🍁🍁🍁
"Daniel." panggil Minhye pelan saat sudah sampai di Restoran dan sekarang sedang berdiri dihadapan pria itu.
Daniel mengalihkan pandangannya dari ponsel yang ia pegang, lalu meletakkan ponselnya diatas meja.
"Duduk, Hye." suruh Daniel mempersilahkan Minhye untuk duduk disampingnya.
Wanita itu menarik kursi kemudian mendaratkan bokongnya. "Ada apa?" tanya Minhye.
"Maaf. Tadi siang aku——"
"Tidak apa, lupakan. Yang penting sekarang, kau maukan menikahi Minha?" Minhye memotong ucapan Daniel.
Daniel mengangguk pelan. "Kau sungguh baik-baik saja, Hye?"
"Maksudmu?"
"Aku yakin kau tidak baik-baik saja. Aku mohon, Hye. Pikirkan sekali lagi, kau sungguh rela kekasihmu menikah dengan adikmu?"
"Aku rela."
"Hye——"
"Jangan memulainya lagi, Daniel. Aku tidak ingin kita bertengkar seperti tadi siang hanya karena Minha. Keputusanku sudah bulat, kau akan menikahi Minha bukan menikahiku."
"Kau keras kepala, Hye! Ya sudah, jika itu keputusanmu. Ku harap kau tidak akan menyesal di kemudian hari karena sudah menyuruhku menikahi Minha. Jika kau ingin makan, silahkan pesan karena aku sudah membayarnya." lalu Daniel berdiri.
"Kau mau kemana?"
"Pulang, dan memikirkan bagaimana caranya agar aku secepatnya menikah dengan Minha. Itukan yang kau inginkan, Ahn Minhye." tekannya dengan tatapan kebencian.
Pria itu sudah lelah bertanya pada Minhye. Mungkin ia dilahirkan bukan untuk menikah dengan Minhye tapi menikah dengan Minha. Lagi pula, jika di pikir-pikir Minha jauh lebih penurut dan tidak keras kepala seperti Minhye.
Entah mengapa, Daniel mulai tidak menyukai sikap Minhye yang rela berkorban demi Adiknya sementara dirinya sendiri justru tersiksa dengan keputusan yang ia ambil.
Minhye menatap punggung Daniel yang perlahan menghilang dari pandangannya. Setelah memastikan bahwa pria itu sudah benar-benar pergi, wanita itu meneteskan air matanya sembari meremas kursi tempat ia duduk.
Lalu, mata Minhye tertuju pada meja paling ujung dekat pintu masuk. Meja itu kosong, tidak ada yang duduk makan disana. Otak Minhye memutar kembali memori masa lalu, dimana Restoran ini menjadi saksi bisu pertemuan Daniel dan Minhye.
Saat itu, Minhye yang sedang makan sendirian dan kursi disampingnya hanya ada tas selempangnya. Membuat seorang pria berani berjalan ke arah mejanya. Pria itu meminta izin untuk duduk bersama Minhye karena hari itu Restoran sangat ramai, tidak ada tempat lagi.
Minhye yang merasa kasihan pun, memperbolehkan pria itu untuk duduk di kursi yang kosong. Sebelum pria itu duduk, Minhye mengambil tas nya terlebih dahulu.
Karena Minhye adalah wanita yang supel dan pria yang bernama Kang Daniel itu adalah orang yang pandai mengatasi situasi canggung dengan memulai pembicaraan terlebih dahulu, seperti bertanya namanya siapa. Dan mereka pun menjadi semakin akrab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erstwhile
Fanfiction(SUDAH TAMAT) Hujan merupakan sebuah anugerah yang diturunkan oleh Tuhan sehingga banyak yang mengharapkan kedatangannya, akan tetapi ada juga yang membenci hujan dia adalah Ahn Minha. Tidak, wanita itu bukan membenci hujan, lebih tepatnya menghinda...