Itu aneh, segalanya terasa aneh bagi Gun. Ia tidak pernah membiarkan siapapun tidur di atas kasurnya, bahkan White dan New sekalipun. Tapi malam ini Off berada sampingnya, tidur di atas kasurnya dan saling berhadapan. Lampu kamar diredupkan namun Gun masih bisa melihat tatapan intens Off padanya.
Tangan Off bergerak mengelus wajahnya, lalu menekan hidungnya dan turun ke bawah, ia mengusap bibir Gun untuk beberapa detik sebelum akhirnya mendorong masuk ibu jarinya ke dalam mulutnya. Gun membuka mulutnya dan menghisap ibu jarinya, lalu ia menatap Off dan menggigit jarinya.
Off tertawa, "Apa kau seekor puppy? Mengapa menggigit jariku?" Gun tidak menjawab dan justru menjulurkan lidahnya, lalu ia membalikan tubuhnya dan membelakangi Off.
"Kembalilah ke kamarmu, Off. Aku ingin tidur."
"Aw, jangan tidur dulu." Off menarik tubuh Gun mendekat kepadanya dan ia meletakan tangannya di pinggul Gun. "Ceritakan aku soal seks pertamamu."
"Kenapa kau mau tahu soal seks pertamaku?"
"Aku hanya ingin tahu siapa pria yang berhasil mengambil keperawananmu dan seberapa ahlinya dia dikasur." Kata Off seraya mengecup belakang lehernya.
Gun membersihkan tenggorokannya sebelum memulai cerita, "Itu tidak direncanakan, aku melakukannya dengan anak dari teman ibuku. Kami sedang liburan dan aku merasa begitu tergoda melihatnya; ia tampan, tubuhnya tinggi, badannya bagus, dan seksi. Jadi aku memberitahunya kalau aku terangsang setiap kali ia berjalan di vila tanpa pakaian dan malamnya kami melakukan seks. Aku tidak melihatnya lagi setelah liburan itu."
Off menghembuskan nafasnya, ia lalu mengganti posisinya, menopang dirinya dengan sikutnya dan menatap Gun yang kini juga sudah menatapnya. "Aku seharusnya tidak bertanya."
"Kenapa memangnya?"
"Karena sekarang moodku jadi hancur." Jawabnya.
Off belum pernah merasakan cemburu sebelum bertemu dengan Gun, ia tidak menyukai perasaan yang membakar dalam hatinya. Seperti ada perak dalam nadinya. Ia sering mengawasi Gun dengan pria lain di kampus, dan saat melihatnya berbincang atau tertawa dengan pria lain membuatnya marah.
Off memandangnya dengan seksama, seolah diam-diam menuntut sesuatu darinya. Meski Gun tidak sedang mencoba untuk menggodanya, ia dengan fasih menunjukkan sensualitas yang murni dan polos. Gun seperti es krim tanpa kalori dan wiski tanpa alkohol. Dia narkoba. Sebuah obat untuknya.
Ia kembali menyentuh bibir Gun dan menekannya, "I want to break you apart and put you together again, i want to give you pleasure and make you forget your own name, Gun." Lalu ia menunduk dan berbisik di lubang telinganya. "You're going to think my name is yes, or fuck yes."
Kata-katanya dalam dan lembut, suaranya terdengar menggoda. Bibir Off hampir berada di bibirnya, dia bisa merasakan gerakan mereka saat dia berbicara, hampir tidak menyentuhnya.
Off menunggu, melayang tepat di atas Gun, menunggunya merespons. Off dipenuhi dengan kebutuhan yang tak tertahankan untuk menyentuhnya. Gun memberikan respon dengan menutup sedikit jarak di antara mereka.
Saat bibir mereka bersentuhan, Off mengambil alih. Dia mencocokkan gerakannya dengan bibir dan lidah dan gigi. Gun mengerang ketika tangan Off berlari ke sisi lehernya, menangkupkan rahangnya, memiringkan kepalanya untuk menyelaraskan mulut mereka dengan lebih baik. Bibir Off bermain di bibir Gun. Tangan Gun menemukan jalan ke rambut Off yang tebal dan gelap ketika dia menangkap bibir bawahnya dengan giginya, menggigit dan menjilatinya sampai dia pikir dia mungkin akan binasa karena intensitas perasaan itu. Gun merintih pada sensasi giginya, dan Off menghargai suaranya dengan memperdalam ciuman mereka, memberikan semua yang dia inginkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/189658505-288-k527358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Step Brother
Fanfiction[COMPLETED] Apa jadinya jika pria yang meniduri Gun di malam ulang tahunnya adalah calon kakak tirinya? Dan bagaimana jadinya jika mereka harus tinggal satu atap dan bertingkah seperti seorang kakak beradik saat jelas-jelas ada sexual tension yang b...