Sakit

3 2 0
                                    

Hampir jam 5 sore kami baru sampai di rumah. Sebelum aku menanyakan banyak hal. Bang Aufan sudah lebih dulu melangkah ke dalam rumah.

Namun sesaat sebelum benar-benar masuk, dia berhenti tepat didepan pintu.

"Siapa tadi?" Tanya abang dengan nada sinis. Dih. Kenapa abang yang marah?

"Kakak kelas" Balasku jutek. Giliran dia yang kepo mesti banget harus dijawab. Ngeselin banget sih jadi abang. Aku melangkah mendahuluinya.

"Eh belum selesai." Teriaknya.

Berisik. Tidak kuhiraukan teriakannya. Aku terus pergi memasuki kamarku. Sesampainya dikamar aku langsung mengganti bajuku. Mengeringkan rambutku. Tak lupa kukirim pesan untuk bang Aufan.

Lu mandi gih deluan. Ntr sakit

Kok gak pake abang?

Ogah

Durhaka

Bodo. Mandi gih


Dan dia hanya membaca isi pesanku.

Dilantai dua ada 3 kamar dan satu kamar mandi. Baik kamarku dan kamar bang Aufan sama-sama tidak memiliki kamar mandi. Secara otomatis membuatku berbagi kamar mandi dengannya.

Kamarku dan kamarnya berseberangan.

Setelah merasa cukup berbenah. Aku segera mengumpulkan baju kotor termasuk jaket milik kak Emir. Pikiran-pikiran aneh mulai datang menghampiriku begitu melihat jaket abu milik kak Emir.

Seperti, jadi begini toh aroma baju kak Emir.

Hush. Jadi gadis kok pikirannya liar banget.

Kan cuma bahas aroma?

Udah ah. Ketahuan bunda nanti bisa di omelin.

Akhirnya aku keluar dengan membawa semua baju yang sudah ku kumpulkan. Sesampainya didapur, aku langsung memasukkannya ke mesin cuci. Aku tidak langsung mencucinya. Masih ada baju bang Aufan yang lupa kuambil.

Aku lantas mengambil segelas air hangat. Kuletakkan air itu di atas meja makan. Kemudian kuambil madu hitam yang tersimpan didalam kulkas. Lalu mencampurnya dengan air hangat. Kuaduk hingga rata, eh udah kayak iklan.

Maksud hati sih, agar bang Aufan baik-baik saja setelah meminum madu ini.

#

"Bang, nih" kataku terhenti. Aku kaget melihat tubuhnya yang tidak memakai baju kaus. Dia hendak memakainya tapi karena aku tidak mengetuk pintu, jadilah aku melihatnya Topless. Perempuan lain pasti senang melihat perutnya yang gak sixpack sih tapi gitulah, masih ada bentuknya yang cocoklah buat anak SMA yang rutin ngejaga olahraga.

Kata abang, "Lu gak perlu nge-gym buat dapetin perut bagus kayak artis Korea. Rajin berkebun juga udah cukup". Itu sewaktu kubilang, temen-temenku mulai aneh karena histeris lihat perut oppa-oppa ganteng. Iya sih, cukup memanjakan mata dan batin kejombloan. Lah?

Btw, aku kaget bukan karena melihat perutnya yang tak berbusana, karena itu sudah biasa bagiku. Tapi kaget dikarenakan perutnya yang memar.

"Pantes aja tadi kesakitan" kataku kesal. Langsung kusodorkan madu yang tadi sengaja kubuat untuknya.

"Minum" Perintahku. Dia diam dan hanya menurut. Lantas aku keluar mencari minyak Zaitun yang ada di rak dan juga mengambil es batu lengkap dengan baskom dan kain yang meresap.

TEENLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang