Kandidat

27 3 2
                                    

Aku berlari menuju Menteri Pertahanan. Terlihat di alat scanner yang menempel di tembok mengindikasikan kalau detak jantungnya semakin melemah.

"Dimana Prof. Jabari Parker!?", Tanyaku pada kumiyo. "Saya tidak tahu, akan saya hubungi", jawabnya. "Cepat!".

Prof. Parker pun datang. Namun ia terlambat. Menteri Pertahanan kebanggaanku, Anthony Towns telah wafat.

"Aku tidak mengerti, padahal Prof sendiri yang memberi informasi kalau Towns sembuh dan akan bisa pulang 2-3 hari dari sekarang.. tapi kenapa?? Kenapa sekarang-", kataku sambil terisak-isak.

Nowitsky menenangkan ku.

"Aku juga tidak tahu tuan Presiden, ini sangat mendadak, diluar perkiraan siapapun, sepertinya Tuhan punya rencana yang lain", jawab Profesor.

Hiks.

"Nowitsky, tolong hubungi keluarga beliau, kita akan mengadakan prosesi pemakaman militer besok", kataku. "Baik, tuan"

***
'Besok' pun tiba. Pagi ini aku bersiap untuk memimpin prosesi pemakaman.

Aku berkaca.

Tuxedo lengkap dengan bawahan bertema hitam sudah melekat ditubuhku.

Aku keluar kamar, Nowitsky juga sudah siap. "Apa tuan mau sarapan dulu??", itu kalimat pertamanya padaku hari ini. "Kalau masih ada waktu, kita sarapan dulu", jawabku. "Baik tuan".

Selesai sarapan kita bergegas ke tempat prosesi.

Ketika sampai aku menemui keluarga Towns, yang sedang duduk menunggu datangnya jasad Towns, untuk menyampaikan belasungkawa.

"Saya mewakili jajaran pemerintah mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya", kataku. "Terimakasih tuan Presiden", jawab istrinya (atau mungkin adiknya?) Towns. "Mah mah, jadi kakak ini presiden kita??", kata anak kecil perempuan yang daritadi bersembunyi dibelakang perempuan itu. "Iya sayang, ini presiden kita", jawab sang ibu.

"Oh jadi ini anaknya beliau?", tanyaku. "Iya tuan, namanya Ymir, umurnya baru 7 tahun", jawabnya.

"Kemarilah nak, kakak bawa 2 coklat koin, ambillah 1", aku berusaha membujuknya keluar dari belakang badan ibunya. "Te-terima kasih kak", ia pun keluar dan mengambil coklat itu.

Singkat cerita, prosesinya berjalan lancar, tidak ada kendala sama sekali karena cuaca pagi ini cerah.

Semoga kau tenang disana, Bapak Menteri.

***
Ketika aku menuju ke autonerd-ku, aku melihat gadis diantara para kerumunan, yang diduga Nowitsky sebagai mata-mata, kalau tidak salah, namanya Sarah.

"Apa!? Ia hadir disini??", kataku dalam hati. "Maaf tuan, aku mau menghampiri dia, mungkin tuan bisa menunggu di autonerd", Nowisky bergegas kearah gadis itu. "Mau mengampiri siapa??". Tidak sempat ia jawab karena ia langsung bergegas.

Aku pun masuk autonerd dan melihat, sepertinya mereka membicarakan hal yang serius.

Ketika Nowitsky masuk, aku langsung bertanya. "Apa yang kalian bicarakan?". "Tidak penting tuan, hanya sedikit bicara tentang meninggalnya menteri pertahanan", jawabnya.

"Daripada itu tuan, 5 hari dari sekarang, tuan harus menunjuk 1 orang untuk mengisi kekosongan di bangku Menteri yang ditinggal oleh Towns", ia mencoba mengalihkan. "Baiklah, tapi aku tidak tahu siapa saja kandidat yang cocok untuk itu, lagi pula, bukankah akan lebih efektif kalau membahas masalah ini seusai makan siang di istana??". "Maaf tuan", jawabnya.

Singkat cerita, kita akhirnya selesai makan siang.

Masih diruang makan, hanya ada aku dan Nowitsky disini.

"Jadi, siapa saja kandidatnya?", aku membuka percakapan. Ia pun memberikan 3 kandidat

1. Pieck, perempuan ini berusia 45 tahun, wakil dari Anthony Towns ketika masih menjabat, pengetahuannya tentang militer tidak diragukan lagi.

2. Pyxis, kakek berusia 51 tahun ini adalah om dari Towns, ia ikut berpartisipasi dalam pecahnya perang terakhir yang melibatkan 4 gate.

3. Galliard, orang ini merupakan tangan kanan dari Towns, ia mendapatkan kepercayaan penuhnya, ia juga sahabat Towns sejak mereka di Akademi Militer jauh sebelum ia menjabat Menteri Pertahanan.

"Tuan hanya punya waktu 5 hari dari sekarang untuk berpikir siapa yang akan menduduki kursi menteri pertahanan".

"Jadi siapa yang akan tuan pilih", tutupnya.

The LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang