Erstwhile : 04

538 74 82
                                    

🍁🍁🍁

Minhye keluar untuk membeli coffee di Starbucks depan Rumah Sakit tempat Minha dirawat. Mendadak Minhye menghentikan langkahnya, seseorang memeluknya dari belakang. Hanya mencium aroma parfum nya saja, Minhye sudah bisa mengenali pemilik lengan kekar yang memeluk tubuhnya yang kurus.

Wanita itu enggan membuka suaranya dan juga tidak ada niat untuk melepas lengan seseorang dari tubuhnya. Jujur, Minhye merindukan pelukan ini dan juga aroma parfum yang dipakai orang itu.

Biarkan Minhye menikmati semua itu, sebelum pria yang memeluknya menjadi milik orang lain. Tidak, pria itu sudah menjadi milik orang lain yaitu Adiknya sendiri Ahn Minha.

"Daniel... " lirih Minhye.

"Hm? Kau ingin mengatakan sesuatu? "

"Lepas." Minhye berusaha menyingkirkan lengan Daniel yang memeluk tubuhnya.

Tapi Daniel malah mempererat pelukannya pada tubuh Minhye. "Aku tidak mau."

Minhye mendesah pelan. "Jangan seperti ini. Cepat kembali ke dalam dan temani Minha." ucapnya sembari menahan pedih di hatinya.

"Bisa tidak? Sehari saja kau tidak menyebut nama Minha? "

"Kenapa kau jadi begini, Daniel? Lepas! " Minhye meninggikan nada suaranya, sontak membuat Daniel terkejut mendengarnya dan melepaskan pelukannya.

Wanita itu langsung membalikkan badannya agar bisa menatap Daniel.

"Kalau kau tidak ingin kembali ke dalam, tidak apa-apa. Sebaiknya kau pergi keluar dan belikan Minha boneka Doraemon. Bukankah itu syarat yang diajukan oleh Minha agar kau bisa menjadi temannya. Tunggu apalagi? Cepatlah pergi, ini adalah awal yang bagus. Minha sudah mau berinteraksi dengan orang lain dan menerimamu sebagai temannya. Kalian akan semakin dekat lalu menikah."

"Jangan berharap padaku, Hye."

"Maksudmu? "

"Aku tidak akan menikahi Minha."

Minhye membelalakkan matanya. "Tidak! Kau tidak boleh seperti ini, kau harus menikah dengan Minha. Demi Tuhan! Jangan hancurkan kesempatan yang Minha berikan padamu, kau dan dia akan menjadi teman setelah kau membelikannya boneka. Itu bukan hal yang sulit, semudah itu Minha menerimamu jadi temannya. Kalian semakin dekat kemudian menikah."

Daniel terperangah. "Semudah itu kau mengeluarkan semua kata-kata itu dari mulutmu." lalu pria itu bertepuk tangan, "Woah! Aku tidak habis pikir. Kita berdua mengorbankan kebahagiaan kita hanya karena kau ingin melihat Minha bahagia. Ingat! Hanya kau, aku tidak! Bagaimana bisa aku menikah dengan orang yang tidak aku cintai. Ini konyol! Aku tidak mau menikahi Minha." ucapnya kemudian berlalu pergi.

Dengan cepat Minhye mengejar pria itu lalu menahan tangannya. "Kenapa kau berubah? "

"Kau yang berubah, Hye! Anggap saja waktu itu aku menyetujui permintaanmu karena aku khilaf. Kau bisa cari pria lain yang mau menikahi Minha, aku tidak mau."

Daniel masuk ke dalam mobil dan Minhye mengetuk-ngetuk pintu kaca mobil.

"Jangan pergi, Daniel! Ku mohon keluarlah."

ErstwhileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang