Embun masuk Kelasnya dengan wajah bingung. Soalnya Kelas dia mendadak hening padahal tadi pagi salah satu guru piket mengabari kalau guru jam setelah istirahat akan kosong. Maklum, gurunya sedang hamil jadi ini bukan pertama kali jam pelajarannya kosong.
Tapi, masalahnya itu kenapa Kelasnya mendadak hening?
Embun memandang teman sekelasnya yang tersenyum-senyum ke arahnya. "Kenapa sih?" Embun langsung bertanya ke Maya setelah akhirnya duduk di bangkunya.
Maya tak menjawab tapi matanya melihat ke arah belakang Embun, membuat gadis itu mendapatkan firasat yang kurang baik.
"May, kamu bukan anak indigo kan?"
Maya kembali tersenyum kali ini disertai gelengan. Embun sedikit bernafas lega dan kini mencoba berbalik untuk mengetahui apa yang daritadi di lihat Maya.
Dan, dia cukup terkejut.
○○○○○
"Waduh, ada dia disana ya?"
Sekar memutus cerita Embun saking penasarannya. Sementara Bening yang daritadi terfokus dengan cerita Embun berdecak kesal. "Jangan di putus tiba-tiba, lagi seru tahu."
Sekar cengengesan mendengar nada kesal Bening. "Maaf-maaf, habisan seru sih."
Bening mendelik. "Ya udah, lanjutin Bun."
Sekar membenarkan posisinya yang sekarang berbaring di ranjang Embun, ntah bagaimana caranya mereka bisa berpindah posisi. "Alah, palingan itu si dia. Cowok nomor 3 ya kan?"
Embun mengangguk.
"Nanti paling dia baw-"
Ucapan Sekar tak terselesaikan karna Bening menutupi mulut temannya itu dengan tangan. Wajahnya benar-benar terlihat kesal. "Lanjut Bun, anak ini biar aku plester aja mulutnya."
Embun terkekeh sejenak sebelum kembali meneruskan ceritanya. Dia masih sempat mendengar gerutuan kesal milik Sekar yang merasa tidak terima dengan perlakuan Bening tadi.
"Benar kata Sekar ada dia di belakang."
"Terus?"
○○○○○
"Lho, Panca?"
Embun tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya ketika teman sekelasnya tersenyum sambil mengangkat satu boneka anjing dan memberikan itu untuknya.
"Untukku?"
Panca mengangguk dan Embun menerimanya masih sedikit bingung. "Emm.. ini gak disuruh bayar kan?"
Panca dan teman sekelasnya terbahak membuat Embun malu. Maklum, Panca terkenal sebagai salah satu orang yang suka berbuat jahil di Kelasnya. Makanya Embun sedikit was-was ketika menerima sesuatu dari lelaki yang kini terlihat salah tingkah didepannya.
"Kalau gitu, makasih ya." Embun tersenyum manis dan itu tak lepas dari pandangan Panca yang tampak mulai tenang.
"Iya, ini ada bunga."
Embun menerima sebuket bunga dengan wajah yang kembali bingung. "Ini... buatku juga?"
Panca kembali mengangguk lalu mengulurkan sekotak coklat pada Embun. "Buat kamu juga."
"H-hah?"
Embun menerima semua pemberian Panca dengan bingung. "Tolong jangan bilang ada lagi, tanganku beneran gak muat."
KAMU SEDANG MEMBACA
TALK (Complete)
Short Story"Jadi gimana?" Cuma tentang Embun yang sedang bingung.