Realitas

5 1 0
                                    

#EpisodeRandom

Saat belajar bahasa indonesia, aku tau bahwa gak semua cerita novel itu fiksi alias imajinasi saja. Kadang kala diangkat dari realita kehidupan yang emang pernah terjadi.

Dan tapi, se-real-nya cerita novel gak akan pernah sama dengan dunia nyata. Its so far different, halah, ini bener gak sih tulisannya?

buktinya nih, aku lagi ngecengin kakak kelas XI. Namanya Emir, dia ganteng banget, tajir, dan ketua osis.

Tapi itu dugaanku saja, buktinya dia baru saja mengajakku pulang bareng tapi karena kutolak, eh dia sudah pergi dengan gadis lain. Jarang banget kan novel-novel menceritakan secepat itu gebetan kita selingkuh. Eh maksudnya player.

Awalnya dia sesuai banget sama kriteriaku, tampangnya kayak anak baik-baik gitu. Hihi, sorry yah, aku emang rada risih sama badboy, apalagi yang jutek-jutek, beuh..., udah ada satu dirumah. Ambil aja kalau mau. Eh enggak. Abangku masih cukup berharga dan gak sembarang di lelang.

Oh yah, back to the topic. Dulu, sewaktu kak Emir cowok-able dimataku. Pernah di satu momen kak Emir lewat di depan kelasku. Saat itu kami lagi bercanda di pintu. Fyi, gak ada satu temenku yang tau kalau aku suka sama kak Emir.

Yup, diantara kita berempat, emang cuma aku yang paling bisa menutupi masalahnya sendiri. Termasuk rasa sukaku sama kating yang lagi lewat di koridor kelas.

Bener, saat itu aku udah tau dia bakal lewat. Dan biar gak ada yang curiga, aku tetap lanjut bercanda seolah gak peduli dengan kak Emir. Hello, kan ceritanya gak suka, biasa aja.

Ini sih uniknya diriku, selalu menggunakan nalar untuk menganalisis keadaan. Bagaimana pun juga, di novel yang sering kubaca, cewek-cewek yang ketemu atau berpapasan dengan gebetannya selalu salah tingkah dan menunjukkan tanda-tanda kalau dia suka sama itu orang. Paling ekstream, ditunjukkan dengan cara yang bertolak belakang, seolah benci padahal suka. kalau menurutku, hal itu bisa membongkar rahasianya sendiri.

Saat sedang bercanda, tiba-tiba aja si Indra, temanku yang suka usil, keluar dan mendorongku dengan sengaja.

"Eh minggir woy, gue mau lewat." Parahnya, selain usil, dia gak pernah setengah-setengah ketika bercanda. Dengan dorongannya yang cukup kuat, tubuhku yang kecil mungil ini berhasil terdorong keluar dan,.

"awas ada orang" teriak Caca.

Iya aku tau.

Dengan sekuat tenaga aku berusaha membelokkan diri agar tidak bertabrakan dengan kak Emir.

Aku gak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan kak Emir dan dengan orang-orang yang melihat kami terjatuh. Ah, aku tidak berani membayangkannya. Itulah kenapa secara refleks aku berbelok agar tidak menabraknya. Sebab aku tidak berani menghadapinya. Logikaku belum lumpuh sepenuhnya.

"Untung aja, maaf ya kak" Kata Caca mempersilahkan Kak Emir lewat yang aku yakin dia juga kaget dengan aksiku yang tidak pasrah dengan keadaan. Karena kulihat dia tersenyum kikuk menggaruk tengkuknya.

"Gak jadi nabrak kok" katanya sembari meninggalkan kami. Sekilas dia melirikku yang hampir goyah karena dilirik semikian rupa. Ya gimana dong? Namanya juga dilirik gebetan. dilirik orang yang kusuka pasti salting kan?

huft... hampir ketahuan kalau aku salah satu dari ratusan fansnya.

"Kalau tadi itu gue, udah pasrah ajalah, siapa tau bisa dipeluk kak Emir" kata Luna yang membuatku mengernyit tak percaya ada seorang wanita bisa berkata seperti itu. Mungkinkah logikanya dilumpuhkan oleh rasa kagum?

Ya, untuk beberapa alasan aku suka bingung ketika bersikap. Apakah kita harus senekat itu ketika jatuh cinta?

Hmm, mungkin Luna tipe pemberani yang bisa melakukan apa saja asalkan dia suka. Simpulku untuk sementara.

Terus aku bagaimana? Penakut?

Takut dengan perasaan yang kumiliki diketahui orang lain? Ataukah aku takut kalau rasa sukaku bahkan diketahui oleh kak Emir?

Lantas kenapa aku harus menyukainya hingga kini?

Ya itu dulu, pas banget sebelum aku tau kak Emir juga player.

Trus sekarang apa? Mau kayak yang ada di drama, novel, atau manga?

Nangis mewek karena gebetannya juga sama kayak cowok lain?

Player.

Ah malesin.

Air mataku tidak pantas untuknya.

Hello, ini dunia nyata yang gak perlu hiperbola.

Bener Shai, lo harus kuat menghadapi kenyataan yang pahit ini.

Shai?

Udah kayak Rio aja.

Apa kabar tuh anak? Videoku gak tersebarkan?

Ketika turun dari TJ, aku langsung merogoh kantongku. Membuka sosial media milik Rio.

Mungkin salah gue yang seringnya gak serius, jadinya lo gak percaya.

Begitu tulis captionnya yang kuamini. Memang seharusnya jadi laki-laki itu omongannya bisa dipercaya. Boleh bercanda tapi tunjukkan keseriusannya.

Kuamati foto cewek yang di update nya.

Kayak kenal?

Terserah. Toh Rio juga gak jauh beda sama kak Emir. Sama-sama buaya!

TEENLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang