"kantin kuy" ajakku pada Rasti, Caca dan Luna.
"Ntar, gue masih nyalin tugas bio. Et napa banyak amat dah" Kata Luna sambil mencatat cepat. Ya ampun, gak bisa dibaca tulisannya. Kayak ceker ayam. panjang semua.
"Elonya aja yang males" Caca meledek Luna, "tulisan dah kaya ceker ayam" tambahnya.
Caca memang paling suka meledek Luna.
"Berisik ih. Tolong belikan roti yah. Nih goceng, jan kupa kembaliannya dibalikkan" Sudah minta tolong. Nadanya ketus. Memerintah. Duh Luna, bikin Caca sebel deh itu entar.
"Ye, lu dah lihat tugas gue, mana upahnya? pake nyuruh-nyuruh segala" protes Caca. Bener kan?
Teman sebangku, sahabatan, tapi demen berantem.
"biar gue aja yang beli" kuambil uang Luna dan pergi melangkah terlebih dahulu.
"Tau nih berantem mulu" Rasti akhirnya buka suara. Dia mengikutiku. Kemudian Caca menyusul kami.
"Emang dianya aja ngeselin, eh bentar..," Tiba-tiba Caca kedepan dan merentangkan tanganya tepat didepanku.
"Apa sih?"
"Kalian lihat IG Rio gak sih?" tanya Caca yang gak penting banget.
"hmm" Balasku
"lihat" Rasti juga menjawab.
Aku dan Rasti menjawab bersamaan.
"Kalian tau siapa cewek itu?" Tanya Caca lagi. Kali ini dia tersenyum genit.
"Gak peduli" jawabku sekenanya.
namun suasana terasa sepi. kulirik dua sahabatku yang kini melihatku dengan senyuman bodoh mereka.
"Apa deh? Jijik tau." Kadang-kadang senyum bodoh mereka nampak menjijikkan.
"Itu elu Ra." Kata Rasti pelan. Kami kembali melangkah.
Aku hanya berfikir, dari segi mana itu bisa disebut itu aku?
"Ngarang" keluhku pada mereka yang memang hobby banget mencomblangi aku dengan Rio.
"Bandel sih di omongin" kata Caca.
"Dia beneran suka sama lu Ra?" tanya Rasti memastikan.
"Tapi kayanya sih iya" kata Rasti kemudian.
Aku hanya diam tak menjawab. Dimataku dia sudah ter-Black List dari daftar cowok pilihan.
"Yaiyalah. Shairanya aja yang jual mahal" Kata Caca yang mulutnya nih mulai sembarangan. Ingin kusumpal bakso beranak saja.
Aku mempercepat langkahku. Khawatir rasa laparku malah mengundang amarah yang tidak penting.
Sesampainya dikantin, aku memilih kebab sebagai menu pengganjal lapar. Rasti mengambil Jus jambu yang sudah dikemas bu Evi.
"Tadi Caca pesan apa deh?" Tanya Rasti yang kini ditangannya sudah ada somay, cimol dan jus jambu.
"Mie ayam pake bakso" jawabku yang kini juga sudah membeli pesanan Luna.
"Oke. Lo yang ambil yah"
"Hmm.."
Rasti langsung melesat menghampiri Caca. Sudah tau kan, kalau Rasti gak bisa nahan diri lihat makanan.
"Mie ayam bakso ya pade"
"Mie ayam bakso ya pak de" seruku berbarengan dengan satu anak cowok."Eh, jodoh mah gak kemana Say"
Hah.
Kenapa mesti Rio sih?
"Kok bisa samaan sih?" Tanya temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENLOVE
Teen FictionJadi begini, aku suka sama kak Emir. Dia itu udah kayak sosok pangeran di negeri dongeng. Perfect! Pinter, ganteng, anak pengusaha pula. Bukan cuma aku yang suka sama kak Emir. Hampir sebagian besar penduduk sekolah yang bergender wanita menyukainya...