Tidak biasanya Reon bersikap seperti ini. Ia dengan setulus hati sibuk mengumpati kertas ulangan matematika-nya. Di kertas itu tertera nilai C dan karena nilai yang bisa dibilang jelek itulah Reon harus mengerjakan ulang soal matematika itu sebanyak tiga kali.
Sedikit bukan?
Big no!
Banyak soalnya adalah dua puluh soal, berlevel tinggi, dan harus dikerjakan tiga kali. Itu sama saja Reon harus mengerjakan enam puluh soal. Malangnya, Reon hanya punya waktu semalam. Besok sudah harus dikumpulkan. Sialnya, Reon baru mengerjakan delapan belas soal.
"Sial! Kurang dua lagi. Mana harus nulis tiga kali. Tiba-tiba pengin matahin tangan seseorang," geram Reon. Saking kesalnya, ia bahkan menekan tombol angka di kalkulator-nya dengan kasar. Poor kalkulator.
Ada apa denganmu Reon?
Kemana sifat kekanak-kanakanmu itu? Hilang ditelan bumi kah? Tidak.
Ini memang sifat tersembunyi Reon yang bahkan tidak diketahui keluarganya. Sifatnya berkebalikan dengan Shion dan Leon. Jika Shion dan Leon mempunyai perubahan sikap menjadi kekanak-kanakan, maka Reon akan mempunyai perubahan sikap yang cenderung kasar, dingin, bermulut pedas, berkata sarkas, dan sifat-sifat lain yang berlainan dengan Reon.
"Kurang ajar! Aku akan *piiip* kemudian *piiip* dan akhirnya membuang *piiip* ke *piiip* dan aku bisa hidup tenang di kelas dua belas ini," kata Reon emosi. Bahkan perkataannya sampai kena sensor karena mengandung unsur sadisme yang tidak pantas dibaca.
Reon menghentikan kegiatannya saat handphone-nya tiba-tiba berbunyi. Ternyata ada panggilan masuk dari Leon.
"KAKAAKK!!" teriak Reon saat mengangkat teleponnya.
"Kakak ... I miss you so much," kata Reon.
"Aku menderita karena nggak ada kakak. Kakak kenapa nggak pernah main kesini sih. Kakak lupa sama Reon, ya. Kakak jahat!" lanjutnya.
"Hahaha, maaf, Reon. Kakak sedikit sibuk akhir-akhir ini. Tapi kamu tenang aja. Setengah jam lagi kakak pulang ke rumah. Nan--"
"Yeeeyyy ... Kakak pulang!! Mama ... Papa ... Kakak pulaaanggg!!!" Reon berteriak dan keluar dari kamarnya untuk menghampiri Shion dan Ran dengan meninggalkan teleponnya yang masih menyala.
"Halo, halo. Reon kamu masih disana? Halo. Ya ampun, anak itu," Leon pun memutuskan panggilan telepon secara sepihak.
"Mama kakak pulang..!! Kakak bakal pulang hari ini. Akhirnya Reon bisa minta traktir lagi. Yeeyy!!!" kata Reon bersemangat.
Ran tertawa kecil melihat tingkah ansusias Reon karena mendapat kabar bahwa Leon akan datang.
"Jadi Reon seneng karena bisa minta traktir lagi nih?" tanya Ran.
"Err ... Nggak hanya itu kok, Ma! Hehe ..." jawab Reon.
"Pasti cuma mau nguras dompetnya kakak kan?" tanya Ran lagi. Ia benar-benar tahu tabiat anaknya.
"Ehehe ... Mama tahu aja," kata Reon. Ran hanya geleng-geleng kepala.
Sambil menunggu Leon datang, Reon mengusir kebosanannya dengan menonton televisi. Kebetulan ada acara kartun kesukaannya. Untung saja sifat asli Reon sudah kembali. Coba bayangkan jika Reon masih berada di sifat abnormal-nya. Mau nonton apa dia nanti? Kartun sadisme?
.
.
.
.
.
Leon memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Ia dan Aznii kemudian turun dari mobil seraya membawa buah tangan untuk keluarganya. Leon langsung saja membuka pintu dan masuk ke dalam rumah diikuti Aznii.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Husband : Leon's Love Story (SELESAI) ✔
Storie d'amoreSequel dari cerita My Childish Husband. Silakan baca cerita awalnya terlebih dahulu. ---------- Ini adalah cerita tentang Leon dan kisah cintanya. Lalu bisakah dedek Leon menemukan jodohnya? Tunggu, Leon sudah bukan dedek lagi!! Tidak hanya kisah ci...