"Embun!"
Mendengar namanya dipanggil ia langsung menoleh ke arah temannya yang tadi memanggil namanya. Padahal Embun tengah sibuk membersihkan kolong meja, ia mendapat jadwal piket hari ini.
"Kenapa?" Tanyanya sambil membawa beberapa sampah kertas yang ditemukannya di kolong meja.
"Ada yang nyari tuh." Temannya menunjuk arah pintu Kelas, disana Embun melihat perawakan seorang laki-laki dari arah belakang. "Siapa?"
"Gak tau, tapi ganteng."
Embun langsung mencibir temannya itu dan melangkah menuju pintu kelas. "Cari aku ya?" Tanyanya untuk memastikan.
Lelaki itu berbalik dan membuat Embun kaget. Ternyata orang yang memanggilnya adalah Damar. Damar itu adik Kelasnya tapi mereka memang kenal karna Damar merupakan salah satu siswa yang belajar setiap pulang Sekolah. Dan Embun, suka membantunya karna ia selalu menghabiskan jam pulangnya untuk mampir ke Perpustakaan.
"Damar? Kenapa?"
Lelaki didepan Embun terlihat gugup. Tangannya langsung menggaruk belakang kepalanya. "Emm.. Kak, bisa ngomong di tempat lain?"
Embun mengedip-ngedipkan matanya sebelum akhirnya mengangguk. "Mau di Kantin?"
Damar menggeleng, "Yang lebih privasi."
Walau masih bingung, Embun tetap mengangguk. "Taman belakang?"
Damar akhirnya setuju tapi Embun menyuruhnya duluan. Soalnya dia mesti meminta izin ke sesama temannya yang piket.
"Lho, mau pergi kemana?"
Embun tersenyum sok misterius. "Rahasia dong."
"Sama yang ganteng tadi?" Embun terbahak dan berjalan meninggalkan Kelasnya membuat temannya itu kesal. "Bun, kalau jadian traktiran aku di double ya?"
"Dih, ngasal!" Teriak Embun sebagai balasan. Kepalanya menggeleng dan tersenyum geli, bagaimana bisa temannya berpikir kalau dia akan jadian dengan Damar. Ada-ada saja.
Embun sampai ke Taman dan sosok Damar terlihat duduk nyaman di salah satu kursi yang memang disediakan untuk Siswa yang datang kesini.
"Jadi, kenapa?"
Damar menatap Embun sebentar sebelum menghembuskan nafasnya kebingungan. "Damar mau menjelaskan sesuatu Kak."
"Ya, jelasin aja. Aku disini kan emang untuk dengerin." Embun tersenyum manis, tak menyadari efek yang diberikannya untuk lelaki yang kini terlihat makin berkeringat.
"Kak, Damar suka Kakak."
Embun yang awalnya tersenyum manis merubah ekspresinya menjadi kaget. Damar menarik sudut bibirnya menjadi sebuah senyuman tipis. "Damar serius," tambahnya.
"K-kok bisa?"
Damar menggeleng, "Gak tau. Tapi, Damar suka."
Blush!
"A-apanya sih?" Walau wajahnya merona dan jantungnya berdebar tak tentu arah, Embun mesti memastikan dulu. Masalahnya, Damar merupakan laki-laki yang terkenal suka berganti pacar makanya Embun tak percaya.
Damar kembali menggeleng. "Gak tau, mungkin karna keseringan ketemu. Damar jadi biasa sama keberadaan Kak Embun, dan kalau gak lihat wajah Kakak jadinya kangen. Seperti kemarin."
Embun menunduk, tak menyangka kalau adik Kelasnya akan menyampaikan perasaan padanya. Oh, omong-omong kemarin itu hari minggu jadi jelas kenapa mereka tidak bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TALK (Complete)
Short Story"Jadi gimana?" Cuma tentang Embun yang sedang bingung.