.

“aku lelah, aku sangat lelah sampai rasa rasanya aku mau mati.”

Nayeon hanya melirik Jimin saja, ia berpikir Jimin hanya lelah karena pekerjaannya dan sebagai isteri yang baik Nayeon menyiapkan susu hangat untuk Jimin, itu baik untuk Jimin karena dapat membantunya untuk cepat tidur.

Saat sudah kembali duduk disamping Jimin tiba tiba pria itu membaringkan kepalanya diatas paha Nayeon.

“biarkan seperti ini saja sebentar.” Nayeon mengerti keadaan Jimin, pria itu pasti sangat lelah sekali.

“kau lelah? Kepalamu ingin kupijit?” Jimin mengangguk kemudian membawa kedua tangan Nayeon untuk memijit kepalanya, matanya kini terpejam.

“dulu ketika aku masih kecil, ayah selalu mengusap rambutku hingga aku tertidur, dan sampai sekarang aku masih suka jika rambutku di usap.” Nayeon berbicara random untuk menghilangkan keheningan.

Jimin hanya tersenyum dengan matanya yang masih terpejam.

“aku mendengarkanmu, ayo bercerita lagi.” Jimin kini meraih satu tangan Nayeon untuk digenggamnya dan membiarkan tangan satunya lagi tetap memijit kepalanya.

“aku tidak tahu mau bicara apa lagi Jim, tadi hanya keluar begitu saja dari mulutku.” Nayeon terkekeh kenapa pula ia harus tiba tiba mengingat kebiasaannya itu.

“padahal aku suka mendengar suaramu.” Jimin menaruh tangan Nayeon di pipinya, ini membuat perempuan itu merasakan gugup dan semakin tak tahu apa yang harus ia bicarakan.

𝐖𝐢𝐭𝐡𝐨𝐮𝐭 𝐖𝐨𝐫𝐝𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang