3. Es Krim

17.9K 1.1K 62
                                    

Hari yang sangat melelahkan bagi Reon. Ia baru pulang sekolah pada pukul lima sore karena ada kegiatan ekstrakurikuler. Reon kemudian mengambil ponsel di saku celananya. Ia akan menelpon Leon agar menjemputnya.

"Halo, Kak," sapa Reon.

"Ya, Dek. Kakak jemput sekarang, ya," Waw, Leon benar-benar sangat peka. Yang akan menjadi istrinya pasti akan bahagia. Uhuk.

"Iya, Kak. Maaf, Reon ngerepotin lagi," lirih Reon.

"Nggapapa, kayak sama siapa aja. Kalau gitu kakak berangkat sekarang. Dahh."

"Dahh, Kak," Reon memutus sambungan telepon. Reon merasa bosan jika harus menunggu. Ia memutuskan membeli sesuatu di minimarket yang berada di seberang jalan.

Reon menyebrang dengan selamat. Namun, saat hendak masuk ke minimarket, ia melihat seseorang yang sedang menunduk, menyembunyikan wajah sedihnya.

'Kakak itu sedih,' batin Reon. Reon kemudian masuk ke minimarket. Ia berjalan menuju kulkas es krim. Reon membeli dua es krim cup rasa stroberi.

Setelah membayar es krimnya, Reon melangkah keluar.

Reon menyerahkan salah satu es krim yang dibelinya kepada seseorang yang sedih tadi, "Ini buat kakak," kata Reon pelan.

Reon sebenarnya tidak mudah akrab dengan orang asing. Ia akan selalu menghindari untuk bertemu orang asing, kakaknya melarang ingat. Selain itu, Reon tuh orangnya dikit-dikit takut.

Orang itu mendongak, "Buat .... aku?" tanyanya memastikan.

Reon mengangguk. Orang itu menerima es krim pemberian Reon.

"Kata kak Leon, kalau ada orang sedih harus dihibur. Kak Leon selalu menghibur Reon kalau Reon sedang sedih. Entah itu dikasih es krim atau kue stroberi, asalkan Reon nggak sedih lagi," jelas Reon.

Kakak asing itu tersenyum, "Makasih, es krimnya, Dek," ucapnya.

"Sama-sama, Kak. Kakak namanya siapa? Oh iya, nama Reon Reon," wait what?

Kakak asing itu mengernyitkan dahinya bingung. Ia sebenarnya sudah tahu kalau nama pemuda SMA ini Reon. Saat Reon bercerita tadi, dia menyebutkan namanya ingat.

"Eh, oh, namaku Aznii Nashwa. Reon bisa panggil kakak Kak Aznii," ucapnya.

"Hai, Kak Aznii," sapa Reon dengan mulut penuh es krim.

"Hai, juga, Reon. Reon kenapa belum pulang?" tanya Aznii.

"Reon nungguin kakak. Habisnya kakak lama sih. Soalnya kakak jemputnya dari kantor. Kak Aznii usianya berapa? Tinggal dimana? Itu apa, Kak?" tanya Reon bertubi-tubi.

Aznii tertawa pelan, "Usia kakak dua puluh dua tahun, kakak tinggal di panti asuhan Kasih Bunda. Ini namanya cookies, Reon."

Reon terkejut, "Maaf, Kak. Reon nggak bermaksud yang aneh-aneh. Serius."

"Iya, Reon, nggapapa. Lagipula kakak udah ikhlas atas kepergian kedua orang tua kakak," jawab Aznii.

"Itu namanya cookies, ya, Kak? Ada rasa stroberi nggak?" tanya Reon semangat.

"Ada, kok. Reon mau beli?" tanya Aznii penuh harap.

"Mau!! Reon beli semua yang rasa stroberi," Reon selalu saja semangat jika bersangkutan dengan stroberi.

Aznii lalu membungkus cookies stroberi ke dalam plastik yang lebih besar. Ada sekitar enam bungkus cookies stroberi yang dibeli Reon. Reon kemudian membayar cookies-nya.

"Ngomong-ngomong, kenapa tadi kakak sedih?" tanya Reon penasaran.

"Oh, itu. Itu karena dagangan kakak baru terjual sedikit. Padahal kakak jualan dari pagi sampai sekarang. Tapi nggapapa, mungkin besok dagangan kakak bisa habis," jelas Aznii sambil menunduk sedih.

My Childish Husband : Leon's Love Story (SELESAI) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang