“Mencintai berarti belajar mengalahkan ketakutan untuk tersakiti di kemudian hari.”
.
.
.Yeorin.
Aku mengernyit melihat kehadiran Jimin di sana.
Dia pria pemilik cafe itu, batinku bingung.
Tetapi kemudian aku melihat kesempatan untuk melarikan diri dari Jaehyun, pegangan Jaehyun di tanganku melemah, membuatku bisa menyentakkan tangannya dan melepaskan diri.
“Yeorin-a.” Jaehyun masih berusaha mengikutiku, tetapi dengan cepat aku melompat, bersembunyi di belakang punggung Jimin yang bidang, dan dengan penuh pengertian pula Jimin langsung berdiri melindungiku.
"Saya rasa Yeorin-ssi tidak mau berbicara lagi dengan Anda."
Mata Jaehyun memancar marah menatap ke arah Jimin, “Saya tidak tahu Anda siapa.” Desisnya geram, “Tetapi Yeorin adalah tunangan saya dan saya berhak berbicara dengannya.”
“Mantan tunangan.” aku menyela dari punggung Jimin, “Dan aku tidak mau berbicara denganmu.”
“Anda dengar bukan?” Jimin melemparkan pandangan tajam ke arah Jaehyun, “Saya rasa lebih baik anda meninggalkan Yeorin-ssi sendirian.”
Kemudian dengan sikap tegas, sebelum Jaehyun bisa berbuat apa-apa, Jimin menggiringku memasuki mobilnya, meninggalkan Jaehyun yang terperangah dengan muka masam di sana.
.
.
.“Dia mantan tunanganku.” aku melirik gelisah ke arahnya, setelah dia berada di dalam mobil dan Jimin melajutkan mobilnya, aku baru menyadari bahwa aku begitu saja masuk ke dalam mobil seorang lelaki yang bahkan hampir sama sekali tidak ku kenal.
Dia melirik sedikit ke arahku, ekspresi wajahnya tidak bisa ditebak.
“Mantan?” tanyanya tenang.
Aku mengangguk,
“Ya, hubungan kami tidak berjalan sebaik semestinya, aku memutuskan hubungan dan rupanya Jaehyun masih belum terima.” aku menatap ke pinggir jalan, “Bisakah aku turun di depan sana?”
Dia mengernyit, “Kenapa harus turun di depan sana?”
Dan kenapa pula aku tidak boleh turun? Aku membatin, lagipula aku tidak tahu mobil ini akan dibawa kemana olehnya, aku harus tetap waspada meskipun Jimin tampaknya baik dan tidak berniat jahat kepadaku.
“Aku hendak ke supermarket berbelanja bahan makanan, dari pertigaan itu aku tinggal naik bus ke arah sana.” aku berkata jujur, aku memang hendak naik bus ke supermarket sebelum insiden Jaehyun yang menghadangku di jalan tadi.
“Aku akan mengantarmu.” Dengan tangkas dia membelokkan mobilnya ke arah tikungan yang ku maksud.
Aku mengernyitkan kening, penampilan Jimin seperti orang yang akan berangkat kerja, dia sangat rapi dengan jas dan dasi yang terpasang di badannya.
Apakah selain memiliki cafe lelaki ini juga bekerja kantoran? Batinku dalam hati.
“Kau tidak berangkat bekerja?” Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya.
Dia terkekeh,
“Aku bisa datang semauku.” Gumamnya misterius, membuatku terdiam dan menebak-nebak.
Mobil berhenti di parkiran supermarket, aku membuka pintu dan turun dengan segera.
"Terima kasih sudah mengantar, dan terima kasih sudah menyelamatkanku dari Jaehyun." Gumamku pelan.
![](https://img.wattpad.com/cover/194538281-288-k588744.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Night
Short StoryGadis dengan hubungan yang rumit, seorang penulis yang mencari ketenangan dengan menghirup segelas anggur merah setiap malam, untuk mencerahkan hatinya yang kelam akibat kisah cintanya yang rumit.