RACHEL PARK
Rachel mengisi termosnya dengan kopi. Ia tahu ia akan membutuhkan kopi di sesi pembacaan naskah pertama dramanya. Diandra masuk ke dapur dan ikut menuang kopi ke gelasnya.
"Kau siap, Rach?" tanya Diandra.
Rachel mengangguk sambil meneguk kopi dari termosnya.
"Karen akan tiba dilokasi jam berapa, Di?" tanya Rachel
"Katanya dia sudah sampai karena harus mengatur beberapa hal mengenai jadwalmu dengan sutradara" jelas Diandra.
Rachel mengangguk paham dan berjalan menuju tempat tidur Lilo, anjing pudelnya. "Aku pergi dulu, Lil. Jangan nakal ya" kata Rachel sambil mengelus Lilo dan menggaruk-garuk lehernya. Lilo menyahut tanda menuruti Rachel dan kembali merebahkan kepalanya.Rachel dan Diandra masuk ke mobil dan menuju lokasi. Pembacaan naskah pertama selalu dilakukan di restoran. Biasanya setelah bertemu pemain lain dan sama-sama membaca naskah, kami akan makan siang bersama untuk lebih mengenal satu sama lain. Lalu untuk pemain utama, diwajibkan untuk foto bersama, bahkan mungkin ada interview sebentar. Diandra tadi bilang kalau majalah "KINI" meminta waktu 10 menit untuk mewawancarai Rachel.
15 menit kemudian mereka sampai di restoran. Ada beberapa wartawan tapi tidak terlalu ramai. Rachel disambut Karen yang memang sudah lebih dulu datang. Karen menggiringnya ke suatu ruangan dan bertemu dengan Samuel sang sutradara. Samuel lalu mengenalkannya dengan beberapa pemain yang sudah datang. Ada Alia yang nantinya akan berperan sebagai sahabat Rachel dalam drama. Daren, sahabat laki-lakinya yang akan menyatakan cinta padanya. Ibu Vina yang akan menjadi ibu Rachel lalu pemain lainnya. Rachel menyalami mereka satu persatu dan menuju tempat duduknya. Bangku seberangnya masih kosong. Bangku sang aktor utama. Alia menghampirinya "Rachel, semoga kita bisa kerjasama nanti ya.. Sabar-sabar denganku yaa" kata Alia dengan sopan.
"Al, kamu itu sahabat aku. Kenapa kaya orang asing gitu sih?" canda Rachel sambil menyolek bahu Alia.
Mereka tertawa bersama sambil mengakrabkan diri.
Rachel melayangkan pandangan ke ruangan itu dan menyadari bahwa hampir semua pemain sudah datang.Lalu, pintu kembali terbuka.. Seorang lelaki dengan sweater biru, celana hitam dan sneaker putih memasuki ruangan sambil membungkuk sopan kepada semua yang diruangan "Selamat pagi, semua" katanya
JAY SMITH
Lalu lintas pagi ini cukup ramai. Jay memperhatikannya dari jendela mobilnya.
"Ramai sekali ya, ada apa ya tumben" kata Leo dari bangku supir.
Jay tidak menyahut hanya terus menatap keluar jendela.
"Jay, kau sudah siap?" tanya Leo
Tanpa menengok ke arah Leo, Jay menjawab "Hmm.."
Jay merasa sudah tidak enak hati karena khawatir akan terlambat menghadiri pembacaan naskah pertama hari ini.
"Tenang saja, Jay.. Kita akan tiba tepat waktu" sanggah Leo seperti tahu apa yang dipikirkan Jay. Jay seorang perfeksionis. Tidak sulit mengetahui apa yang membuatnya tidak senang hati. Terlambat. Hal yang paling dibenci Jay.Tepat pukul 9 mereka sampai ke restoran. Simon langsung menyambut Jay dan membawanya menuju ruangan pembacaan naskah. Segera setelah pintu dibuka, Jay langsung tertunduk mengucap salam. Sepertinya semua pemain sudah datang. Dia tidak terlambat, tapi Jay merasa terlambat karena dia datang paling akhir dibanding pemain lainnya. Jay kemudian berjanji dalam hati bahwa ia akan mendatangi pemain satu persatu setelah selesai nanti. Simon menuntunnya sampai ke deretan meja terdepan. Dekat dengan sutradara, penulis dan pemain utama wanita. Jay menyalami Samuel dan penulis. Tapi dia belum bisa menghampiri Rachel yang duduk persis diseberangnya, karena sepertinya semua orang sudah duduk dibangkunya masing-masing. Jadi Jay hanya melambai sopan kepada Rachel yang dibalas dengan senyuman maklum dari Rachel.
