Chapter 18

5.5K 598 57
                                    

Jam baru menunjukan pukul setengah sembilan malam ketika snack mereka habis. Gun bangkit dari pelukan Joss dan pergi ke pantri untuk mengambil snack lainny dari dalam sana, namun ketika ia sampai disana, tidak ada snack yang tersisa kecuali mie instan dan beberapa botol bir.

Jadi ia kembali ke ruang tengah dan mengulurkan tangannya ke depan Joss, "Berikan dompetmu, aku ingin pergi ke supermarket di depan. Snack di dalam pantri sudah habis." Jelas Gun.

"Ayo kita kesana." Joss berniat untuk menemani Gun namun pria kecil itu menolaknya.

"Aku hanya sebentar, kau tunggu disini saja."

"Ya, Joss. Lagipula Gun sudah besar, ia tidak butuh bodyguard untuk menemaninya pergi ke supermarket yang berjarak tidak jauh dari sini." Off menimpali tanpa melihat kepada mereka. Gun tidak mempedulikannya.

"Baiklah," Ucap Joss, ia memberikan dompetnya pada Gun. "Jangan belanja terlalu banyak nanti kau tidak bisa membawanya sendirian."

"Hmm, tahu." Kata Gun, Joss mengantarnya sampai ke depan rumah.

Off memperhatikan keduanya yang terlihat seperti akan berpisah jauh meski kenyataannya Gun hanyalah pergi ke supermarket sebentar. "Cih, menggelikan." Cibirnya. Namun meski begitu, ia tidak mengalihkan perhatiannya dari sosok adik tirinya yang kini tengah menjinjitkan kakinya dan mengecup pipi kekasihnya.

Joss kembali ke dalam rumah setelah Gun pergi. Ia tersenyum canggung pada Off karena tatapannya, sepertinya ia melihat mereka berciuman di depan gerbang tadi.

"Kau, kenapa kau menyukai Gun?" Tanya Off tiba-tiba. Ia sudah mendudukan dirinya di atas sofa.

Joss memulai dengan, "Apa kau tahu berapa banyak orang yang berhasil melihat bintang jatuh?" Tanyanya, ia kemudian melanjutkan. "Aku tidak terlalu ahli dalam statistik tapi jika aku bisa menebak hanya ada beberapa orang dari miliaran manusia di bumi yang berhasil melihatnya. Aku tidak pernah melihatnya tapi selalu berharap dan menunggu-nunggu setiap malam untuk bisa melihatnya. Sampai pada akhirnya aku melihatnya. Hanya saja bukan di malam hari, melainkan di siang hari. Ia tidak terlihat berada di langit tapi di sebuah pantai; aku melihatnya dan ia tersenyum, i fell in love. Aku menyukainya karena ia mengingatkanku pada bintang jatuh."

"Oh." Off menjawab dengan singkat meski ia sudah menatap Joss cukup lama. "Dan apa profesimu?"

"Aku seorang lyricist."

Ah, pantas saja dia terdengar sangat puitis. Batin Off.

Keduanya kemudian larut dalam keheningan. Off menonton televisi, sementara Joss melakukan sesuatu yang tidak membuat Off tertarik untuk melihatnya. Saat mendengar suara gemuruh dari luar, dan ketika hujan mulai turun, Off otomatis menengok kepada Joss dan menemukannya tertidur sambil meringkuk di atas sofa.

"Bisa-bisanya ia tertidur saat kekasihnya masih belum kembali." Ucap Off pada dirinya sendiri, ia menggelengkan kepalanya dan pergi ke pintu depan. Off mengambil payung lalu pergi untuk menyusul Gun.

***

Gun berakhir membeli banyak snack karena ia tidak bisa menahan dirinya setiap kali ia pergi ke supermarket. Ibunya selalu memarahinya karena kebiasaan itu, tapi biasanya Joss akan menjadikan dirinya sebagai tersangka dan mengatakan kalau semua itu adalah miliknya.

Ia membayar makanan-makanan tersebut di kasir dan berjalan keluar supermarket dengan sedikit kesulitan. Saat itu seseorang membantunya dengan mengambil kantung belanjaan darinya, ia mendongak ke atas dan melihat Off sudah berdiri di hadapannya. Ia memegang payung di tangan yang satunya lagi.

My Dearest Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang