-Carissa POV-
"Tunggu, Carissa!" Daniel kembali menutup pintu mobilnya, menghentikanku yang hendak membuka pintu mobil. "Kau lihat ponselku?"
"Di mana kau menaruhnya tadi?"
Ia menunjukkan cengirannya. "Aku lupa," ia kembali masuk ke dalam mobil.
"Coba kau ingat-ingat lagi," saranku. "Karena aku yakin ponselmu tidak tertinggal. Aku melihat kau membawanya keluar rumah."
"Aku benar-benar tidak ingat."
"You don't set your phone on silent mode, do you?" aku mengeluarkan ponselku setelah mendengar jawaban yang kuinginkan dari Daniel. Aku menghubungi nomornya.
Nada dering ponselnya terdengar, sepertinya sangat dekat, tapi...
"Tidak ada padaku," ujar Daniel.
"Maju," kataku dan ia mengerutkan keningnya. "Jangan menyender, kau maju sedikit."
Aku sendiri tidak mengerti mengapa ponselnya bisa ada di sana. Aku mendapatkan ponsel Daniel dari sela-sela jok mobil tempatnya duduk dan memberikan ponsel itu padanya. "Ceroboh," ejekku.
"Sudahlah," balasnya. "Ayo turun."
Aku berjalan beriringan bersama Daniel menuju tempat Silena mengadakan pestanya setelah keluar dari dalam mobil. Warna jingga dan ungu dari langit senja masih menjadi pusat perhatianku sembari berjalan melewati kendaraan-kendaraan yang terparkir di sini, hingga aku melihat mobil milik Corbyn juga terparkir di sini dan pemiliknya berdiri tidak jauh dari sana.
Ia melihatku dan pandangan kami bertemu. Ia mengangkat tangannya untuk menyapa dan Daniel segera melakukan hal yang sama. Ia tidak mengatakan apapun padaku, hanya mengulas sebuah senyuman. Tetapi aku mendapati diriku terdiam cukup lama sebelum membalas senyumannya.
Aku tidak seharusnya canggung. Ia hanya temanku—mungkin sahabatku sekarang, aku tidak seharunya menunjukkan sikap yang akan membuat dirinya rikuh padaku. Tetapi senyumannya, tetap berhasil membuat nadiku berdenyut lebih cepat hingga seorang gadis dengan rambut hitam lurus sebahu muncul dari belakangnya dan menggandeng lengan Corbyn sambil merapikan dress yang ia kenakan.
Entah apa yang mendorongku, tetapi aku refleks melihat ke arah Daniel. Ia yang mungkin menyadari perubahan sikapku langsung melemparkan sebuah senyuman dan melingkarkan tangannya untuk merangkulku, seolah-olah meyakinkanku bahwa ia semuanya akan baik-baik saja.
Semua ini semakin rumit. Bagaimana aku bisa lupa kalau Corbyn juga memiliki Tori? Kenapa aku membiarkan perasaan itu ada padaku? Kenapa aku menangis semalaman hanya karena egoku tidak ingin kehilangan keduanya?
"Carissa!" panggil seseorang. Aku yakin aku mengenalnya, suaranya familiar di telingaku.
"Hei, Daphne," aku menemukan asal suara. "A—"
"Aku datang bersama Jack," ia menjawabku bahkan sebelum aku mengutarakan pertanyaannya. Kemudian ia menyapa Daniel dan memberitahukan di mana Jack dan sepupunya, Drew berada. "Kupikir kau mau menemui mereka," ia masih berbicara pada Daniel.
"Aku menyusul," ujar Daniel singkat lantas masuk ke dalam bersamaku. Kami bertemu dengan Silena tak lama setelah itu untuk mengungkapkan kebahagiaan kami atas dirinya yang telah berusia 21 tahun hari ini. Kami juga mengobrol cukup lama tentang film yang hampir kami selesaikan. Aku sangat bersemangat untuk film pendek pertamaku.
Zach bergabung bersama kami dan segera setelah itu, Silena mengatakan ia harus pergi untuk menyapa teman-temannya yang lain. Aku duduk bersama Daniel dan Zach yang melanjutkan pembicaraan tentang film pendeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in Your Lies • why don't we [✔]
Fanfiction"Nice to meet you, I'm Sacharissa Rylance." "Corbyn Besson." "So, you're..." [ w r i t t e n i n b a h a s a ! ] ©️raaifa, wdw 3rd anniversary.