"Kak, itu dari tadi ada yang nelpon gamau di angkat apa???" kata gue yang udah bosen dengerin suara ringtone hpnya Kak Doyoung.
"Ngga."
"Siapa sih?"
"Kepo."
"KSJ ya?" ucap gue menebak.
"Kok tau?" Kak Doyoung tampak agak kaget.
"Nebak-nebak doang sih, tadi nelpon juga soalnya. Emang dia siapa???" tanya gue penasaran.
"Kepo."
"Dih." Gue rolling eyes lalu fokus ke tv lagi.
"Awas aja kalo bunyi sekali lag—"
Let it go let it go ~
Nah kan. Bunyi lagi.
Dengan gerakan secepat cahaya gue mencoba ngambil hpnya Kak Doyoung.
Tapi gak berhasil.
Tangan Kak Doyoung lebih cepet dari gue.
"Mo ngapain, hah." Dia angkat hpnya agar gak bisa gue ambil.
"Ihhh! Kesiniin gak?!" Gue mencoba meraih hp Kak Doyoung.
"Ga."
"Yaudah angkat telponnya!"
"Ini udah di angkat."
"BUKAN GITU MAKSUDNYA!"
"Terus gimana?"
"KAK DOYOUNG!!! GAUSAH PURA-PURA BEGO DEH!"
"Heh."
"Makanya gausah gitu!" Gue kembali duduk ke posisi semula lalu lanjut makanin keripik pisang.
Kalo bunyi sekali lagi gue bakal ambil hpnya Kak Doyoung. Harus bisa.
Let it go let it go ~
Gue berusaha ngambil hpnya Kak Doy lagi. Tapi gue malah jatoh ke badannya Kak Doyoung hingga hidung gue nempel dadanya Kak Doyoung.
Kalo di film-film sih udah ciuman biasanya.
Yakali gue ciuman sama orang yang mau nyeraiin gue.
Selagi ada kesempatan gue buru-buru ngambil hpnya Kak Doyoung lalu ngangkat telpon dari KSJ itu.
"Hal—"
"Hai sayang!"
Hah?
Sayang? Maksudnya?
"Aku kira kamu ud—"
Tut.
Gue matiin telfonnya.
Tadi siapa?
Kak Doyoung menghela nafas lalu mengusap mukanya, "Kan. Kakak bilang apa, jangan di ang—"
"Sayang? Hah?" kata gue dingin. Mendadak gue sensi, efek PMS mungkin.
"Jess—"
"Aku tanya dia siapa kok!"
"Mantan kakak."
Oh, mantan.
"Oh, yaudah." Gue bangun dari duduk gue.
"Mo kemana?"
"Bobok."
"Masih jam 8."
"Pengen tidur gasik." kata gue.
"Jess, jangan marah."
"Gak marah kok. Siapa yang marah."
"Kan marah."