SMP Putra Bangsa
Saat ini di SMP Putra Bangsa sedang sibuk-sibuknya menyiapkan Pentas Seni dalam rangka hari ulang tahun sekolah yang ke 20 tahun dan sekaligus merayakan hari kemerdekaan Indonesia. Semua anggota OSIS yang berperan sebagai panitia, terutama Deva, sebagai ketua panitia sedang kewalahan untuk menyiapkan pensinya.
“Depaa! Ini di taro dimana?” tanya Ian.
“Taro di pinggir panggung!”
“Deva! Umbul-umbulnya di gantung dimana?” tanya Osa.
“Di samping-samping lapangan aja! Supaya gak terkesan kosong,”
Deva pusing tujuh keliling karena semua anggota OSIS selalu bertanya padanya, mengganggu Deva yang sedang mengawasi anak-anak dekorasi sedang mendekor panggung.
“Devaaa!!” teriak salah satu anggota OSIS. Dengan malas, Deva memutar kepalanya.
“Apaan, Bastian??” tanya Deva.
“Pamfletnya di tempel dimana?” tanya Bastian.
“Di jidat lo yang jenong tuh!! Ya, di mading sama kelas-kelaslah, dodol!!” seru Deva.
“Oh, iya, thanks Deva sayang!” Kata Bastian yang langsung ngacir pergi ke kelas-kelas.
“Iiih, najong!” Deva bergidik ngeri.
“Deva sayaang!!!”
“Siapa lagi sih yang manggil,” gerutu Deva. Deva membalikkan badannya. Ternyata di belakangnya Ray dan Ozy sudah cengar-cengir. Deva memandang mereka heran.
“Ngapain lo pada?”
“Kita boleh bantuin gak?” tanya Ozy.
“Iya, kita bosen nih di kelas!”
“Bilang aja lo pada mau bolos pelajaran kan? sono lo pada pergi!” usir Deva.
“Depa mah gituu…kita kan satu geng, the narsis boys, sudah seharusnya kita saling bantu membantu, kita bertiga kan selalu sehati!” keluh Ozy.
“Maksudnya?”
“Kalo lo ganteng kita juga pasti bakal ganteng, kan sehati!” seru Ray.
“Kalo gue jelek? Lo berdua juga jelek?”
“Kalo itu mah, yang jelek lo aja Dev, jangan bawa kita, kita mah tetep ganteng!” celetuk Ray.
Hampir saja Deva mau menimpuk mereka pakai sepatu yang di pakai.
“Weish, kalem, Mas!” seru Ozy.
“Lo berdua tuh sebenernya mau bantuin apa mau nyari ribut sama gue sih??” keluh Deva.
“Bantuin dong!” kata Ozy.
“Bantuin apaan gue tanya?” tanya Deva.
“Nge-cat backdrop!” seru Ray.
“Lo bisa?”
“Bisalaah, gue kan juara lomba mewarnai se-RT!” kata Ray.
“Ih, se-RT aja bangga, gue dong se-kelurahan!” kata Ozy.
“Apaan sih lo berdua!! Cepetan sana!” suruh Deva.
Ozy dan Ray mulai bekerja untuk menge-cat backdrop di papan, tapi apa hasilnya?? Berantakan banget! Gak ada seninya, otomatis Deva yang melihat hasilnya langsung marah-marah.
“Raaaayy!! Ozyyy!!!” teriak Deva.
“Apa?” tanya mereka berbarengan.
“Ini maksudnya gambar apaan?? Temanya apaan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tiga Saudara
Teen FictionRepost from http://ekanuretakh11-ceritaretha.blogspot.com /Bukan cerita saya/