Gun menghempaskan tangan Off, dan ia melihat pergelangannya yang merah karena genggaman tangan Off.
"Lihat! Kau meninggalkan memar di tanganku!" Serunya.
Off tidak menghiraukan protesnya dan membuka pintu mobilnya lalu menatap Gun, ia menggerakan kepalanya memberi tanda padanya untuk segera masuk. Gun menggelengkan kepalanya dan merengut padanya.
"Masuk, Gun."
"Tidak mau! Kenapa kau terus mengaturku ini dan itu? Aku yang mengatur hidupku sendiri!"
"Dengar, kau bisa mengatur hidupmu sendiri — tapi tidak dalam seminggu ini. Aku yang mengendalikannya untuk saat ini." Dia mengedipkan mata dan melontarkan senyum licik. "Kau terjebak denganku tidak peduli kau suka atau tidak."
Ia menatap ke arah Off tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lontarkan padanya.
"You're the worst!"
"Cepat masuk, Gun. Atau kau ingin aku mengikat tanganmu lagi dengan ikat pinggang? Jangan bilang kau diam-diam suka jika aku mengi--"
Sebelum Off sempat menyeleseaikan kalimatnya, Gun mendorong tubuh Off dan berakhir masuk ke dalam mobilnya, ia tidak akan membiarkan kepala pria itu semakin besar.
Perjalanan pulang ke rumah dipenuhi dengan udara panas diantara Gun dan Off, mereka tidak bicara dan Gun menolak untuk menatapnya. Sejujurnya Gun juga tidak ingin pergi bersama Pak, ia hanya tidak ingin ikut pulang ke rumah karena Off akan menang dan dirinya akan kalah, lagi. Ia kesal dan marah tapi setelah ia pikir-pikir lagi, ia sedikit senang karena Off memaksanya pulang, karena ia tidak perlu mencari alasan pada Pak untuk mengantarnya pulang. Ia tahu kerbau itu akan menyeretnya ke hotel.
Dan Gun tidak bodoh, ia tidak akan dengan mudahnya menyetujui ajakan Pak untuk threesome bersama dengan temannya. Berhubungan seks dengannya sekali saja sudah cukup menyiksa, tidak akan ada yang kedua. Ia hanya ingin menjahili Off dan membuatnya marah dengan mengatakan ia tertarik pada ide threesome itu.
Begitu sampai di rumah, Gun langsung masuk ke dalam kamarnya, ia membanting pintunya keras hingga terdengar sampai ke dapur. Off menggelengkan kepalanya, ia menggantung kunci mobilnya dan mengambil handphonenya untuk memesan pizza, ia tahu Gun belum makan malam.
Gun sedang mendengarkan lagu saat sebuah kertas masuk lewat sela-sela pintu kamarnya, ia melepaskan headsetnya dan turun dari kasurnya. Gun berjongkok, mengambil kertas itu dan tertawa kecil saat melihat gambar Off. Pria itu menggambar dirinya sendiri yang sedang memegang kotak pizza, dibawahnya tertulis; Want a piece? Come downstairs.
Off sedang menuang bir ke dalam gelas saat Gun turun, pria itu tidak mengatakan apa-apa dan hanya meletakan satu potongan pizza ke atas piringnya. Mereka berdua makan dalam diam.
"Aku hanya melindungimu." Ucap Off, tatapan sinis yang biasa dia berikan kepada Gun digantikan dengan tatapan tulus. "Jika Pak memang menyukaimu, ia tidak mungkin mau berbagi dirimu dengan temannya." Ia melanjutkan.
"Sebenarnya aku tidur sekali dengannya."
"Eh?" Off terkejut, ia terbatuk karena tersedak sosis dari pizza yang ia makan.
"Tapi ia sangat payah sampai ke titik dimana aku tidak ingin tidur dengannya lagi. Kurasa dari semua pria yang aku tiduri, dia yang terburuk." Gun menjelaskan, ia menyadari tatapan Off padanya jadi dia melanjutkan dengan. "Kau yang terburuk kedua."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Step Brother
Fanfic[COMPLETED] Apa jadinya jika pria yang meniduri Gun di malam ulang tahunnya adalah calon kakak tirinya? Dan bagaimana jadinya jika mereka harus tinggal satu atap dan bertingkah seperti seorang kakak beradik saat jelas-jelas ada sexual tension yang b...