10

162 25 0
                                    

“Di dalam hatimu yang penuh cinta, ada aku yang sedang menenun kebahagiaan.”
.
.
.


Yeorin

Jimin sudah ada di sana menungguku, ekspresinya tampak cemas. Dia setengah berdiri ketika melihat aku mendekat.

“Yeorin.” Gumam Jimin menatapku dengan penuh kerinduan.

Tiba-tiba aku merasa kasihan kepadanya, dia yang begitu kuat dan berkuasa. Tetapi sekarang tampak begitu lelah dan berantakan, apakah itu karena diriku?

“Rin.” Jimin menatapku dalam ketika aku duduk di depannya, “Terima kasih sudah mau bertemu denganku dan memberiku kesempatan kedua. Aku.. aku ingin menjelaskan semuanya padamu..”

Aku tersenyum lembut padanya, “Aku sudah tahu semuanya, Jim.”

“Sudah tahu semuanya?” dia mengerutkan keningnya.

“Iya.” aku menganggukkan kepala, “Jisung memberitahuku semuanya tentang kisah pertunanganmu dengan Nayeon. Dia meluruskan semua kesalahpahaman.”

.
.
.

Pov

Itu adalah salah satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Jimin. Jisung memberitahu Yeorin? Semuanya? Apa maksud Jisung?

Selama ini Jimin masih menyimpan kecurigaan dan mengira bahwa Jisung juga menyukai Yeorin. Tetapi dengan memberitahu Yeorin dan meluruskan semua kesalahpahaman, bukankah Jisung sama saja membantu Jimin?
“Apa yang Jisung beritahukan kepadamu?”

“Semuanya.” Yeorin menatap Jimin dengan lembut, merasa tidak tega ketika menemukan kepedihan di mata itu. Dia yang menyebabkannya. Kemarahannya waktu itu, ketika dia tidak mau menerima penjelasan Jimin telah membuat lelaki itu menderita.

“Dan apakah dia mengatakan bahwa aku tidak mencintai Nayeon sama sekali?” suara Jimin menjadi serak.

Yeorin menganggukkan kepalanya, “Maafkan aku Jim, atas semua kesalahpahamanku kepadamu. Aku memakimu lelaki jahat, aku menganggapmu sama brengseknya dengan Jaehyun. Ternyata kau hanyalah lelaki yang terlalu baik hati.”

Jimin mengernyit pedih. “Dan kebaikan hatiku ternyata membuatku tersiksa. Dulu aku mengira bisa menjalaninya bersama Nayeon. Karena pada awalnya aku mencintainya, aku pikir aku bisa menerima dan memaafkan... Tetapi kemudian seperti katamu, mudah memang untuk memaafkan, tetapi sulit untuk melupakan...” Jimin mendesah, “Setiap melihat Nayeon aku merasa muak, membayangkan harus menjalani hidupku bersamanya membuatku sangat tersiksa... Tapi janji sudah diucapkan dan harus ditepati, aku bertekad untuk menjalankannya.” Mata Jimin menatap Yeorin dalam-dalam, “Sampai akhirnya aku bertemu denganmu.”

Yeorin membalas tatapan Jimin dan membiarkan lelaki itu meraih jemarinya dengan lembut,

Jimin lalu melanjutkan. “Aku tidak pernah menyapa pelanggan manapun sebelumnya, apalagi seorang perempuan, sama sekali tidak pernah... Tapi kau membuatku tidak bisa menahan diri, kau dengan tubuh mungilmu dan ekspresi seriusmu ketika menghadap laptop membuatku melupakan semua aturanku. Aku menyapamu dan kau membalas sapaanku.” Jimin menatap Yeorin dengan penuh cinta, “Detik itu juga, ketika kau mengucapkan ‘halo’ kepadaku, kau sudah memiliki hatiku.”

Sebuah pernyataan yang sangat indah. Mata Yeorin tiba-tiba terasa panas. Lelaki ini sungguh tak disangka telah menumbuhkan cinta yang begitu dalam dan tulus kepadanya.

“Maafkan aku karena tidak mempercayaimu.” Bisik Yeorin lemah.

Jimin mengangkat bahunya, “Situasinya seperti itu, aku tidak menyalahkanmu. Aku sendiri juga salah, tidak menceritakan keadaanku dari awal padamu. Aku pikir aku bisa melepaskan diri dari masalah ini.”

Red NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang