Berita tentang kak Emir memang cepat beredar. Sepanjang istirahat pertama, nama kak Emir selalu jadi perbincangan. Bagaimana tidak?
Sekali lagi ku ingatkan bahwa kak Emir adalah pria idaman hampir seluruh ciwi-ciwi di SMA ku. Bahkan ketenaran kak Emir bisa menembus sampai ke seluruh kota. Halah lebay.
Gimana enggak, kak Emir itu wajahnya cakep. Sekali pandang juga semua orang bakal setuju. Rasda aja mengakui kalau kak Emir cakep.
"Da, coba lo liat. Kenal kak Emir kan? Didekat mading yang pegang spidol merah. Cakep gak?" Tanya Caca tempo dulu pas awal-awal masuk.
Lama Rasda berusaha memusatkan perhatiannya dan, "Cakep" aku tersenyum kecil. Kupikir Rasda tidak tau cowok keren, Karena selama ini dia tidak pernah membicarakan laki-laki. Dia cenderung menutup diri dengan laki-laki. Bukannya tidak normal. Katanya sih dia menjaga interaksi.
"Tuh kan. Selamat. Lo bisa gabung di fansite Kak Emir" Kata Rasti kemudian. Dia bangga gitu kembarannya bisa menilai dengan tepat dan benar.
"Siapa bilang gue mau? Dia itu ciptaan Allah, sekalipum ada cacat di hidungnya, gak pantas kita bilang jelek. Dan jika memang benar cakep ya cakep. Good Looking dan berterimakasih kepada Allah udah kasih kita mata dan bisa lihat yang bening-bening. Sekali aja, jangan keterusan nanti jadi zina mata"
Haha. Aku tertawa dalam hati membenarkan Rasda dan tertawa karena dia tetaplah Rasda, tiada hari tanpa nasihat.
Fyi, Kak Emir itu jomblo, terus kenapa malah berangkat bareng cewek kesekolah? Tentu ini akan menjadi perbincangan hangat dan panas.
Seumur-umur kak Emir belum pernah jalan sama cewek. Belum ada yang ngelihat ada cewek duduk bareng kak Emir di mobil mininya itu.Dan yang paling mengejutkan adalah cewek itu ada dikelas sebelahku. Dia terkenal kalem. Gak ganjen. Beneran deh. Itu sih yang aku dengar.
Kalau ceweknya ganjen kan ada kemungkinan kak Emir dijerat. Digoda. Tapi kalau kalem?
Terus salah si cewek karena dia ganjen?
Iyalah udah bikin patah hati banyak siswi. Haha. Dasar manusia, paling demen menyalahkan sesama spesies.
Duh, sedih jadinya.
Aku mengeluarkan bekal makanku. Biasanya aku makan dijam kedua istirahat. Tapi karena malas ke kantin, lebih baik aku makan sekarang saja. Moodku rusak gara-gara isu kak Emir.
"Kalian gak makan?" aku hanya basa-basi pada ketiga sahabatku. Terutama Luna dan Caca yang benar-benar menunjukkan kegalauannya.
"Gak nafsu" kata Caca.
"Ras, bukannya biasanya lo bawa bekal?" kulihat Rasti belum juga membuka bekalnya.
"Tadi kelupaan bawa"
"lo mah kebiasaan" emang udah tabiatnya Rasti melupakan barang bawaannya. Pernah dia ketinggalan Hpnya di ruang guru. Pas di Calling, ternyata yang jawab bu Ira, guru BK. Kami segera mengambilnya karena sudah cukup malu membayangkan lagu Rasti yang alay, Jodoh dunia akhirat.
Masih bocah udah ngomongin jodoh. Komentarku saat itu.
"ya gak apa-apa ngomongin jodoh. Daripada ngomongin pacar?"
"emang kenapa pacaran?"
"kata Rasda gak boleh"
Sebenarnya saat itu aku ingin bertanya lagi tapi keburu Rasti menarikku dan mempercepat langkah kami.
Diantara tiga sahabatku, yang jarang nge-halu ya Rasti. Gak tau deh dia berubah entah sejak kapan. kami satu sekolah sejak SD. Jadi aku tau banget apa aja yang disukai Rasti. Termasuk oppa-oppa beroti sobek.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENLOVE
Teen FictionJadi begini, aku suka sama kak Emir. Dia itu udah kayak sosok pangeran di negeri dongeng. Perfect! Pinter, ganteng, anak pengusaha pula. Bukan cuma aku yang suka sama kak Emir. Hampir sebagian besar penduduk sekolah yang bergender wanita menyukainya...