Jay kemudian duduk dan berbasa-basi dengan Daren, pemeran pembantu pria yang duduk disebelahnya.Samuel kemudian menyampaikan kata sambutan. Lalu ia memperkenalkan para penulis dan DOP. Lalu Samuel mempersilahkan masing-masing pemain memperkenalkan diri dan menyebutkan perannya masing-masing. Setelah perkenalan selesai. Samuel kemudian menjelaskan tentang drama tersebut. Bagaimana visi dan misinya dan juga ia menjelaskan keinginannya agar semua pemain bisa membantunya menghadirkan drama komedi terbaik kepada para penikmat drama. Para pemain kemudian bertepuk tangan.
Lalu sesi membaca naskah dimulai. Jay melihat bahwa untuk pembacaan naskah bersama ini, penulis memilih episode kedua. Adegan dimulai dengan pertemuan Sanny dan Ryan di galeri museum. Sanny yang sedang membetulkan lampu sorot sambil menaiki tangga, disapa oleh Ryan yang baru saja datang ke museum.
"Apa anda bekerja disini?" baca Jay
"Ya?" sahut Rachel
"Kau menginginkanku?" lanjut Jay sambil meringis "Seperti itukah kau menginginkanku menyampaikannya, Sam?" tanya Jay sambil diikuti tertawa dari pemain lain
Samuel pun tertawa "Nanti kita latih lagi tapi aku ingin kau mengatakannya dengan nada dan ekspresi sombong"
"Seharusnya sih mudah.. Kau itu sudah tampan, pasti tahu bagaimana harus menyombongkan ketampananmu didepan perempuan" kali ini suara itu datang dari Rachel, semua pemain ikut tertawa mendengar pernyataan Rachel.
Jay langsung ikut tertawa, tapi mungkin kupingnya sudah memerah karena merasa malu.Sesi membaca naskah bersama berakhir dengan lancar. Semua pemain kini saling mendekat agar semakin akrab. Jay menghampiri Rachel untuk membayar "keterlambatannya" tadi pagi.
"Rachel" panggil Jay
Yang dipanggil sedang berbicara dengan Aila, kemudian Rachel berpaling pada Jay dan tersenyum.
"Ini dia si ganteng yang pemalu" kata Rachel.
Astaga. Dalam hati Jay. Wanita ini tipe periang sekali ya, batinnya. Belum apa-apa Jay sudah dapat julukan saja.
"Aku minta maaf tadi aku datang terlambat dan tidak sempat menyalamimu" jelas Jay
"Nah berarti sekarang waktunya kau menemaniku makan siang ya" kata Rachel sambil mengamit lengan Jay dan Aila, lalu menggiring mereka ke ruang makan. Beberapa pemain sudah mulai makan bersama. Rachel menggiring Jay dan Aila ke meja makan.
"Ayo cepat kita makan. Jay! Ayo!" seru Rachel
Jay masih terkaget-kaget dengan sikap Rachel. Rachel bisa dibilang artis populer. Jay sedikit mengira bahwa artis semacam Rachel akan bersikap dingin. Apalagi Jay baru pertama kali menjadi pemeran utama pria. Tapi sikap Rachel sejak awal tadi menumpas segala kekhawatiran Jay. Sedikit demi sedikit Jay merasa lebih teryakini bahwa keputusan untuk mengambil drama ini adalah keputusan yang tepat.
Segera setelah Jay mengambil makan, ia kembali duduk bersama Rachel dan Aila. Rachel adalah wanita yang sangat cantik. Jay hanya pernah menonton beberapa episode dari drama Rachel yang terbaru. Setelah bertemu langsung dengan Rachel, Jay menilai bahwa Rachel lebih cantik jika bertemu langsung. Sangat cantik. Sikapnya yang ceria terasa sangat nyaman. Tak ada kesan dibuat-buat. Menyenangkan. Itu kesan pertama Jay terhadap Rachel.
"Tadi ketika kau mengucapkan "Apa kau menginginkanku?" Aila menyolekku dan berkata "Todi si psikopat! Hahhahaahahaha" kata Rachel. Jay menyahutnya dengan tertawa juga. Dia senang Rachel adalah pasangan pertamanya memerankan drama komedi. Jay merasa bahwa sepertinya pekerjaannya akan mudah.Pikirnya..