Andai aku bisa mengulang waktu. Tak akan ku ubah takdir menyakitkan. Karena takdir itu yang membawamu pada ku
(About You)
💞💞💞
Rumah terasa ramai oleh suara bising para saudara. Anak-anak yang berlarian, para ibu yang asik membicarakakan harga emas yang naik, atau bapak-bapak yang asik bertanding siapa tim sepakbola favorit mereka.
Namun, ramainya bising tidak mampu mengalahkan degup jantungku yang semakin kencang setiap detiknya. kadang waktu begitu lucu. Ketika kita ingin cepat berlalu semua terasa begitu lambat berjalan. Namun, ketika kita dapat menikmati setiap detiknya waktu seolah melaju begitu cepat.
Hafidz Arrahman. Ku ucap nama itu lirih. Kini, bukan lagi tentang sesak yang menggelayut, justru rasa bahagia luar biasa yang membuncah tak kala mengingat namanya.
Hari itu, selang beberapa hari pertemuan tak sengaja kami. Kak Rosyid mengajakku menemuinya.
Aku menolak. Untuk apa bertemu? Kita tidak memiki suatu hal yang patut dibicarakan. Masih segar diingatan, aku yang diusir dari rumahnya. Rasanya bukan aku mendendam tapi, rasa sakit dan kecewa yang mengendap membuatku enggan bertemu dengan pemuda beriris kelabu itu.
Namun, kegigihan Kak Rosyid meyakinkanku jika masalah tak akan selesai tanpa kita mau melangkah menghadapinya.
Di rumah makan padang, Kak Hafidz datang. Tersenyum lebar menghampiri meja kami. Sementara sang istri, Kak Fina berdiri disampingnya. Menyalamiku hangat. Mereka terlihat bahagia dan entah kenapa justru menggoreskan luka.
Aku ingat betul masa itu. Kami makan dengan sangat biasa. Tanpa obrolan, hanya saling lempar senyum ramah. Keringat dingin sudah mengaliri tubuhku sejak aku tau jika aku akan bertemu mereka. Aku ingin cepat pergi. Sungguh. Makanan yang seharusnya terasa lezat justru terasa hambar saat itu.
Kak Rosyid yang mengerti ketidak nyamanku berusaha menarik perhatian. Ia berdehem singkat melirik sahabatnya. Mereka saling bekerja sama.
"Aku tinggalkan kalian berdua. Bicaralah kalian membutuhkan waktu." Kak Rosyid bangkit. Tak kusangka kak Fina pun ikut serta. Aku ingin mencegahnya. Meminta ia tetap berada bersama kami. Rasanya seperti aku merebut miliknya.
"Tidak. Aku tidak memiliki bagian disini. Selesaikan bagian kalian. Tenang aku menunggu di meja seberang." Senyum lembut terbentuk sempurna di bibirnya.
Sepeninggalan mereka kak Hafidz menyodorkan sebuah gelang. Aku hafal gelang itu karena aku lah yang memberikan. Gelang berbahan kain. Buka jenis gelang mewah, hanya gelang sederhana yang dibeli gadis berumur 7 tahun untuk kakak terkasih.
"Manusia memiliki keinginan namun, tetap Allah lah sang Maha penentu kehidupan. Ku lihat kamu semakin dekat dengan Rosyid. Dia pemuda baik. Insyaallah kebahagiaan dunia dan akhirat menunggumu bersamanya."
Aku hanya mampu terdiam. Ku tundukkan kapalaku. Sedikit saja aku berkedip mungkin bulir bening ini akan terjatuh.
"Jangan menangis. Bukankah aku dulu pernah bilang jika aku tak ingin melihat adikku menangis. Aku tau aku bukan kakak yang baik. Aku terlalu banyak menyakitimu."
Detik itu aku tau segalanya sejelas bulan purnama. Kudongakkan kepalaku. "Allah maha kuasa. Zi yakin rencana-Nya jauh lebih indah. Tak perlu minta maaf kak. Kakak tetap kakak terbaik bagi Zi." Ku coba tersenyum. Iris abu-abu itu memancarkan binar penyelasan.
"Tak apa aku baik-baik saja kak." Aku tersenyum menenangkan.
"Aku harus pergi Zi. Fina menungguku. Tak apa kah?"
![](https://img.wattpad.com/cover/193807389-288-k455241.jpg)
YOU ARE READING
About You (Short Story. Completed)
RomanceKamu.. setitik asa yang ku ucap dalam doa.. Kamu.. setitik harap yang selalu kujuangkan dalam diam.. Kamu.. setitik mimpi yang setia kugenggam.. Kamu... yang selamanya hanya angan.. 💔💔💔 Ziana yang tengah belajar mengikhlaskan seseorang yang telah...