Ternyata selama ini aku masih sangat mengharapkanmu. Tak pernah sedikit pun tak ku ingat tawamu dahulu. Ketika kita bersama tertawa bahagia.
Kamu orang pertama yang ku anggap sebagai pelindungku sosok yang menemani aku ketika sepi mulai menggelayut. Ketika bersamamu semua terlihat lebih sederhana hingga akhirnya kamu menjauh
Tak pernah ku mengerti apa yang membuatmu pergi.Aku tak merasa memiliki salah apapun kepadamu. Sebelumnya kita masih tertawa. Entah alasan apa yang membuatmu menganggapku orang asing.
Masih ku ingat jelas dalam memoriku ketika dulu orang tuamu pergi dan kamu ketakutan dirumah sendiri kamu menemui dan memintaku menemanimu, lalu aku yang saat itu juga ketakutan terus menggenggam sejumput ujung kaosmu.
Sedekat itu kita dulu dan kamu pergi begitu saja. Aku diam karena ku pikir itu hanya sementara. Ternyata tidak, kamu menganggapku asing ketika dulu bahkan tak ada jarak antara kita. Aku selalu berdoa kepada Tuhan agar kamu kembali. Namun Tuhan seakan tak mengijinkan aku bersamamu lagi.
Kamu tau rasanya dipaksa untuk bernapas dalam air. begitu yang kurasakan ketika dipaksa hidup tanpa ada sedikit titik kehadiranmu dihidupku lagi. Sesak.
Tiba-tiba berita mengejutkan datang. Kamu akan menikah oh apa lagi ini? tak cukup aku menanggung rasa ini sendiri kamu pun menambahkan garam. Siapa wanita itu? Sebenarnya dulu kamu anggap aku apa?
Aku tak meminta lebih hanya ingin hadirku terasa dihidupmu tapi nyatanya kamu memang bukan milikku. Dan aku hanya diam.
***
Nanar Ziana memandangi undangan pernikahan yang kini ia genggam. Nama pemuda itu kini bersanding dengan nama perempuan lain. Sakit di hatinya tidak tergambarkan.
Sebenarnya gadis itu telah lama mendengar jika pemuda itu akan menikah namun tak ia sangka jika pernikahan mereka akan berlangsung begitu cepat. Hanya selang setaun dari kelulusannya.
Namun ada hak apa Ziana menghalangi suatu niat baik. Siapa dia hingga berani mengatur hidup orang lain. Terlebih hidup seorang Hafidz Arrahman.
***
"Ya Allah jika memang dia bukan lah jodohku maka hapuskanlah rasa ini padanya. Rasa ini terlalu sakit untuk kutanggung. kini dia telah memiliki tambatan hatinya. Aku pun ingin terlepas dari belenggu rasa ini.
Tak ada yang lebih ku inginkan dari kebahagiaannya dan jika dia yang kau pilih untuk mendampinginya maka berikanlah kebahagiaan bagi mereka meski hati hamba memberontak. Hamba yakin tak kan kau biarkan hambamu terluka atas sebuah rasa yang kau janjikan sebagai anugerah. Amin."
Ziana rindu sosoknya. Sosok yang selalu menemani ketika kecil dulu. Sosok yang setia bersamanya ketika tangis datang menghampiri. Sosok yang dicari ketika Umi memarahi Ziana kecil. Gadis itu menangis tersedu. Bayangan kebersamaan masa kecil mereka terulang bagai kaset rusak.
Hafidz Arrahman seorang pemuda tampan. Dia tampan bukan hanya perihal rupa melainkan akhlahnya pun tak kalah. Dia selalu mendapatkan beasiswa dari mulai SD hingga Perguruan Tinggi. Memang pemuda itu bukan dari keluarga kaya, namun sosoknya melebihi materi yang dia miliki.
Setiap orang tua mendambakan ia sebagai anak dan para gadis mendambakan ia sebagai masa depan. Begitupun Ziana. Sang teman masa kecil.
Dulu Hafidz tinggal tepat disamping rumahnya. Dulu mereka selalu bersama. Dulu mereka tak pernah terpisah. Namun itu dulu. Dulu yang terasa begitu jauh dari genggaman.
YOU ARE READING
About You (Short Story. Completed)
RomanceKamu.. setitik asa yang ku ucap dalam doa.. Kamu.. setitik harap yang selalu kujuangkan dalam diam.. Kamu.. setitik mimpi yang setia kugenggam.. Kamu... yang selamanya hanya angan.. 💔💔💔 Ziana yang tengah belajar mengikhlaskan seseorang yang telah...