Secarik cahaya pagi menyapa, kedua insan nan tengah terlelap khusuk di ranjang kian terganggu. Cahaya mentari dengan seenaknya menerawang kelopak mata, memaksa benda tertutup tersebut untuk kian terbuka, dan menyaksikan apa yang ada di dunia hari ini.
"Eugh.." Jisoo duluan yang bergerak, ia merasa sesuatu nan hangat sedang mendekapnya.
Saat dilihat ke samping, barulah ia sadar jika sang suami yang memeluk erat tubuhnya. Tangan besar yang bersarang di atas lengannya kian di geser ke bawah, setelahnya ia gunakan sebelah tangan pula untuk mengelus rahang kokoh itu.
"Tae?" sahutan pertama dilayangkan. Namun tak ada sahutan dari yang digubris.
"Tae, bangunlah.. kau tak berangkat kerja? Kau bisa terlambat."
"Eummm.." leguhan itu berasal dari Taehyung, kepalanya sedikit bergerak dan mencari posisi bersembunyi di celah leher Jisoo, untuk menetralisir gangguan sinar mentari di mata.
Wanita itu tersenyum menggeleng, setelahnya ia menjauhkan tubuh sedikit dari sang suami. Semakin keenakan, semakin pelik untuk lelaki ini membuka mata. "Taehyung, bagunlah, kau akan terlambat jika lebih lama lagi."
Taehyung masih belum bergeming, entah kenapa ia ingin selalu mendekap hangat tubuh ini, sesuatu aneh semacam takut kehilangan kian membuat hatinya tersiksa.
Jisoo akhirnya membiarkan saja, mungkin Taehyung kelelahan. Setelahnya ia bawa pikiran menerawang, mencoba mengingat kejadian semalam.
Dahi Jisoo berkerut, ia tak dapat mengingat dengan baik kenapa ia sudah di ranjang saja. Padahal seingatnya semalam, mereka sedang foto keluarga. Dan.... ia tak ingat lagi.
"Hhkk!"
Jisoo spontan menutup mulutnya, kebiasaannya pagi-pagi kian dirasakan lagi pagi ini, dengan cepat-cepat bergesas, ia menghambur masuk ke kamar mandi.
"Hueek..."
Ritual biasa yang Jisoo alami setiap paginya, yakni memuntahkan seluruh isi perut. Ia memegang bibir wastafel untuk menahan bobot tubuhnya.
Setelah dirasa semuanya keluar, dengan wajah pucatnya, Jisoo menghadap ke cermin wastafel. Ia mengelap di sekitaran bibir yang masih ada berkas lendir muntahan. Ia menghela nafas, Jisoo sadar, semakin lama, ia semakin terlihat menyedihkan dengan tulang pipi yang sudah begitu menonjol, menandakan jika ia kehilangan begitu banyak bobot badan. Tak sampai di situ, kelopak matanya kian terlihat sayu, padahal ia sudah jarang menangis akhir-akhir ini.
Selang beberapa detik, saat ia masih mengamati wajahnya di cermin, tiba-tiba saja kepalanya berkunang, ia mengerjap beberapa kali untuk menetralisir rasa pusing ini. Kakinya pun terasa ikut lemas, bersusah payah Jisoo menahan bobot badan agar tak jatuh dengan memegang bibir wastafel.
Saat tubuhnya akan merosot ke bawah, sosok hangat memeluknya dari belakang. Menahan pergerakan tubuh Jisoo yang nyaris jatuh.
"Hei? Kau kenapa?"
Tak mampu membalas pertanyaan Taehyung, mata Jisoo kian terpejam. Rasa pusing yang dideritanya mengalahkan kesadaran wanita itu.
***
Tubuh lemah Jisoo sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Matanya masih setia terpejam, wajah dan bibirnya amat pucat, selang infus dan oksigen juga sudah dipasang saat ditangani tadi.
Dara yang tadinya menangis masih terisak sedikit ditenangi Sooyoung. Sedangkan Siwon dan Changwook masih berada di depan pintu ruangan melihat dokter yang memeriksa keadaan Jisoo di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIR (√)
Romance❀Sepenggal kalimat-kalimat sedehana untuk selesai membawa dendam yang begitu kental. Kesakitan, tangisan, rasa perih. Hanya itu yang manjur mengobati luka lama. Kenapa sangat sulit untuk bersatu bagi dua orang yang saling mencintai?❀ Quotes: ❝Jika...