Chapter 17

5.5K 628 71
                                    

Aktivitas seksual Tay dan New berlangsung normal. Mereka melakukannya seminggu empat kali, terkadang enam sampai tujuh kali. Dan karena Tay bukanlah tipe orang yang suka terekspos, mereka hanya melakukannya di sekitaran apartemen saja; seperti kamar, kamar mandi, ruang tengah dan dapur. Tay selalu berpikir public sex itu sangat berbahaya jadi ia tidak pernah ingin melakukannya.

Tay dan New menghabiskan malam natal mereka di Hatyai bersama keluarga New. Tay akui, meski New adalah seorang yang menurutnya gila seks. Ia tetap hanyalah seorang anak kecil saat bersama dengan ayah dan ibunya. Dan melihat hangatnya keluarga New membuatnya bertanya-tanya mengapa keluarganya tidak bisa seperti itu? Ia hanya berharap ayah dan ibunya bisa duduk di meja makan dan bertanya soal hari atau perasaannya, bukan terus menerus membahas soal pekerjaan.

"Lalu...sudah berapa lama kalian berpacaran?" Tanya ibunya New yang membuat Tay serta New saling bertatapan.

"Uh, kami tidak berpacaran." New menjawab.

"Ya, kami hanya teman serumah." Tay menjawab.

"Oh? Maafkan tante, habis New tidak pernah membawa pulang temannya ke rumah. Jadi tante pikir Tay adalah pacarnya New." Ucapnya sambil tertawa, Tay hanya tersenyum menanggapinya.

Setelah makan malam, Tay kembali ke dalam kamar New. Karena tidak ada kamar tamu di rumahnya, mereka terpaksa harus tidur bersama. Tay sedang menggosok giginya saat pintu kamar mandi terbuka dan New melongokan kepalanya ke dalam. Lalu ia masuk dan mengambil sikat giginya, ia menyodorkannya pada Tay dan pria itu menaruh sedikit pasta gigi ke atasnya.

"Maaf." Bisik New pelan, ia menatap mata Tay dari kaca.

"Maaf?"

"Ya, karena kebodohan ibuku tadi."

Tay tertawa, ia membilas mulutnya dan mencuci sikat giginya. Lalu ia menatap New dan mengusap rambutnya, "Ibumu lucu, aku tidak masalah dengan komentar itu." Jawab Tay. "Apa kau mau mandi?"

"Iya."

"Baiklah, kau mandi duluan saja. Aku akan menunggu diluar." Tay kemudian mengambil handuk dan berniat untuk memutar knob pintu, namun New menghentikannya.

"Kita bisa mandi berdua." Kata New.

"Dan kenapa kita harus mandi berdua saat aku bisa mandi nanti setelahmu?" Tay bertanya untuk menggodanya.

"Aku menginginkanmu." Ucapnya lagi, "Sekarang." Lanjutnya.

Dengan wajah yang memerah, New terlihat begitu menggemaskan. Terlebih disaat ia tidak menggunakan kata fuck saat meminta Tay untuk menidurinya, biasanya ia akan menggunakan kata-kata tidak senonoh padanya dan ini adalah pertama kalinya ia mendengar kalimat yang terdengar begitu manis dari mulutnya.

"Bagaimana jika orang tuamu mendengar kita?"

"Tidak akan."

Setelah mendengar jawaban New, Tay meraih tangan New dan mengayunkannya ke lehernya. Lalu dia mendorongnya ke dinding dan menciumnya. Tay menggerakkan ibu jarinya di sepanjang rahang New dan ke tenggorokan saya, pinggulnya menjepit New ke dinding. Dia mencium New perlahan dan dengan intensitas, dan kaki New menyerah, ia hampir terjatuh tapi Tay mengangkatnya, mendorongnya lebih keras ke dinding. Handuk yang tadi melingkar di pinggang New terlepas dan terjatuh ke lantai.

New membiarkan tangannya melayang di punggungnya dan menariknya lebih dekat padanya. Ia mendengar Tay membuat geraman pelan dan bersandar padanya. Tangannya meluncur ke bawah kaki New di belakang lututnya, menariknya ke arahnya. New mengerang dan merasakannya ereksi dari kejantanan Tay yang masih terbalut celana boxernya.

My Dearest Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang