Ngeselin

4 2 0
                                    

"Adek berangkat bun" aku pamit mencium punggung tangan bunda.

"Hati-hati ya sayang. Adek inget kan sama rutenya?" aku hanya menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Naik ojol aja?" tawar bunda.

"gak ah bun, risih" bunda hanya tersenyum maklum.

"Tapi ada yang khusus perempuan kok. Atau pakai aplikasi Anterin, bisa pilih driver perempuan" kata bunda mencoba alternatif yang memudahkanku.

Aku memang risih dibonceng orang asing. Aku terbiasa dianter abang. Sekalipun kerja kelompok dirumah teman, dia akan dengan suka rela mengantarku. Dengan syarat, bensin aku yang tanggung.

Aku menggeleng.

"Abaaaaang cepat sembuh. Aku gak mau naik TJ" sengaja aku berteriak biar abang denger.

"Gadis kok suaranya gede banget ngalahin abangnya" bunda menjawil hidungku.

"Biarin"

"yaudah gih. Telat entar"

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Hari ini aku sengaja memakai jaket. Karena gak kuat sama AC Trans Jakarta yang dingin banget. Tak lupa masker wajah yang sudah kusiapkan di kantong kananku.

Perjalanan dari rumah menuju halte sekitar 15 menit. Lumayanlah membakar lemak ditubuh. Tapi apa yang bisa dibakar dengan tubuhku yang kurus ini.

Sesampainya di halte, aku duduk sebentar menunggu TJ. Tak lama kemudian datang juga Trans Jakarta dengan penumpangnya yang penuh banget.

Aku harus melewati 10 Stasiun dengan sekali transit untuk bisa sampai ke sekolah. Aku turun di Halte SMA Bakti Negara yang merupakan nama sekolahku. Tapi aku harus berjalan 13 menit agar sampai tepat di gerbang sekolah.

Akhirnya kakiku berjalan memasuki gang sekolah yang cukup besar seperti jalan raya. Dengan begini, aku hampir menempuh 50 menit perjalanan.

Semangat berjalan Shaira, bisikku menyemangati.

"Tiin" suara klakson membuatku kaget dan berhenti. Kudapati Rio tersenyum menyapaku dari balik helmnya. Dia kemudian mengangkat kaca helm.

"Yuk bareng" tawarnya.

Aku langsung mengingat kejadian saat di TJ tadi. Saat dimana Rio ngebonceng cewek berkerudung. Aku belum cerita kan? sengaja. Buat apa di ceritakan dan di fikirkan?

Tapi kalau dia menawarkan tumpangan selepas memberikan boncengan pada gadis berkerudung tadi. Ya Auto-kesel. Gak perduli juga sih sebenernya.

"Gak" jawabku sembari melanjutkan langkah yang tertunda.

"Jangan jutek-jutek Say. Jadi tambah manis" Tidak kupedulikan godaannya. Kulihat jam menunjukkan pukul 7.21 wib, duh.

Aku langsung berjalan cepat. Hampir-hampir aku berlari mengejar pintu gerbang. Sekalipun pak Eman orangnya ramah dan baik. Tapi untuk masalah ke disiplinan dia selalu tegas. Telat satu menit sekalipun tidak akan dibukakannya pagar yang menjadi amanahnya itu.

"Tidak ada toleransi jika terus seperti itu", katanya kala anak-anak protes tentang betapa disiplinnya pak Eman.

"kita gak akan maju kalau terus-terusan menghormati orang-orang yang tidak mengahargai waktu dengan baik", sayangnya aku setuju dengan pak Eman.

"Kita harus belajar menghormati mereka yang tepat waktu" Pak Eman memang cuma lulusan SMP, tapi dia sangat amanah dan berilmu menurutku.

Tapi untuk kali ini aku mohon jangan tutup pintunya. Aku masih berlari berusaha mengejar gerbang.

"Paakk" teriakku yang berhasil menarik banyak perhatian. Aku tidak peduli.

Hap.

"Nyaris" kataku pelan. Aku berhasil mendaratkan kakiku sebelum pak Eman menutup gerbang. Ada 3 anak yang berada diluar. mereka terlambat satu menit.

"Tumben telat neng?" Tanya pak Eman.

"Naik TJ pak" Aku merapihkan kembali bajuku yang awut-awutan.

"Oh... gak dianter toh" Setelah merasa rapih, kulangkahkan kakiku menuju kelas. Melewati pak Eman. Sebelumnya kusempatkan memberi salam pada pak Eman.

Bel juga sudah berbunyi.

Ting. Bukan suara bel. Suara notif di hp ku. Membuat langkahku terhenti. Jam segini guru belum masuk. Jadi kuputuskan untuk memeriksa pesan yang dikirim padaku. Karena kalau ditunda, bisa-bisa ketika bel istirahat berbunyi barulah kubuka pesannya.

Mataku seketika melotot saat melihat isi pesan yang dikirim Rio. Sebuah video slow motion dimana aku hampir memasuki gerbang.

Uuughh. Malu.

Kurang kerjaan banget sih si Rio.

"Say" aku kenal suara teriakan yang memanggilku. Kuedarkan pandangan dan mendapatinya parkir di sebelah mobil brio. Mirip punya kak Emir.

"Rioooo..." teriakku dari kejauhan.

Aku ingin mengamuk dan menghampirinya. Tapi langkahku tertahan saat mendapati kak Emir keluar dari mobil yang memang benar miliknya. Bersama seorang perempuan. Cantik. Siapa itu?

Bukannya kak Emir gak punya pacar?
Kak Emir juga gak pernah bawa perempuan didalam mobilnya.

Terus itu siapa? Kulihat kak Emir sempat berhenti dan melihatku yang mematung.

Amarahku pada Rio langsung luntur. Mata kami sempat bertemu pandang. Aku tidak tau ekspresi macam apa yang baru saja diperlihatkannya. Aku segera pergi dengan rasa kecewa.

Begini rupanya rasa suka tapi bertepuk sebelah tangan.

Lumayan sakit.

Cukup sakit sampai aku tidak menyadari Rio yang sejak tadi menggoda dan mengikutiku dari belakang.

Lagian baru suka diam-diam gini. Belom sampai pacaran.

Apa jadinya yah kalau orang pacaran, terus pacarnya selingkuh?

Apa jadinya yah kalau dia udah ngasih 'segalanya' untuk si pacar tapi pacarnya selingkuh dan mereka putus?

Bedanya putus dan cerai apa sih?

Kenapa ada cewek yang udah kehilangan keperawanannya sama si pacar terus mohon-mohon untuk gak diputusin dan tetap bertahan dihubungan yang udah gak harmonis. Karena terlanjur keperawanannya hilang?

Kenapa ada perempuan yang udah kehilangan keperawanannya malah minta cerai sama suaminya dengan alasan komunikasi sudah tidak berjalan dengan baik.

Kenapa ada perempuan yang tetap bertahan dalam pernikahannya sekalipun sang suami sudah banyak melakukan kesalahan padanya.

Kenapa kehidupan ini jadi rumit?

Kan ceritanya aku lagi patah hati karena gebetan udah punya pacar. Kenapa bahasnya jadi kemana-mana sih Ra?

TEENLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang