Berulang kali aku melihat sosial media milik Rio. Dan berulang kali aku mengucap syukur karena dia tidak meng-upload video ku ke sosial media miliknya. Bagaimana pun Followers Rio sudah 19k bisa rusak imej ku kalau sampai itu terjadi.
By the way, bentar lagi pulang. Tapi jaket kak Emir masih ada padaku.
Haish.
Gak punya nomer kak Emir. Gak bisa tanya-tanya kan gimana caraku memulangkan jaket ini.
Ting.
Satu pesan datang dari nomer tak dikenal. Apa nih? Operator mama minta pulsa? atau aku dapet undian atau jangan-jangan dia menawarkan hutang tanpa ribet. Kurang kerjaan emang. Menipu, mempromosikan dengan membajak nomer orang itu dosanya double gaes.
Nanti tunggu di halte yah.
Sekitar jam 14.15 baru kelar rapat.Siapa nih?
Siapa?
Emir
Ups. Kak Emir dapat nomerku dari mana?
Eh iya kak.
Jaketnya aku kembalikan hari ini.
TrimsOk
Kebiasaan anak cowok nih. Ngebalesnya singkat banget.
Ting.
Maaf yah, jadi nunggu lama
Balasnya lagi.
Its ok
Kulihat centang biru artinya kak Emir hanya membaca pesanku.
Gak apa-apa deh mesti nunggu lama. Asalkan urusanku dengan kak Emir selesai.
#
"Mau dianter sampai depan gak?" Tanya Rasti. Caca dan Luna sudah pulang deluan. Katanya Caca ada bimbel jam 16.00, jadi pengen cepat-cepat pulang biar bisa tidur dulu. Kalau Luna, dia harus pergi ke nikahan tantenya. Pas ditanya kenapa gak bolos aja? Dijawabnya, "Males, ini pernikahan keduanya. Gak pelu heboh"
Aku lupa kalau tantenya Luna, Tante Regina, beberapa bulan yang lalu cerai dengan om Farhan. Padahal, Luna suka cerita gimana sweet nya kisah pacaran mereka. Tapi semanis-manisnya masa lalu, masa kini mereka harus berpisah. Luna belum cerita alasannya kenapa. Aku sih jadi sedih dengan Clara. Anak satu-satunya. Bagaimanapun cerai akan meninggalkan satu luka tersendiri bagi Clara. Tapi islam ngebolehin cerai, beda sama zina. Udah ah, ntar kumat lagi penyakitku yang memikirkan banyak hal.
Bisa gitu yah, pacarannya awet, mesra, so far so sweet, kemudian bercerai. Padahal sudah ada anak yang menjadi pengikat lebih kuat diantara dua sejoli.
Gak ngerti ah. Kok jadi kaya Rasda sih yang selalu serius.
Mungkin itu sudah menjadi jalan hidup tante Regina. Bagiku, hanya bisa mengambil kesimpulan ternyata pacaran bukan jaminan untuk bertahan pasca turun dari pelaminan. Boro-boro, toh banyak yang tidak sampai ke pelaminan. Pacaran tahunannya sama siapa, nikahnya sama siapa. Bisa gitu yah.
"Yakin nih ditinggal?" Tanya Rasti untuk yang kesekian kali.
"Iya udah buru ditungguin Rasda tuh" Rasda sudah menunggu di pintu gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENLOVE
Teen FictionJadi begini, aku suka sama kak Emir. Dia itu udah kayak sosok pangeran di negeri dongeng. Perfect! Pinter, ganteng, anak pengusaha pula. Bukan cuma aku yang suka sama kak Emir. Hampir sebagian besar penduduk sekolah yang bergender wanita menyukainya...