Tepat pukul sebelas siang, Reza sampai di kantor. Pegawai-pegawai memberi salam dengan tunduk kepada Reza. Pria itu mengenakan setelan jas yang cukup membuatnya semakin tampan.
Dengan kaki yang panjang, Reza berjalan menuju lift yang akan mengantarnya menuju ruang kerja.
Sudah ada beberapa orang yang menunggu di depan ruangannya, Reza bingung, akhirnya ia menuju dan menanyakan kepada salah satu pegawai yang bertugas di sana.
"Siapa mereka semua?" tanyanya sambil berbisik pelan.
"Em? Mereka calon sekertaris baru, Pak."
"Oiya saya lupa, boleh siapkan data mereka ke mejaku?"
"Siap, Pak!"
Setelahnya Reza masuk ke ruangannya, duduk menunggu pegawai tadi yang ia suruh.
Tok Tok
"Masuk!"
"Ini berkasnya, Pak!"
Reza mengangguk, "Kau boleh pergi!"
Pegawai itu pergi sesuai perintah.
Reza membuka satu persatu data calon sekertarisnya, dan dia berhenti di salah satu berkas itu.
Tercatat nama Ayana Putri di sana, dengan foto 4×6. Wajahnya dihiasi dengan senyuman kecil dan itulah yang membuat jantung Reza semakin berdegup kencang.
"Oh, ternyata namamu Ayana. Kali ini kau tidak akan lolos dariku, Ayana."
Beberapa jam sudah lewat, dan sisa satu peserta yang sengaja ia simpan belakangan.
"Ayana, kau akan lihat."
Saat pintu ruangannya serasa ada yang membuka, dengan gesit ia membalikkan badan dam kursinya. Ingin memberikan kejutan pada gadis itu.
"Duduk!"
"Nama?" tanya Reza seolah-olah belum mengenal gadis kencannya itu.
"Ayana Putri, Pak!"
Sopan, celoteh Reza dalam hati.
"Umur?"
"Duapuluh tahun, Pak!"
"Status?"
"Jomblo, Pak!"
"Pernah pacaran?" tanya Rrza memastikan.
"Belum pernah, Pak!"
"Mau pacaran sama saya? Mau menikmati tubuh saya? Jika mau saya terima sekarang!"
Dengan percaya diri, pria bermata sipit itu berbalik memperlihatkan wajah tampannya. Di seberang sana, Ayana hampir saja terjatuh dan syok karena pria di hadapannya itu tak lain orang yang merebut keperawanannya semalam.
"Kau, jadi ini, ..." perkataan Ayana terpotong di saat Reza kini telah melangkah maju ke hadapannya. Ayana mendongak, menelan salivanya kasar.
"Kau memang benar-benar menggoda, Ayana."
Ayana mendorong tubuh Reza sampai menabrak meja di belakangnya. Saat Ayana hampir mencapai pintu, tiba-tiba tirai penutup turun dan menutupi seluruh ruangan. Ayana kaget dan berbalik menatap Reza dengan sorot tajam.
"Keluarkan aku dari sini!" perintah Ayana.
"Tidak segampang itu ferguso, hahaha."
Setelahnya Reza menarik Ayana dan menghimpit wanita itu ke dinding.
"Yah, aroma tubuhmu sayang, aku suka."
Sedetik kemudian Reza mencium bibir Ayana dengan rakus sehingga membuat Ayana sulit bernapas. Tapi tak ada kata berhenti bagi Reza jika ia sudah terangsang seperti ini.
Dulu, jauh sebelum Ayana datang. Reza belum pernah melakukannya. Ia hanya menyuruh para pelacur berjongkok di hadapannya untuk melakukan blow job. Beberapa wanita berusaha merangsang Reza, tetapi tetap saja gagal, ia tak bergairah. Sampai akhirnya ia bertemu dengan wanita tertutup di diskotik, dia Ayana. Ayana yang saat ini telah ia tindih di dalam kamar khusus pribadi di ruangannya.
