"Dek ikut kakak yuk."
"Kemana?"
"Udah ikut aja."
Hamparan padang rumput begitu memukau Ziana kecil. Mata hitam legam itu berbinar polos menatap sang kakak.
"Indah banget kak."
"Iya dong. Kamu suka nggak dek?"
"Suka. Suka banget." Ziana kecil begitu bahagia. Ia berlari mengelilingi hamparan rumput luas. Menarik sang kakak untuk mengejarnya.
Tawa mereka bersahut-sahutan. Hingga akhirnya pemuda cilik yang dipanggil kakak oleh Ziana berhasil menangkapnya membuat dua anak manusia itu berguling dihamparan rumput. Untung saja rumput disana tidak berduri atau mereka akan terluka nantinya.
"Kamu tau dek," jeda sejenak. Lelaki cilik itu menatap Ziana. "Kakak menyayangi kamu. Sangat. Kakak nggak mau lihat kamu sakit atau sedih."
Polos Ziana menatap sang kakak. "Aku juga sayang banget sama kakak. Janji jangan tinggalin Zi ya kak. Ziana sayang kak Hafidz."
***
"Kamu kenal Rosyid Zi?"
"Putranya Pak Imran ya. Kenal umi kenapa?"
"Katanya kemarin dia baru wisuda lho Zi. Dan kamu tahu sekarang dia menjadi asisten dosen di Universitas itu."
Ziana manggut-manggut mendengar ucapan umi salma yang terlewat semangat.
"Dia itu udah cakep, pinter, dosen lagi, anak orang kaya pula. Kamu tahu enggak Zi dia udah punya pacar belum?"
"Mana Zi tau Umi. Ziana kan hanya sebatas kenal. Enggak deket juga."
"Kenapa enggak dideketin Zi. Umi setuju kok kalo kamu sama dia."
Ziana tersedak.
"Astaugfirullah Umi. Ziana gak mau mikir itu dulu. Ziana mau fokus sama kuliah Zi."
"Tapi sampai kapan Zi. Kamu ini udah cukup umur lho. Temen-temenmu juga banyak yang udah nikah."
"Itu kan temen Zi umi. Bukan Zi. Bagi Zi pernikahan itu harus siap segalanya bukan hanya ada calon tapi juga sudah siap mental dan pikiran."
"Tapi Zi ...."
"Udah ya umi. Ziana mau ke kamar dulu, banyak tugas."
Umi Salma mengangguk. Ia hanya dapat bernapas lelah menghadapi putrinya. Bukan ingin memaksa namun sebagai seorang ibu ia hanya ingin yang terbaik bagi putrinya. Karena tidak ada ibu yang ingin menjerumuskan anaknya. Namun tidak semua anak memahaminya.
***
Aku tahu maksud umi baik. Tapi aku belum siap untuk menyerahkan hatiku kepada seseorang. Aku belum siap untuk menerima orang lain dalam hidupku. Tidak ketika hatiku telah kuserahkan sepenuhnya kepada dia.
Aku tau aku salah. Aku bodoh. Aku mencintai orang yang jelas tidak mencintaiku. Aku mencintai kekasih orang lain. Mencintai dia yang tidak pernah menatapku bahkan menganggap aku ada pun, aku sangsi.
Namun aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Rasa kagumku kepadanya berkembang. Dulu aku hanya menggangapnya sebatas kakak. Menganggap ia sebatas sahabat. Orang yang selalu menemani Ziana kecil.
YOU ARE READING
About You (Short Story. Completed)
RomanceKamu.. setitik asa yang ku ucap dalam doa.. Kamu.. setitik harap yang selalu kujuangkan dalam diam.. Kamu.. setitik mimpi yang setia kugenggam.. Kamu... yang selamanya hanya angan.. 💔💔💔 Ziana yang tengah belajar mengikhlaskan seseorang yang telah...