Flashback seminggu lalu:
Taehyung ketara sekali sedang gelisah, ia sudah berguling kesana-kemari sembari memegang ponselnya. Ia kini berada di salah satu hotel di Taiwan. Sudah beberapa hari ini dia ditugaskan kantor ayahnya untuk menangani beberapa proyek di sini.
Seorang lelaki lain yang baru saja keluar dari kamar mandi menatap Taehyung dengan heran, 'Apa yang terjadi padanya?' batin Jimin heran melihat temannya itu gelisah.
Jimin memang teman baik Taehyung. namun di lain hal, ia juga bekerja di perusahaan ayah lelaki Kim itu sebagai sekretaris Taehyung yang ditempatkan sebagai direktur.
Dengan mengusap rambut basahnya dengan handuk, Jimin duduk di sisi ranjang dan terus memperhatikan temannya tersebut. Taehyung tak bergeming karena ia tak sadar. Entahlah apa yang ada di pikiran lelaki itu.
Jimin mengerutkan alisnya sedikit, ia melihat Taehyung lebih seksama. Hingga matanya menangkap sesuatu yang Jimin rasa berpotensi membuat Taehyung menjadi begini. Dengan cepat, ia menyambar ponsel yang ada di tangan temannya itu. Dan langsung saja berdiri menjauh agar Taehyung tak mudah merebut ponselnya kembali.
"Hei, apa yang kau lakukan?!"
"Sebentar." ucap Jimin sibuk pada ponsel Taehyung yang ada di tangannya.
Kim Jisoo
Hari ini.
22.31
Kim Jisoo: Tae, apa hari ini kau pulang?Jimin baru akan mengetik untuk membalas pesan beberapa menit yang lalu itu, namun Taehyung lebih dulu merebut ponselnya.
"Jangan berani kau!"
Bukannya takut, Jimin malah terkekeh oleh bentakan Taehyung. Jika menurut Jisoo bentakan Taehyung adalah ancaman baginya, lain bagi Jimin. Bentakan Taehyung adalah suatu hal kekanakan yang dilakukan pria itu. Jika diladeni serius Taehyung malah akan marah betulan. Namun jika dipermainkan sedikit, bentakan itu bisa terlihat seperti bentakan anak kecil.
"Ada apa, Tae? Bukannya kau merindukannya?"
Taehyung tak membalas, ia sibuk melihat ponselnya. Syukurlah Jimin tak mengirim apapun pada Jisoo. Bisa rusak harga dirinya!
"Padahal aku ingin menumpang untuk mengatakan aku merindukannya. Kau tahu, aku benar-benar bodoh kelupaan meminta nomor ponselnya."
Taehyung menatap Jimin datar untuk itu. Rahangnya sedikit tampak mengeras.
Jimin terkekeh geli untuk tatapan Taehyung, "Hahaha, ayolah Tae, aku hanya bercanda. Tak perlu memberi tatapan membunuh begitu jika kau cemburu."
"Aku tak cemburu!" bantah cepat Taehyung.
"Benarkah?" Jimin masih ingin menggoda, ia bertanya dengan raut yang dibuatnya benar-benar polos.
"Ah, baguslah.. berati aku bisa melakukan pendekatan lebih padanya." riang Jimin menatap ke atas seraya berkhayal.
Taehyung tak bergeming lagi, ia tak peduli! Lebih tepatnya, berusaha tak terpancing.
"Boleh kan, Tae?" tanya Jimin sok polos lagi, "karena sungguh, aku melihatnya sangat cantik pertama kali bertemu di hari pernikahan kalian. Sebenarnya aku sudah menaruh hati saat itu, namun aku sadar dia adalah istrimu. Tapi setelah tahu kau tak mencintainya, entah aku harus senang atau prihatin akan hal itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIR (√)
Romance❀Sepenggal kalimat-kalimat sedehana untuk selesai membawa dendam yang begitu kental. Kesakitan, tangisan, rasa perih. Hanya itu yang manjur mengobati luka lama. Kenapa sangat sulit untuk bersatu bagi dua orang yang saling mencintai?❀ Quotes: ❝Jika...