Reza mengikat kedua tangan Ayana ke atas dan mengikatnya kembali di pinggiran ranjang. Kaki Ayana terus saja menendang-nendang tak karuan, dan saat ini Reza suka dengan adegan itu. Ia suka mempermainkan Ayana.
"Lepaskan aku!"
Reza tersenyum dan tak mengindahkan segala ucapan Ayana. Ia malah membuka perlahan kancing baju Ayana dan merobek branya dengan sekali hentakan. Ayana menangis.
"Jangan menangis sayang, aku ingin kau menikmati permainan kita agar kau tak lagi seenaknya melawan perintahku."
Di detik kemudian, Reza kembali kasar. Bagaikan Serigala yang kelaparan, ia merobek kembali baju dan rok Ayana. Saat ini tubuh Ayana hanya menyisakan celana dalam saja. Dilihatnya kulit putih mulus bagaikan susu itu, wajah Reza memerah. Perlahan ia menurun celana dalam Ayana yang masih saja memberontak.
Tubuh Ayana kini telah telanjang bulat, dengan cepat Reza mengisap puting susu Ayana. Mencoba merangsang gadis itu sangatlah mudah.
"Enghh!"
Reza suka desahan Ayana, dia suka mempermainkan gadis itu. Wajahnya yang mengerang sakit dan kenikmatan menjadi salah satu momen favorit bagi Reza.
Reza yang tak sabar membuak bajunya dan celananya. Saat ini mereka sama-sama sudah tak memakai sehelai benang pun. Reza kembali melumat bibir ranum gadis itu, dan mulai turun keleher dan sampai di depan dada Ayana.
Sepertinya payudara Ayana kali ini sangat menggoda. Gerakan tubuh Ayana yang memberontak dengan perlakuan Reza itu semakin membuat Reza terangsang.
Tangan Reza mengelus-elus vagina berbulu halus itu. Ia mulai membuka kaki Ayana pelan, dan berjongkok di depannya. Ia melihat secara rinci vagina gadis itu.
"Cantik."
Wajah Ayana saat ini memerah, ia ingin menolak tapi tubuhnya menginginkan lebih.
Reza meniup-niup vagina Ayana, membuat gadis itu mengeluh.
"Akhhh!"
"Kenapa Ayana?"
"Aku, akhhh! Aku udah gak khuaat!"
Reza semakin menggoda, ia menginginkan jika Ayana yang meminta dan memohon kepadanya.
"Gak kuat kenapa sayang?"
"Masukin, masukin!"
Reza tersenyum menatap dan membelai wajah Ayana.
"Sebut namaku sayang!"
"Rezaaa!"
Setelahnya Reza menuntun juniornya, mereka melengus bersama. Denyutan-denyutan di rasakan oleh Reza. Perlahan dia menggoyangkan pinggulnya, memompa tubuh Ayana di bawah.
Ayana masih belum terbiasa, jadi sebagai pemandu, Reza yang melakukannya. Beberapa gaya sudah ia lakukan, dari gaya enam sembilan, dogy stile dan masih banyak lagi di peraktekkan oleh Reza.
Saat mencapai klimaks, Reza tumbang di samping tubuh Ayana.
"Mulai saat ini, kau ku cap sebagai budakku."
Halo guys, maaf yah kalau masih gaje. Jangan lupa vote biar aku makin semangat nulisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayana! 🔴SUDAH TAMAT🔴✔
RomanceBEBERAPA PART AKAN DI PRIVATE DI TENGAH-TENGAH. UNTUK KELANJUTAN MEMBACA, ALANGKAH BAIKNYA MEMFOLLOW TERLEBIH DAHULU. TERIMA KASIH. Cinta satu malam dengan orang asing? Itu belum cukup. Di kantor tempat Ayana melamar kerja, ia akan menjadi budak naf...