2

192 21 10
                                    

“Ada kesalahan-kesalahan dalam percintaan yang bisa dimaafkan, tetapi pengkhianatan tidak termasuk salah satu di antaranya.”
.
.
.

Yeorin.

Ponselku berbunyi sore itu, dan aku langsung mengangkatnya ketika mengetahui bahwa yang menelepon adalah eomma,

Yeorin-a?” eomma langsung berbicara seperti kebiasaannya, “Eomma harus memperingatkanmu.”

“Memperingatkan apa Eomma?” Dahiku mengeryit dan langsung waspada, eomma tidak pernah berucap dengan nada seserius ini sebelumnya.

Jaehyun.” Suara eomma setengah berbisik, “Dia datang kemari pagi ini dan memohon kepada Eomma untuk memberikan informasi di mana dirimu.

Eomma tidak memberitahukannya kepadanya kan?” aku langsung panik.

Percuma dia pindah ke kota lain kalau pada akhirnya Jaehyun mengetahui aku ada di mana.

Tentu saja tidak sayang.” eomma menghela napas panjang, “Tetapi sepertinya dia tidak menyerah, dia bilang pada akhirnya kalau Eomma tidak mau mengatakan dimana dirimupun, dia akan tetap tahu karena dia akan menghubungi kantor penerbitmu.”

Aku kesal. Kalau Jaehyun menghubungi kantor penerbitku, tentu saja Jaehyun akan tahu dimana aku berada. Aku mendesah tetapi tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya tidak menyangka kenapa Jaehyun sekeras kepala ini mengejarku. Apakah lelaki itu tidak bisa menerima bahwa aku tidak bisa memaafkannya?

“Terimakasih sudah memperingatkanku Eomma, ada kemungkinan bahwa dia sudah tahu dimana aku berada, aku menginformasikan kepindahanku dan alamat baruku kepada penerbit. Aku akan bersiap kalau Jaehyun nekat dan mendatangiku.”

Kau tidak apa-apa Yeo?” suara eomma tampak cemas di seberang sana, membuatku tersenyum haru.

“Tidak apa-apa, Eomma, aku bisa bertahan.” Jawabku mencoba sekuat mungkin meskipun dalam hati, aku meragu.

.
.
.

Jimin.

Dia datang lagi malam ini, dan memesan segelas anggur untuk teman menulisnya. Aku mengernyit, dari info yang ku dapatkan dari Sogun Ahjussi, Yeorin adalah seorang penulis novel romance.

Tetapi sepertinya Yeorin sedang murung karena beberapa kali dia hanya menghela napas di depan laptopnya, lalu mengawasi layar laptop itu dengan tatapan mata kosong. Aku merasa seperti penguntit yang memalukan ketika berdiri di depan kaca balkon atas dan mengamati Yeorin seperti ini, tetapi aku tidak bisa menahan diri.

Sudah beberapa hari ini Yeorin selalu datang, setiap pukul sembilan lalu akan menulis sampai dini hari sebelum pulang ketika terang telah menyentuh langit. Aku tidak bisa menahan ketertarikanku untuk mengintip ke bawah, menanti kedatangan Yeorin, dan sejauh ini, dia tetap datang.

Ada keinginan yang tertahan untuk mendekatinya, tetapi aku menahan diri, aku takut kalau nanti malah mengganggu, Yeorin akan merasa segan dan tidak akan datang lagi.

“Dia datang lagi.” Sogun Ahjussi yang tiba-tiba sudah ada di ambang pintu ruang kerjaku, bergumam sambil tersenyum penuh pengertian, mengamatiku. “Kau sepertinya sangat tertarik kepadanya.”

“Kenapa Ahjussi bisa berpikiran begitu?” aku mundur dari kaca itu dan melangkah menuju kursiku.

Sogun Ahjussi adalah tangan kananku, orang kepercayaanku, dia dulu adalah pegawai setia ayahku, dan orang yang paling dipercaya oleh ayahku. Setelah ayahku meninggal dan aku mewarisi jaringan kerajaan bisnis hotel dan restoran ini, dia-lah yang selalu membantuku, memberiku pendapat dari sisi pengalaman, melengkapi apa yang tidak ku miliki.

Red NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang