chapter 5 : airplanes

169 34 12
                                    

-Corbyn POV-

"Tunggu sebentar," Carissa menempatkan dirinya di sofa lalu meneguk habis segelas air yang kuletakkan di hadapannya. Ia mengatur napasnya.

Tadinya, Carissa berniat datang ke rumahku untuk memberikan skrip yang tidak sempat ia berikan padaku tadi pagi, tetapi setelah kami saling mengirim pesan teks, semua rencananya berubah. Kami memutuskan untuk mensimulasikan dialog kami setelahnya, agar kami tidak merasa canggung ketika pengambilan gambarnya dimulai nanti.

Kukira ia akan datang bersama Daniel ke rumahku, tetapi ternyata ia datang sendirian. Saat aku menanyakan keberadaan Daniel padanya, ia memberitahuku kalau Daniel ada di studio. Ia hanya menjemput Carissa sepulang mengerjakan proyek bersama timnya, kemudian mengantarnya ke sini sembari membawa barangnya yang tertinggal di rumah dan kembali ke studio.

Mengetahui hal itu membuatku terus menerus membayangkan bagaimana canggungnya kami—tidak, itu aku—ketika berhadapan dengannya. Membayangkan berdua dalam satu ruangan bersama Carissa dengan masing-masing sebuah skrip di tangan kami dan saling berdiam diri membuatku sedikit gelisah. Tetapi Carissa berhasil membuktikan semua yang ada dipikiranku itu salah.

Kepribadiannya yang friendly membuatku merasa kalau kami sudah saling mengenal dalam waktu yang lama—dimana hal itu tidak sepenuhnya salah—dan harus kukatakan, untuk orang yang baru kutemui, ia membuatku merasa nyaman dengan cepat. Seakan ia tak pernah mengenal kata canggung dalam hidupnya.

"Aku harus bernapas," ia menyandarkan punggungnya pada sofa. "Beri aku waktu lima menit."

"Kita hanya mencoba dialognya," aku ikut meneguk segelas air. "Kau santai saja."

Aku memberinya waktu untuk beristirahat. Karena menurut perkiraanku ia baru saja tiba dari frat house rekannya ketika ia datang ke rumahku. Maksudku, benar-benar baru saja tiba. Aku bisa melihat itu dari wajahnya yang sudah tidak terlihat sesegar tadi pagi. Saat aku melihatnya ketika hendak pergi ke tempat kursus. Memang tidak seberantakan itu, hanya saja sedikit berbeda.

"Hanya mencoba dialognya," ia mengulangi lalu memutar mata untuk pertama kalinya di hadapanku. "Tapi scenenya dibuka dengan peranku sedang kesal dan marah-marah."

"Lebih baik kau istirahat saja dulu."

Aku menghubungkan ponselku dengan speaker dan memutar lagu secara acak dalam playlistku karena bosan. Beberapa lagu berlalu dan saat aku melihat ke arah Carissa, ia perlahan-lahan mulai memejamkan matanya.

Setelah lama bergelut dengan ponselku, kuperkirakan Carissa memang mengantuk dan sepertinya benar-benar tertidur. Aku tidak ingin mengganggunya dan membuatnya merasa tidak nyaman dengan tetap berada di sana. Lagipula aku haus dan gelas di hadapanku sudah kosong, jadi aku memutuskan untuk pergi ke dapur dan membuat sirup dingin.

Tepat saat aku sedang menuangkan airnya, lagu I Like It milik Cardi B, J Balvin, dan Bad Bunny terputar secara acak dari ponselku setelah sebelumnya hanya lagu-lagu slow yang terdengar. Aku tidak habis pikir bagaimana lagu ini bisa berada dalam playlist yang satu ini, karena seingatku, aku tidak pernah menambahkannya. Aku ingin mengganti lagunya tapi aku lebih memilih menyelesaikan sirupnya dulu. Lagu ini pasti akan membuat Carissa terbangun, tapi—

"Corbyn?" suaranya terdengar.

Sudah kubilang, 'kan?

"Aku di sini," sahutku sambil mengaduk sirupnya. "Sebentar."

"Berapa lama aku tertidur?" tanya Carissa ketika melihatku kembali.

Aku tiba di ruang tengah dan meletakkan teko yang kubawa di meja. "Tidak lama, tidak sampai 15 menit."

Falling in Your Lies • why don't we [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang