Ikhlas

96 7 17
                                    

Ketika mencintaimu menjadi suatu angan. Aku hanya akan berdo'a agar suatu saat anganku yang membuatku kuat untuk melepasmu selamanya. Allah tak pernah salah menjodohkan hambanya yang ikhlas.

💝💝💝

"Kak Hafidz?" Ulang Ziana lirih. Berharap suaranya tidak bergetar karena kini hatinya kembali memberontak hanya dengan mendengar sebuah nama.

Rahma mengangguk. "Sebelumnya kakak senang Zi, kamu terlihat lebih baik."

Deg

"Maksudnya kak?"

Rahma tersenyum. "Tidak ada. Kakak hanya ingin bilang jika Hafidz memutuskan akan pergi."

Jantung Ziana serasa berhenti.

"Pergi? Maksudnya gimana kak?"

"Hafidz bilang dia akan pindah dan kemungkinan akan menetap di sana. Sebenarnya kakak kasian lihat Hafidz. Dia memang terlihat baik-baik saja tapi sebagai seorang kakak. Kakak tahu jika dia sedang terluka."

"Zi kakak hanya ingin kamu mengikhlaskan Hafidz seperti Hafidz yang juga berusaha mengikhlaskanmu. Selama kamu masih terluka maka Hafidz akan lebih terluka."

"Apa maksud kakak. Ziana tidak mengerti." Suara gadis itu bergetar. Menahan tangis.

"Kakak yakin kamu paham apa yang kakak bicarakan Zi."

"Bagaimana mungkin kak?"

"Semua mungkin saja terjadi. Hati manusia tidak ada yang bisa menebak. Bicaralah dengan Hafidz, Ziana. Selesaikanlah urusan kalian. Kakak yakin Hafidz tak akan pernah bicara jika kamu tidak memintanya."

"Kakak pulang dulu Zi. Kakak harap kamu memikirkan perkataan kakak."

Ziana mengangguk. Ia tidak bisa berbicara banyak. Pikirannya masih memproses perkataan Rahma.

Hingga beberapa menit Ziana masih terpaku. Perlahan air mata nya menetes digantikan dengan tangisan lirih yang memilukan.

***

"Zi, kamu tahu jika nak Hafidz ingin pindah?"

"Iya umi. Zi tahu, umi tahu dari mana?"

"Tadi sewaktu belanja umi bertemu Bu Fatimah. Ia menceritakannya."

Ziana terdiam. Tangannya masih sibuk memotong sayuran sedangkan uminya tengah menggoreng ikan.

"Umi kasian pada bu Fatimah Zi."

Ziana menhela napas. "Kasian bagaimana?"

"Ya kan sekarang Hafidz ingin pindah padahal dia anak terakhir dan Rahma juga akan segera kembali ke rumah suaminya."

"Memang kapan kak Hafidz pindahnya umi?" Hatinya serasa diremas.

"Entahlah umi juga tidak begitu mengerti. Mungkin minggu depan karena pasti banyak yang harus diurus."  Ziana mengangguk.

"Sayurannya sudah belum Zi?"

"Sudah. Zi cuci dulu umi."

"Jangan lupa ke rumah bu Fatimah Zi. Sekalian bawakan kue yang tadi umi pesan."

Ziana mengangguk. Memberikan sayuran kepada umi Salma.

***

About You (Short Story. Completed)Where stories live. Discover now