-Carissa POV-
"Kapan kita sampai?" tanyaku.
Daniel memutar mata birunya sebelum menjawab pertanyaanku. "Ayolah, Carissa," keluhnya. "Kita bahkan belum genap tiga puluh menit berada di dalam mobil."
"Baby, I'm just kidding you," kekehku. "I'm kinda bored. Don't be mad."
"Kau panggil aku apa?" tanya Daniel. "Aku tidak mendengar. Coba katakan lagi."
"Aduh," aku menggunakan sebelah tanganku untuk memegangi kepalaku. "Apa yang baru saja kukatakan? Kenapa aku tidak dapat mengingatnya."
Daniel mendecakkan lidah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Drama," gumamnya. "Kau baru saja bilang, kau ingin turun dari mobil sekarang juga."
"Turunkan saja kalau begitu," balasku.
Daniel menghentikan mobilnya karena lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Ia langsung menyipitkan matanya padaku. "Kau yakin?" tanyanya. "Kemarin kau juga menantangku sewaktu aku bilang aku akan mencium—"
"Kalau begitu, kau jangan—" selaku.
Namun Daniel tidak menggubrisku, ia terus melanjutkan kalimatnya. "—mu padahal aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku," ia menggerakkan alisnya naik turun.
Aku memalingkan wajahku ke jendela ketika ia semakin mencondongkan tubuhnya padaku. "Daniel, c'mon..." aku memohon. Ia tidak akan berhenti membuat pipiku merasa panas.
"Aku akan berhenti," ujarnya membaca pikiranku. "Tapi, kau lihat aku dulu."
Tangannya mulai menyentuh daguku dan membawa wajahku untuk melihatnya, membuatku berhadapan tepat dengan wajahnya yang hanya berjarak satu jengkal dari wajahku. Alisku naik untuk menanyakan 'apa?' ketika aku menatap matanya. Rasanya seluruh kata-kata yang hendak ku keluarkan tertahan di tenggorokan.
"Thank you for being you," ujarnya. "You're my other half."
Aku tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap matanya, merasakan pipiku memerah, dan senyuman mengembang di bibirku. Hingga aku sadar lalu mendorong Daniel kembali ke tempat duduknya. "Jangan lupa bahwa kau sedang menyetir," aku berusaha menghilangkan rasa gugup dalam suaraku.
Daniel kembali mengeratkan sabuk pengamannya dan segera menginjak pedal gas ketika lampu lalu lintas berubah hijau. "Hanya itu?"
"I don't wanna get lost in the dark without you," kataku. "Jadi, sekarang menyetirlah dengan benar."
"Yes, captain," Daniel terkekeh kemudian kembali fokus pada jalan di depannya.
Kami sedang dalam perjalanan menuju ke Asbury Park, tempat di mana villa milik keluarga Jack berada. Inilah yang menjadi alasan mengapa kami berkumpul di rumah Corbyn sampai malam, kami merencanakan liburan ke pantai selama akhir pekan.
Tidak, sebenarnya bukan liburan akhir pekan, kami hendak melakukan pengambilan gambar di sini atas saran Daniel. Bagian terbaiknya adalah, villa milik keluarga Jack berada di dekat pantai. Jadi, meskipun agenda kami syuting sekaligus menyelesaikan proyek musik milik Daniel, Jack, dan Drew, kami menyebut ini liburan akhir pekan.
Jack memang tidak terlibat apa-apa perihal kompetisi film pendek, namun dengan baik hatinya ia membiarkan kami semua menghabiskan akhir pekan di tempatnya. I'll thank you later, Jack!
Setelah satu jam lebih berada dalam perjalanan bersama Daniel—dan barang-barang, karena yang lain memilih berangkat menggunakan mobil milik Jonah sementara Jack dan Drew sudah berada di sana—akhirnya kami tiba di tujuan. Mereka segera menyerbu mobil milik Daniel untuk mengambil barang-barang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in Your Lies • why don't we [✔]
Fanfiction"Nice to meet you, I'm Sacharissa Rylance." "Corbyn Besson." "So, you're..." [ w r i t t e n i n b a h a s a ! ] ©️raaifa, wdw 3rd anniversary.