04. Case Bara

1.1K 146 15
                                    

"Kok bisa sekolah lain?"

Embun menggeleng, "Gak ngerti. Aku aja bingung itu beneran apa nggak."

"Lho, kok gitu?" Bening yang tadi mencatat mengangkat wajahnya dengan pandangan bingung. "Emangnya gimana sih?"

"Tunggu!" Sekar menghentikan niat Embun yang mulai bercerita. "Ini kami kenal juga?"

Embun terdiam kemudian menggeleng tapi setelahnya mengangguk. "Ya, harusnya sih.. kenal."

"Kok gitu?"

Embun melihat kearah dua temannya yang tampak bingung. Sejujurnya dia juga bingung kenapa bisa terjebak dalam posisi itu. Maksudnya, ya.. gitu.

"Mending cerita." Bening yang semakin penasaran akhirnya menyuruh Embun untuk kembali bercerita tapi Sekar menggeleng. "Jangan dulu, sebut dulu nama orangnya."

"Target selanjutnya," Koreksi Bening.

Sekar mendengus, "Iya sama aja."

Embun terdiam beberapa saat sebelum mengucap satu nama yang membuat kedua temannya menghentikan aktivitas mereka cuma untuk memastikan kebenarannya.

"Bara."

"Ha? Kok bisa?" Sahut keduanya bersamaan.

○○○○○

"Embun, mau bareng gak pulangnya?" Embun yang tengah membereskan buku-bukunya menoleh dan tersenyum ke arah Maya yang tadi mengajaknya. "Gak deh, soalnya mau mampir dulu."

"Oke deh, hati-hati ya."

"Kenapa?" Tumben, tak biasanya Maya mengucapkan kata itu.

"Ada... eh- aku udah dijemput pokoknya jangan lewat Jalan Pramuka." Maya melambaikan tangannya sebelum menghilang dari hadapan Embun. Sementara Embun cuma bisa mengernyitkan dahinya karna perkataan Maya sebelumnya.

Jalan Pramuka? Dia bahkan memang mau kesana.

Sudahlah, lebih baik ia segera membereskan peralatannya dan menjemput kue pesanan Mamanya. Ia teringat dengan pesan Mamanya sebelum berangkat Sekolah tadi. Karna nanti sore akan ada arisan di rumahnya jadi Mamanya memesan kue di tempat langganannya. Di Jalan Pramuka.

○○○○○

"Beneran kesana?" Sekar menatap Embun ngeri sementara Bening cuma bisa terpaku apalagi sekarang Embun tengah mengangguk. "Iya, soalnya biasa juga kesana."

"Tapi, sama Mama kan?"

"Iya sih." Sahut Embun, "Kemarin itu pertama kalinya ke Jalan itu sendirian."

"Kok berani sih? Emangnya gak tau kalau itu markas-"

"Ish!" Embun menghentikan perkataan Sekar yang terderngar menyudutkannya. "Aku kan gak tau, tapi ya sekarang jadi tahu."

"Gila-gila," Sekar menoleh ke arah Bening. "Ning, kamu tahu kan soal Jalan itu?"

"Tahu." Sekar menoleh ke arah Embun seakan hal itu adalah lumrah dan ketidaktahuan Embun merupakan suatu keanehan yang terlalu tak masuk akal.

"Ih, iya-iya. Maaf."

"Ya udah terusin aja Bun, Sekar emang berlebihan." Bening menatap kesal Sekar yang menurutnya menghambat cerita Embun.

"Oke, jadi pas sampai disana..."

○○○○○

Embun menatap jalan didepannya dengan aneh. Biasanya dia memang kesini menaiki mobil bukannya berjalan kaki seperti sekarang. Tapi, ia yakin kalau jalan ini tidak pernah seramai ini.

TALK (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang