Pergi

392 49 3
                                    

Sepasang lelaki dan perempuan sedang duduk berhadapan di salah satu cafe. Sang perempuan hanya menundukkan kepalanya seraya menggenggam segelas hot chocolate kesukaannya. Sedangkan sang lelaki fokus menatap gerak-gerik perempuan di depannya. Tak ada yang berbicara, hanya ada musik dari cafe yang terdengar saat ini.

Tak ingin keheningan ini berlanjut sang lelaki membuka pembicaraan,
"Yewon"
"Kenapa minumannya tak diminum? Apa tidak enak? Ini kan minuman kesukaanmu"

Yewon. Perempuan itu akhirnya mendongakkan kepalanya dan bersuara, "Kenapa kau mengajakku bertemu disini?"

"Aku merindukanmu."

Yewon tak menyangka mudah sekali rasanya kata itu keluar dari mulut lelaki yang ada di hadapannya ini.

"Merindukanku?" katanya dengan nada sedikit mengejek.

"Iya. Aku merindukanmu."

Merasa tak percaya dengan jawaban dari lelaki itu membuat Yewon kembali bersuara, "Untuk apa merindukanku disaat kau punya kekasih yang sempurna?" ujar Yewon dengan memberikan penekankan pada kata sempurna.

Lelaki itu membisu tak bisa menjawab Yewon.

"Tak bisa menjawab pertanyaanku?" Yewon bertanya lagi.

"Yewon sungguh aku merindukanmu. Aku rindu semua tentang dirimu. Aku bahkan selalu menunggu namamu muncul di notifikasi pesanku. Aku terbiasa dengan itu semua dan sekarang semua itu hilang."

"Dan semua itu hilang karena ulahmu sendiri"
"Jangan bertindak seolah kau yang menderita disini" jawab Yewon.

"Aku tak bermaksud begitu, sungguh. Aku tahu aku salah. Tapi kau juga harus tahu kalau perasaanku untukmu selalu ada walau sekarang ada perempuan lain di hidupku. Aku sadar aku salah mengartikan perasaan yang ku punya untuk Jieun."

"Aku hanya kagum dengan fisik Jieun sedangkan rasa yang ku punya untukmu lebih dari itu. Aku mencintaimu."

"Hentikan omong kosongmu Namjoon! Semua sudah tak ada artinya sekarang" teriak Yewon.

"Tidak! Semua masih berarti untukku. Rasa ini masih sama seperti dulu saat kita pertama kali bertemu."

Sepertinya lelaki itu, Namjoon tak ingin menyerah begitu saja. Ia tetap memberikan sanggahan untuk Yewon.

Namjoon menambahkan penjelasannya lagi, "Kau harus tahu betapa tersiksanya aku saat tak ada di sampingmu. Kau juga harus tahu rasa sakit saat melihatmu pergi bersama lelaki lain. Aku tak bisa mel~"

"STOP NAMJOON! AKU TAK MAU MENDENGARNYA LAGI!"

Perkataan Namjoon harus terpotong oleh Yewon yang sudah geram dengan lelaki itu. Bagaimana bisa ia sekarang muncul lagi di depannya dan mengatakan kalau ia masih mencintai Yewon disaat ia memiliki perempuan lain.

Perempuan yang saat itu ia pilih dibanding Yewon. Perempuan yang ia bilang sebagai pacar idealnya. Perempuan yang ia anggap sempurna.

Ia sudah muak dengan semua tingkah Namjoon. Cukup sekali ia merasakan pahit menjalin cinta dengan Namjoon.

Yewon mencoba menenangkan dirinya, "Namjoon aku benar-benar sudah tak peduli dengan semua itu" kata Yewon pelan namun sarkas

"Yewon, kenapa kau sekarang bersikap seperti ini?"

"Lalu menurutmu aku harus bersikap seperti apa? Menyambutmu dengan peluk hangat? Iya? Setelah semua yang kau lakukan? Konyol sekali"

Yewon yang benar-benar geram dengan lelaki di depannya ini langsung berdiri dan mengambil tasnya untuk pergi dari cafe itu.

Namun sebelum pergi ia mengucapkan beberapa kalimat untuk mantan kekasihnya itu.

"Maaf aku bukan lagi mainan yang bisa kau mainkan semaumu. Mainan yang akan kau buang jika sudah merasa bosan. Sudah cukup saat itu kau memainkan perasaanku."

"Kau tak bisa datang dan pergi semaumu. Kalau kau pikir pintuku akan selalu terbuka untukmu. Kau salah. Pintuku sudah ku kunci untukmu. Jadi lebih baik kembali pada orang yang masih membukakan pintu untukmu."

"Aku pamit. Selamat Tinggal"

Setelah itu Yewon keluar dari cafe meninggalkan Namjoon dan segala kenangan yang dulu pernah ada bersamanya. Ia tak ingin dipermainkan lagi oleh pria yang saat ini hanya menundukkan kepalanya karena menyesali segala perbuatan yang pernah ia lakukan pada Yewon.

***

Namjoon oh Namjoon. Ninggalin Yewon demi perempuan lain. Nyesel kan kamu sekarang? Lol.
Oh ya sorry juga nih ceritanya pendek gini. Lagi gak mood buat yang sampe ribuan kata gitu.

Thank you for reading my story

Don't forget to vote and leave a comment if you enjoy this story.

Umji StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang