4

140 21 3
                                    

“Dan aku masih berdiri di sini, menatap punggungmu yang berlalu pergi.”
.
.

Yeorin.

“Jisung-ssi?”

“Ya ini aku.” Jisung terkekeh, "Apa yang kau lakukan di sini?"

“Aku mengantar temanku.” aku mendongak, mencoba mencari tetapi Jihyo sepertinya sudah ditelan keramaian jauh di depan, “Dan sepertinya dia sudah hilang.” Gumamku, mendesah kesal.

Jisung tertawa, “Begitulah kalau kau berjalan di bazar tahunan, keadaannya selalu seperti ini setiap tahun, selalu ramai.”

Aku masih menatap ke arah kepergian Jihyo, berharap bahwa sahabat sekaligus editorku itu akhirnya menyadari bahwa kami terpisah kemudian kembali untuk mencariku.

“Kau sendiri apa yang kau lakukan di sini?” tanyaku kepada Jisung ketika menyadari bahwa laki-laki itu tidak berniat untuk pergi.

“Aku?” Jisung tertawa.

Lelaki ini benar-benar ceria dan banyak tertawa, jauh berbeda denga Jimin, gumamku dalam hati,

“Aku lelaki bebas, kudengar di sini ada keramaian jadi aku datang untuk melihat, itu saja.”

“Ya! Kim Yeorin!” itu teriakan Jihyo, perempuan itu akhirnya menyadari bahwa dia terpisah jauh dariku, dia sedang berjuang menembus keramaian untuk menghampiriku yang sudah menepi bersama Jisung didekat stan sepatu.

Akhirnya Jihyo berhasil mendekatiku, napasnya terengah-engah,

Fyuh ramai sekali di sana, kita bahkan tidak bisa menawar dengan nyaman....” lalu Jihyo tertegun menyadari lelaki luar biasa tampan yang sedang berdiri bersamaku, mulutnya bahkan ternganga.

Annyeonghaseyo.” Jisung tersenyum ramah, sepertinya lelaki itu sudah biasa dipandang dengan tatapan kagum oleh para perempuan, “Aku Jisung, aku kenalannya Yeorin.” Gumamnya mengulurkan tangannya.

Jihyo membalas uluran tangan itu seolah terhipnotis, matanya menatap terpesona pada Jisung.

Jisung hanya melemparkan tatapan geli kepadaku, lalu melangkah menjauh,

“Sepertinya kau sudah menemukan temanmu.” Ditepuknya pundakku dengan akrab, “Lain kali hati-hati ya.” Gumamnya lalu melambaikan tangan dan melangkah pergi.

Mata Jihyo bahkan terpaku sampai Jisung menghilang dari pandangan matanya.

Wow...” dia menatap terpesona, lalu menoleh kepadaku dengan pandangan menuduh, “Katakan padaku dimana kau menemukan lelaki setampan itu, dia bilang dia kenalanmu bukan?”

Aku terkekeh melihat betapa tertariknya Jihyo kepada Jisung, “Dia saudara kembar pemilik cafe yang kuceritakan kepadamu.”

“Setampan itu dan ada dua orang?” Jihyo terperangah, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, “Hebat Yeo, aku sudah bertahun-tahun di Busan, belum pernah beruntung menemukan lelaki dengan penampilan fisik dan senyuman sesempurna itu, dan kau baru beberapa waktu disni, kau sudah berkenalan dengan dua.”

Aku tertawa tergelak,

“Ah kau melebih-lebihkan.” aku menatap cemas ke sekeliling yang mulai ramai, “Kita pulang saja yuk, aku lelah.”

Untunglah kali ini Jihyo tidak menolak.

.
.
.

Jimin.

“Aku bertemu dengan gadis itu.” Jisung baru saja datang berkunjung ke Garden Cafe, dan aku menemuinya di ruanganku. Aku langsung waspada ketika Jisung menyebut tentang ‘gadis itu’.

Red NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang