7| Romantis?

364 59 6
                                    

-Without Words-

***
You make me smile every . single . day .

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Rasa rasanya kini Nayeon mempunyai hobi baru, yaitu memandangi wajah suaminya. Pasalnya sudah satu jam terakhir Nayeon menopang dagunya dengan mata yang memperhatikan gerak gerik Jimin dari jarak sedekat ini, tak ada yang ingin Nayeon lakukan seperti memainkan ponsel atau melihat lihat ruangan selagi Jimin sibuk dengan komputernya yang ada jika dirinya melangkah sedikitpun Jimin akan memelototinya dengan tajam membuat nyali Nayeon ciut, perempuan itu juga tidak tahu apa yang membuat Jimin berlaku demikian tetapi wanita itu merasa ia harus memanfaatkan kesempatannya dengan baik selagi Jimin sedang berbaik hati memperlakukannya dengan lembut.

“Jim, boleh aku bertanya?”

“kau tidak perlu bertanya untuk menanyakan pertanyaanmu.”

kenapa harus menjawab dengan kata berbelit belit, padahal tinggal bilang iya atau tidak’ batin Nayeon namun ia kembali pada pertanyaannya.

“sebenarnya, kau bekerja sebagai apa?”

Jimin terlihat mengerutkan keningnya, dirinya baru tersadar jika selama mereka tinggal Bersama dan menikah Jimin tidak pernah mengobrol apapun tentangnya pada Nayeon, atau mencari tahu sesuatu tentang teman serumahnya, selama ini mereka hanya tinggal Bersama tanpa obrolan yang membuat mereka tidak canggung. Jimin terlalu fokus pada kekesalannya tentang pernikahan ini, disaat ia bisa mengambil keuntungan dari pernikahan ini sebanyak banyaknya.

“pemimpin tertinggi di perusahaanku.” Jimin berkata dengan senyum yang bahkan terlihat samar, sedikit bangga dengan apa yang di ucapkannya.

“itu berarti kau CEO?” tanya Nayeon spontan.

“ya, itu bahasa kerennya.” Jawab Jimin dengan mata yang masih fokus ke depan pada komputer dengan logo apel menyala dibelakangnya.

“apa kau berniat akan memeras hartaku?” kali ini Jimin yang bertanya, bukan pertanyaan serius ia hanya main main saja namun Nayeon tak menganggapnya demikian.

“serius? Kau menganggapku perempuan seperti itu? Bahkan jika aku menikahi petani pun aku bisa menerima itu, tentunya jika saling mencintai dan percaya satu sama lain.” Nayeon menjawab dengan menggebu tak terima dengan pertanyaan Jimin.

“kau marah?” Jimin terkekeh kecil, bahkan perkataanya tidak menyiratkan pertanyaan lebih seperti pernyataan. Nayeon tak menjawab, perempuan itu malah menggeser sedikit duduknya agar menjauh dari Jimin dengan bibir mengerucut.

“marahmu itu tidak menakutkan.” Jimin tersenyum miring seraya ikut menggeser tubuhnya mendekat pada Nayeon, kini komputer dihadapannya tak lagi menarik perhatiannya karena gadis disampingnya telah mencuri perhatiannya. Jimin berpikir sikap Nayeon malah menggemaskan seperti anak SD yang sedang merajuk.

𝐖𝐢𝐭𝐡𝐨𝐮𝐭 𝐖𝐨𝐫𝐝𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang