"Zi, tolong antarkan kue untuk Bu Fatimah."
Dan di sinilah Ziana. Berdiri memandangi rumah bercat biru itu dengan sendu. Tangannya membawa kue pesanan sang umi dengan sedikit gemetar.
"Bismillah," ucapnya menguatkan hati.
"Assalamualaikum," ucap Ziana sembari mengetuk pintu pelan.
Setelah tiga kali ketukan pintu itu terbuka menampilkan Rahma yang tersenyum lebar mengetahui siapa yang berkunjung.
"Waalaikumsalam. Masuk Zi."
Sungguh Ziana ingin menolak mengingat pasti Hafidz ada di dalam bersama istrinya, namun Ziana sungkan untuk menolak ajakan Rahma.
"Duduk Zi. Mau minum apa?"
"Enggak usah repot kak. Ziana cuma mau nganterin kue dari umi."
"Aduh makasih Zi. Malah ngerepotin pake dibawain kue segala lagi."
"Enggak repot kak. Kayak sama siapa aja nih kakak."
"Ah kamu Zi. Kakak panggilin Hafidz dulu ya." Ziana tersentak. "Hafidz!" teriak Rahma memanggil adiknya.
"Iya." Seorang pemuda memasuki ruang tamu. Dada Ziana serasa diremas kala sekarang sudah ada perempuan yang berjalan bersama Hafidz di sampingnya.
"Ziana bawain kue buat kita. oh iya Fina kenalin ini Ziana anaknya tante Salma. masih saudara juga sama kita."
"Syafina."
"Ziana." Ziana membalas jabat tangan itu dengan senyum lebar. "Zi pamit ya kak. Masih ada urusan."
"Kok buru buru Zi. Gak mau main dulu?"
"Enggak deh kak." Ziana tersenyum. Ia harus segera pergi atau dia akan menangis sebentar lagi.
"Ya udah deh. Salam buat tante, Zi."
"Iya. Mari kak." sekilas Ziana menatap Hafidz yang juga tengah menatapnya. Namun hanya sekilas karena Hafidz segera mengalihkan pandangan kepada istrinya.
Keluar dari rumah Hafidz, Ziana menyusuri halaman rumah dengan hening. Sakit ternyata melihat orang yang dicintai bersama perempuan lain. Ternyata Ziana masih harus belajar kata ikhlas.
Air mata itu masih sering menetes dengan sendirinya. Diusapnya air mata yang membasahi pipi. Ziana sadar kini ia harus berjuang menghapus perasaannya jika tidak ingin bertambah sakit.
Di kejauhan Rosyid melihat Ziana yang mengusap air mata setelah keluar dari rumah Hafidz. Niat hati ingin berkunjung ke rumah sahabatnya itu, namun melihat Ziana yang menangis membuat Rosyid mengurungkan niat untuk keluar dari mobil. Dan memilih memperhatikannya dari jauh.
"Sebenarnya ada apa antara Ziana dengan Hafidz?"
***
Minggu pagi Ziana sudah sibuk berkutat di dapur. Weekend kali ini Ziana sebagai putri bungsu bertugas untuk menyiapkan sarapan.
Ziana sibuk mengiris bawang. Memotong cabai dan menghaluskan bumbu nasi goreng ketika ibunya menghampiri Ziana.
"Kamu sama nak Rosyid bagaimana?"
"Bagaimana apanya Umi?"
"Ya gitu," jawab Umi Salma sembari membantu Ziana menyiapkan piring. "Dia baik lho Zi. Umi pasti seneng kalo dia bisa jadi mantu."
YOU ARE READING
About You (Short Story. Completed)
RomanceKamu.. setitik asa yang ku ucap dalam doa.. Kamu.. setitik harap yang selalu kujuangkan dalam diam.. Kamu.. setitik mimpi yang setia kugenggam.. Kamu... yang selamanya hanya angan.. 💔💔💔 Ziana yang tengah belajar mengikhlaskan seseorang yang telah...