05. Case Genta

1K 153 52
                                    

"Namaku Genta."

Embun mengangguk paham, "Oh, aku gak tau. Maaf."

Genta terlihat menyelidik ke arah Embun sebelum tersenyum, wajahnya benar-benar terlihat lebih baik jika sedang seperti itu. "Awalnya ku kira kamu berbohong tapi tampaknya kamu jujur."

"Bohong? Soal apa?" Embun mendekati Genta yang kini membawa beberapa kue pesanan untuk dimasukkan ke mobilnya. Laki-laki itu berjanji akan mengantarkan Embun sampai rumah.

"Soal kamu yang tak tahu mengenaik aku atau Bara."

Embun mendelik, sedikit kesal ketika dia dikatakan tengah berbohong. Genta masuk ke kursi pengemudi dan berteriak. "Ayo, aku mesti kembali dan membantu Bara."

"Oh, iya."

Embun langsung menaiki kursi penumpang disebelah Genta. "Beneran mau nganter?"

"Iya."

"Takut sama Bara?"

Genta yang sedang memperhatikan jalan belakang dari spion menoleh. "Gak."

"Terus?"

"Mau tahu rumahmu."

"Eh? Kenapa?"

"Biar gampang kalau mau ngapel."

Blush!

○○○○○

"Ini beneran?" Sekar berteriak heboh membuat Bening terpaksa menutup telinganya karna berisik. "Jangan teriak-teriak Sekar."

"Maaf."

Sekar menoleh ke arah Embun dengan tatapan menyelidik. "Kamu diantar pulang sama Genta? Genta temennya Bara?"

"Iya. Kenapa sih?"

"Kok kenapa? Yang kita omongin itu Genta lho..."

Embun memandang aneh Sekar dan menoleh ke arah Bening. Setidaknya, Bening lebih terlihat tenang daripada Sekar. "Emangnya kenapa dengan Genta? Kamu tahu?"

Bening mendengus. "Makanya, kamu tuh kalau temenan itu dengerin juga apa yang dibicarain."

"Ih, itu kan gosip."

"Gosip juga bisa jadi info, Embun."

Embun manyun, kalau Bening yang berbicara maka dia tak akan berani membantah. "Ya udah, emangnya siapa sih?"

"Genta itu tangan kanannya Bara."

"Tangan kanan?" Bening mengangguk. "Iya, orang kepercayaan gitu."

"Maksudnya dia juga suka tawuran?"

"Nggak, dia lebih seperti yang mengumpulkan informasi."

"Bukan! Genta itu otak dari setiap kemenangan yang didapat dari kelompok Bara."

"Ih, serem."

"Emangnya dia nyeremin?" Tanya Bening membuat Embun menunduk. "Gak sih, dia itu.. manis."

"Ha? Manis? Apa yang sebenarnya terjadi sih?" Sekar kembali berteriak heboh. Ya, gimana gak heboh kalau kini Embun terlihat malu-malu.

"Ya, manis gitu."

"Mending lanjut ceritanya deh. Biar kami tahu apa manisnya." Bening memberi saran sebelum mendengar Sekar kembali berteriak heboh.

"Oke."

TALK (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang