Chapter 4

7.7K 784 85
                                    

Hari pernikahan orang tua Off dan Gun akhirnya tiba, pagi-pagi sekali mereka sudah berada di gedung hotel dan harus melakukan berbagai ritual. Selain teman-teman artis ibunya, terdapat juga banyak pejabat dan reporter yang datang.

Selama acara berlangsung, Gun harus memastikan ia memasang senyum terbaiknya dan menyapa tamu-tamu yang datang. Ia melirik ke arah Off yang juga melakukan hal yang sama dengannya, saat mata mereka bertemu, Gun menjulurkan lidahnya pada Off dan pria itu hanya menggelengkan kepalanya kepadanya.

Pesta pernikahan yang melelahkan itu berakhir pukul 9 malam, dan mereka baru sampai ke rumah setelah semua tamu-tamu pulang.

Mulai dari malam ini, Gun dan ibunya akan mulai tidur di rumah Off, yang mengartikan Gun akan terus melihat wajah Off setiap harinya. Ia akan menjalani kehidupan seperti berada di neraka karena ia tahu Off tidak akan berhenti menganggunya.

Gun berniat untuk mandi, namun saat ia membuka pintu kamar mandi, Off juga membuka pintu kamar mandi. Ia mendesah berat sambil memegang gagang pintu, "Aku yang buka pintu duluan." Kata Gun.

"Aku sudah menggantungkan handukku duluan." Ucal Off tidak mau kalah.

Gun merapatkan bibirnya dan menganggukan kepalanya, "Silahkan mandi duluan, Mr. Hyde." Ucapnya sinis, ia kemudian membanting pintu kamar mandi dengan kencang.

Ia menyandarkan tubuhnya ke pintu dan mengacak-acak rambutnya, belum ada 24 jam tinggal bersama dengannya, kepalanya sudah hampir mau botak karenanya. Gun tersenyum menyeringai saat sebuah ide muncul di otaknya, ia berjoget dengan bahagia seraya berjalan keluar dari kamarnya dan pergi ke dalam kamar Off. Gun terbatuk-batuk saat masuk ke dalam kamar Off, karena kamarnya dipenuhi dengan asap rokok.

"Sepertinya orang itu mau mati muda." Ucapnya pelan.

Gun mengambil kotak rokok Off yang ada di atas meja belajarnya, menggunakan selotip dan menggulung kotak rokok itu dengan selotip hingga menutupi seluruh kotak itu. Terakhir untuk melengkapi, Gun menggambar babi yang sedang mengacungkan jari tengahnya di atas sticky note dan menempelkannya di tengah-tengah kotak.

Ia terpukau melihat karyanya, kemudian ia menaruh kotak rokok itu ke atas meja dan pergi meninggalkan kamar Off lalu kembali ke kamarnya.

Setelah suara air berhenti, Gun masuk ke dalam kamar mandi. Dan ia tertawa kencang saat mendengar geraman kesal dari Off, ia menyalakan lagu dari handphonenya dan mulai membersihkan dirinya sambil menyanyi mengikuti musik yang terlantun. Jika saja ia bisa secara langsung melihat ekspresi kesal Off, itu akan lebih membuatnya bahagia.

Gun keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk di pinggangnya, ia mengambil sisir dan mulai bertingkah seakan dirinya ada penyanyi terkenal di depan kaca. Gun melempar sisir itu ke atas kasurnya setelah lagu selesai, dan berjalan ke laci untuk mengambil boxer. Saat ia membuka laci, seluruh boxernya sudah menghilang.

"Sih brengsek itu..." ia mencengkeram laci, menggigit bibirnya kesal. Lalu ia pergi ke kamarnya Off, ia membuka pintu kamarnya tanpa mengetuknya terlebih dahulu. "Kembalikan boxer-boxerku!"

"Kau yang memulai perang dengan melakukan ini." Ucap Off seraya menaikan kotak rokok yang tadi Gun solatip.

"Aku hanya memberi solatip pada kotak rokokmu yang isinya tinggal setengah, dan kau mengambil semua boxerku!"

Gun tidak percaya dia mengira Off tidak akan membalasnya untuk itu. Selama sebulan sebelum pernikahan orang tua mereka dan setelah insiden di klub, Off sudah mengabaikannya dengan baik, dan Gun berasumsi bahwa Off akhirnya sudah tersadar, namun dia tetaplah Hyde yang licik.

Gun mulai mencari di lacinya. Ia juga melihat ke dalam lemarinya dan di tempat-tempat yang memungkinkan Off menyembunyikan boxernya.

"Kau bisa mencarinya di sini sampai matahari terbit. Mereka tidak ada di sini. Jangan buang-buang waktu."

My Dearest Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang