Seorang perempuan sedang berada di rooftop gedung berlantai 31 dan menatap lurus ke arah depan tanpa berkedip. Ia perhatikan pemandangan yang ada di sekelilingnya.
Dapat ia lihat gedung-gedung tinggi pencakar langit berjejer rapih dan bersanding dengan langit jingga di atasnya.
Kemudian ia pejamkan kedua mata indahnya. Dapat ia rasakan semilir angin yang menyapa kulit wajahnya. Tak jarang rambut yang ia biarkan terurai ikut tersapu oleh angin. Namun hal itu tak mengganggunya sama sekali. Ia masih setia memejamkan matanya.
Seketika semua rekaman kejadian masa lalu kembali terulang. Membuka luka lama yang sudah ia coba kubur dalam-dalam.
Terputar kembali ingatan saat dulu banyak orang mengejeknya. Ia masih ingat betul rasanya dipermalukan di depan umum oleh orang yang ia sebut sebagai teman.
Ia masih ingat persis bagaimana sesaknya saat ia harus mendengarkan perkataan buruk tentang dirinya.
Ia juga masih ingat bagaimana orang-orang menjauhinya tanpa alasan yang jelas.
Ia tak merasa berbuat salah pada mereka namun orang-orang itu tetap berbuat buruk padanya.
Tak terasa air mata jatuh basahi pipi. Ia tak menyangka kalau ia masih tidak baik-baik saja. Ia pikir semua sudah pulih. Namun ia salah.
Ia masih terbayang akan kejadian itu, terlebih saat ia harus bertemu kembali dengan orang yang memperlakukannya dengan buruk.
Ia benci saat seperti ini. Ia benci saat tak bisa mengontrol emosi. Ia benci harus kembali menangis. Ia benci dengan dirinya sendiri.
"Aku sudah tak bisa menghadapi ini semua." Katanya dengan derai air mata.
"Aku ingin mengakhiri semuanya. Masalahku dan juga diriku." Ucapnya lagi masih dengan isakan tangis.
Ia melangkah maju menuju batas tembok. Langkah demi langkah ia ambil sampai akhirnya tiba di ujung sana.
Saat menundukkan kepala, dapat ia lihat kendaraan yang berlalu-lalang di bawah sana. Ramai sekali. Tapi kenapa hatinya selalu sepi? Apa tak ada yang mau mencoba mengerti?
Dengan gemetar ia coba naiki tembok pembatas itu. Ia ingin ini semua berakhir. Sudah cukup semua air mata yang ia keluarkan untuk mereka.
Percobaan pertamanya gagal karena seluruh badannya gemetar hebat.
Percobaan kedua pun ia lakukan, dan berhasil. Ia berhasil duduk di tembok itu.
Masih dengan gemetar hebat di sekujur tubuh, ia luruskan pandangannya. Ia nikmati pemandangan yang mungkin tak dapat ia lihat lagi. Mungkin ini kesempatan terakhirnya untuk melihat pemandangan ini.
Setelah puas menikmati pemandangan di depannya, ia memutuskan bahwa ini waktu yang tepat untuk mengakhirinya.
Ia mencoba berdiri dari duduknya dan bersiap untuk melompat.
Ia pejamkan mata dan mengucapkan kata perpisahan pada dunia.
"Selamat tinggal dunia. Ini saatnya aku pergi. Terima kasih untuk semua masalah yang kau beri padaku, tapi maaf aku tak bisa menyelesaikan semua masalah itu. I give up."
Sesaat ia menyelesaikan ucapan perpisahannya, ia siap untuk melompat. Namun belum sempat ia melompat ada sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya dan menarik tubuhnya sehingga ia terjatuh menimpa tubuh orang itu.
"Apa kau sudah gila hah?"
"Jangan coba-coba untuk membunuh dirimu sendiri, Yewon." Ucap orang itu yang ternyata seorang pria.