Kadang kita lupa jika bahagia itu sederhana. Hanya butuh penerimaan atas takdir, keikhlasan menjalaninya dan berserah diri pada Sang Pencipta.
Ziana Adinda
💞💞💞
Terkadang ada hal yang memang lebih baik tersembunyi. Ada hal yang lebih baik tetap menjadi misteri. Karena meski hal tersebut dibicarakan mungkin saja menjadi luka.
Hafidz tengah termenung di beranda rumahnya. Pagi tadi ia memutuskan pulang. Ia rindu ibunya, rindu suasana rumah. Sayang, Fina tak ikut serta. Wanita itu berdalih menghadiri kajian beserta teman-temannya. Tak disangka, perbincangan malam itu berefek besar bagi rumah tangga mereka.
Syafina lebih banyak diam meski tetap menjalankan tugas sebagai istri seperti seharusnya. Namun, dibalik itu ia sadar sang istri tengah memberinya ruang. Kesempatan yang diminta.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Loh Syid. Ada angin apa ini. Waduh masuk-masuk."
"Dapet kabar dari kak Rahma katanya lo di rumah. Ya udah sekalian aja. Lama kan kita enggak ketemu."
Hafid tertawa renyah. "Ceritanya kangen nih."
"Alhamdulillah gua normal." Tawa renyah Hafidz membahana.
"Gimana kerjaan? Minum dulu nih."
"Alhamdulillah tuan rumahnya masih inget ngasih minum. Baik alhamdulillah. Tumben rumah sepi?"
"Gue tuan rumah yang baik, asal lo tau. Kak Rahma sama Umi lagi ke pasar."
Rosyid mengangguk. Pantas saja tak ditemui si kecil Tifa dari tadi. Biasanya gadis kecil itu akan berisik jika melihanya.
"Loh Fina enggak ikut?"
Hafidz terdiam. Sejenak memikirkan tentang istrinya. "Lagi kajian dia."
"Subhanaallah isteri sholehah."
"Bisa aja. Makanya nyusul gih biar bisa punya isteri sholehah juga."
"Do'akan ya." Hafidz tertegun. Sejenak terdiam. Niat hati ingin bercanda namun yang dirasakan justru seperti ada yang retak di dalam sana.
Rosyid mengamati perubahan mimik wajah Hafidz. Ada kecewa dan sakit dalam sorot mata sendu itu.
"Amin. Cepatlah di resmikan kalo gitu. Diambil orang tau rasa lo."
"Pengennya gitu. Makanya bantuinlah."
"Bantuin gimana?" Pemuda itu mengernyit bingung.
"Lepasin hatinya jika lo memang tidak memilihnya."
Hafidz tertegun. "Maksut lo?"
"Jujur gua sebenarnya gak mau ikut campur masalah kalian. Karena gua percaya lo lebih dari mampu untuk menyelesaikan semuanya. Tapi gua juga gak bisa bohong. Kalo gua muak lihat sikap lo yang kayak gini. Ketidak jelasan lo dalam bersikap menyakiti banyak orang." Rosyid berujar santai. Tidak ada emosi dalam suaranya.
YOU ARE READING
About You (Short Story. Completed)
RomanceKamu.. setitik asa yang ku ucap dalam doa.. Kamu.. setitik harap yang selalu kujuangkan dalam diam.. Kamu.. setitik mimpi yang setia kugenggam.. Kamu... yang selamanya hanya angan.. 💔💔💔 Ziana yang tengah belajar mengikhlaskan seseorang yang telah...