chapter 19 : from the bottom of heart

107 16 0
                                    

-Carissa POV-

"Daniel, aku minta maaf," kataku lagi. "Maafkan aku karena pergi begitu saja dan membuatmu khawatir."

"Sudahlah, Carissa," satu tangannya menangkup sebelah pipiku, menambah rasa bersalah dalam diriku.  "Kau tidak perlu mengatakan maaf lagi. Sekarang kita masuk ke dalam, oke?"

Aku mengangguk dan tangan Daniel berpindah untuk merangkulku, mengajakku masuk ke dalam rumahnya. Seperti saat pertama kali datang, ibunya Daniel menyambutku dengan pelukan hangatnya. Kemudian mengajukan segudang pertanyaan mengenai keadaanku dan kabar orang tuaku di Denver. Aku menjawab semuanya satu per satu.

"Kau sudah makan?" ia mengajukan pertanyaan terakhirnya dan aku mengangguk sebagai jawaban. "Kalau begitu, lebih baik sekarang kau istirahat."

Aku menuruti kata-katanya dan beranjak dari ruang tamu setelah mengatakan permintaan maafku padanya karena pergi tanpa memberitahu. Daniel menawarkan diri untuk membantuku membawa barang-barangku ke kamar tetapi aku menolaknya. Karena barang bawaanku tidak terlalu banyak dan aku masih bisa membawanya sendiri.

Aku merebahkan diriku di tempat tidur, penerbangan dari Denver tidak semulus sebelumnya. Kepalaku sedikit pusing. Memejamkan mata, aku teringat waktu seharian yang kuhabiskan bersama Corbyn kemarin. Hal itu tergambar dengan sangat jelas di dipikiranku. Aku tidak bisa tidak tersenyum jika mengingatnya, bahkan dengan jet lag yang kurasakan.

Pergi karting, bersepeda, berkeliling di fun fair, photobox, suaranya saat menyanyikan lagu di loteng, dan caranya memberikanku pelukan sebelum aku pergi tidur membuatku mengharapkan sesuatu yang tidak seharusnya. Perasaan yang seharusnya tidak kusimpan dalam diriku. Perasaan yang mungkin hanya akan membuatku kecewa karena aku tahu ia tidak akan pernah merasakan hal yang sama.

Semua hal yang kupikirkan selalu berujung padanya sekarang. Rasanya seperti tidak ada satu hal pun yang dapat kupikirkan tanpa mengingat tentangnya. Semua memoriku tentangnya selalu menjejali pikiranku, membuatku merasa senang, bingung, dan bersalah dalam satu waktu.

Namun Daniel adalah satu-satunya hal yang membuatku ragu untuk memutuskan perasaan apa yang kurasakan. Perasaan aneh yang selalu muncul setiap aku mengingatnya selalu diiringi dengan perasaan bersalahku terhadap Daniel. Keduanya tidak bisa kuabaikan begitu saja, karena mereka berdua telah membuatku menjadi siapa diriku sekarang. Aku ingin keduanya ada dalam hidupku.

Selama perjalananku menuju kemari, aku terus memikirkan bagaimana perasaan Daniel jika ia mengetahui apa yang ada dalam diriku sekarang. Bahkan meskipun aku selalu ingat bahwa Daniel pernah membohongiku dan mempermainkan perasaanku, aku tahu betul aku tidak seharusnya membalasnya dengan apa yang terjadi padaku sekarang. Apalagi setelah selama ini aku selalu meyakinkan diriku bahwa aku mencintainya.

Seandainya Daniel tidak membohongiku—atau seandainya aku tidak pernah tahu kebenaran tentang orang yang membalas e-mailku, mungkin aku tidak akan pernah merasakan hal ini. Karena sekarang, bahkan aku tidak bisa jujur pada diriku sendiri karena aku takut kehilangan keduanya.

"Carissa?" aku mendengar pintu kamarku terbuka, membuatku ikut membuka mata. "Kau sedang tidur?" ia bertanya saat pandangan kami bertemu.

Aku bangun dan menggeleng atas pertanyaannya. "Ada apa?"

"Tidak ada, aku hanya..." volume suaranya mengecil dan menghilang. "Apa kau mau istirahat? Apa aku menganggumu?"

"Tidak, tidak sama sekali. Aku hanya berencana membereskan barang-barangku setelah ini," jawabku tepat setelah melihat tumpukkan barang-barang yang kusimpan di dekat nakas.

Aku mengucek mataku untuk menghilangkan kantuk. Lalu meraih tas dari dekat nakas, mengeluarkan beberapa perlengkapan milikku, dan menatanya kembali di meja rias. Saat aku selesai, aku mendapati Daniel duduk di pinggir tempat tidur dan membantuku mengeluarkan pakaian dan barang-barang lain yang masih ada di dalam tasku. Ia menyusun barang-barang yang ia keluarkan dari dalam tasku di atas tempat tidur sementara aku meletakkannya kembali ke tempatnya.

Falling in Your Lies • why don't we [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang