Sebelum kau memberikan jawaban untuk penantianku.
Aku pernah menyukai seseorang yang bukan halalku.Ujian itu datang karena diri sendiri bukan karena orang lain, atau yang lainnya! Kesedihan! Kebahagiaan! Keberhasilan! Pun kegagalan! Lalu apa yang harus dipertanyakan lagi? Semua karena diri kita!
***
Dia yang bukan halalku, bukanlah dia yang memberi jawaban untuk penantianku, melainkan orang lain yang baru saja ku kenal. Bisa dibilang dia teman satu kerja, kami pernah bekerja dengan shift yang sama. Kami sama-sama masuk shift siang.
Aku datang terlambat hari itu, ternyata saat aku tiba mereka telah menungguku."Hei? " Sapa Fadlan salah satu temanku.
" Hai!" Balasku.
"Datang terlambat hari ini, kenapa? " Tanya Hilma teman perempuan ku.
" Hmm.. " Balasku hanya dengan senyum.
" Kenapa ukhti? Tidak terlalu semangatkah hari ini? " Tanya Wijdan teman laki-laki ku.
" Hah? Tidak tidak hanya saja aku malu datang terlambat hari ini" Jawab ku tersipu.
Mereka hanya tersenyum, aku hanya bales mereka dengan senyuman canggung ku. Bawasannya memang pertama kalinya aku bekerja bareng mereka.
"Sudah sudah, yuk mulai promosinya, hehe" Ajak Fadlan.
"Ohh iya yuk! " Jawab kami barengan.
Ditengah promosi itu kami ngobrol seputar pernikahan, yang pertama diawali oleh teman perempuanku Hilma.
" Tahun ini insyaallah aku mau nikah" Ceplosnya.
"Hah iya? " Tanyaku penasaran.
" Iya.. Doain aja iya mudah mudahan lancar sampai hari H, aamiin" Jelasnya
Kebetulan kita semua menjawab "Aamiin"
"Barakallah Hil " Ujarku
Salah satu temanku Fadlan tersenyum mengejek kepadaku.
"Oh iya katanya aku dengar kamu juga ada niat nikah muda kan iya? " Tanya Hilma.
Aku hanya tersenyum.
"Kenapa ukhti mau nikah muda? " Tanya wijdan.
"Karena itu keinginan ku sejak lama, sebetulnya aku pernah pacaran. Tapi ternyata pacaran tidak seindah yang aku bayangkan, ternyata aku sadar. Itu bukanlah cinta yang ia ridhoi, makanya aku banyak diuji oleh cinta yang dilarang itu" Jawabku
"Lalu?" Tanyanya lagi.
"Lalu aku berniat untuk nikah muda, bukan sekedar mau mendapatkan keindahannya saja. Tapi karena aku ingin mendapat ridho nya, melalui cinta yang halal" Jelasku.
Tak lama, teman shift pertama sudah waktunya untuk pulang. Sisanya tinggal aku dan Wijdan shift kedua yang melanjutkan sampai jam kerja selesai.
Kita berdua tidak banyak bicara, lain saat masih ada kedua teman kita yang lain shift. Kami semua aktif bicara, lain dengan sekarang semuanya terasa canggung. Seperti ada tembok penjaga yang menjulang tinggi.
"Hisst.. " Desisku.
"Kenapa ukhti?" Tanya Wijdan heran.
"Hah iya? Tidak tidak " Jawabku canggung.
Dalam hati aku berkata "astagfirullah, perasaan apa ini?" setelah itu tidak ada lagi kata kata yang kita lontarkan, keduanya terasa canggung.
***
Keesokan harinya, saat kami berempat dalam satu shift yang sama.
Aku tiba-tiba tertarik pada tumbukan buku gramedia yang ada di sana, ingin sekali rasanya cepat beristirahat untuk bisa lihat lihat buku di sana."Tertarik buku yang di sana kah ukhti?" Lontar Wijdan penuh tanya.
"Hmm.. Nggak juga" Aku mengelak
Hanya pertanyaan dan jawaban singkat setiap saatnya waktu itu, begitu dan seterusnya.
Jam bekerja pun habis kami bergegas untuk pulang, Fadlan dan Wijdan sudah pulang duluan ke pusat. Sisanya hanya aku dan Hilma."Dia suka sama kamu ra, apa kamu gak ngerasain? " Ceplos Hilma yang membuatku heran.
"Hah.. Siapa? " Tanyaku minta penjelasan.
"Tidak tahukah apa pura pura tidak tau? " Hilma merayuku.
"Ah kamu ni Hil ngada ngada deh aku beneran gak tau, lagian siapa juga yang mau sama aku" Jawabku merendah.
"Waktu di mess dia curhat kok sama aku, nih iya sekarang aku buktiin yang laki-laki kan udah pada pulang tuh. Pasti nanti salah satu dari mereka ada yang jemput kamu ke sini " Ujar Hilma.
"Wijdan!" Pikirku, membuat ku semakin penasaran, karena pasalnya tidak ada lagi laki-laki yang tinggal di mess selain Wijdan. Tak lama setelah aku dan Hilma menunggu.
"Wijdan! tuh akan apa kata ku juga pasti dia datang jemput kamu Ra!" Rayu Hilma.
Betul saja Wijdan datang menjemput, laki-laki yang aku tebak tadi.
"Gak mungkin!" Kata ku dalam lamunan."Ehh.. Ngapain ngelamun sih? Tunggu apa lagi, gih buruan pulang ke pusat, aku juga udah dijemput tuh" Ajak Hilma.
"Ohh iya Hil" Jawab ku merasa aneh, dari jauh Wijdan tersenyum lalu menyalahkan mesin motornya.
Kami semua pulang ke pusat tempat kerja ku, di sana masih sangat ramai. Karena pasalnya memang di sana tutup toko jam 22:00 malam. Di pusat aku minta dijemput oleh teman SMP laki-laki ku, karena tidak ada yang jemput saat itu.
Setelah sampai di rumah anehnya aku malah semakin memikirkan Wijdan, gak mungkin aku punya perasaan itu terhadapnya. Pasalnya tiap kali aku dekat Wijdan hatiku bergejolak.
"Ah sudahlah mungkin ini perasaan sesaatku" Ucapku dalam hati.Perasaan itu pasti akan selalu datang kepada siapapun, namun bagaimana kita menyikapinya. Aku pikir itu perasaan sepintas ku saja, nanti juga normal lagi. Ingat dia bukan laki-laki halal mu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Afra (Cinta & komitmen)
SaggisticaPilih Cinta atau Komitmen? Untuk menjawabnya pun aku harus berpikir keras, alasannya agar tidak menyesal nantinya. Bukankah penyesalan selalu datang diakhir waktu? Setelah aku berulang-ulang kali memikirkan jawaban dari pertanyaan itu. Nah Jadi aku...