Pov
“Pesanan anda.” Sogun mendekati Yeorin yang sedang sibuk mengetik di depan laptopnya, meletakkan segelas anggur merah di meja depannya dan tersenyum, “Apakah anda susah tidur lagi Nona, sehingga membutuhkan anggur merah?” tanyanya dengan nada ramahnya yang biasa.
Yeorin sedang mengetik cerita sambil menunggu Jimin datang. Lelaki itu tadi menelepon, masih di perjalanan pulang dari kantor dan terjebak kemacetan.
Yeorin mendongakkan kepalanya ke arah Sogun dan tersenyum, “Tidurku lelap sekali, tetapi malam ini aku akan membuat ending sebuah cerita. Jadi aku ingin membuatnya sambil meminum anggur merah.”
Sogun terkekeh mendengarnya, “Apakah kisah itu berakhir tragedi sehingga anda harus ditemani anggur merah?”
Yeorin menggelengkan kepalanya, “Justru sebaliknya Sogun-ssi, kisahku berakhir happy ending tetapi sebelum mengalami itu para tokohnya harus menjalani kepahitan demi kepahitan yang pada akhirnya membuat mereka lebih kuat. Baru setelah mereka kuat dan berhasil menyelesaikan kesalahpahaman mereka, ada akhir yang manis menanti mereka.” Yeorin tertawa, “Dan untuk merayakan akhir yang manis itu, aku ingin ditemani segelas anggur.”
Sogun terkekeh, menatap Yeorin penuh arti, “Saya curiga kisah yang anda tulis sekarang adalah pengalaman pribadi anda.”
“Ssst.” Yeorin tertawa dan mengedipkan matanya, “Kadangkala seorang penulis suka menyelipkan pengalaman pribadi dalam kisahnya. Semacam penanda rahasia yang hanya mereka yang tahu.” Gumamnya penuh rahasia.
Sogun tertawa mendengarnya, lalu dia seolah teringat sesuatu, “Oh ya saya lupa, ada seorang gadis pelanggan cafe ini, dia ternyata adalah penggemar anda.”
“Oh ya?” Yeorin tampak terkejut membuat Sogun menatapnya geli,
“Anda seharusnya tidak terkejut, buku anda telah begitu terkenal dan digemari banyak orang.”
“Kadang-kadang aku masih merasa terkejut ada orang-orang yang menyukai tulisanku, tetapi hal itu sekaligus membuatku bahagia. Berarti mereka semua bisa menyelami semua kisah ini bersamaku dan menikmatinya.”
Sogun menganggukkan kepalanya, “Dan gadis ini benar-benar menyukai karya anda, dia mengoleksi semua buku anda. Saya melihatnya sedang membaca buku anda di cafe ini.”
“Dia pelanggan cafe ini bukan? Kenapa aku tidak pernah bertemu dengannya?”
“Karena jam kalian berdua berbeda,” Sogun terkekeh, “Anda selalu datang di malam hari, sedangkan gadis itu hanya datang kemari di pagi hari untuk sarapan sebelum kuliah. Dia selalu membeli oreo milkshake, minuman kesukaannya.” Sogun melirik ke atas, “Saya baru teringat bahwa gadis itu menitipkan bukunya kepada saya untuk dimintakan tandatangan kepada anda. Dia sudah lama memberikannya kepada saya, tetapi saya hampir terlupa. Lagipula pada saat itu, keadaan masih belum tenang. Kalau saya membawa buku itu kepada anda, maukah anda menandatanganinya?”
Yeorin mengangguk sambil tersenyum lembut, “Tentu saja aku mau.”
“Kalau begitu tunggu sebentar saya akan mengambil buku itu di atas.” Sogun tampak bersemangat ketika pergi meninggalkan Yeorin.
Yeorin mencoba memfokuskan diri kepada laptop dan kisah cinta di dalam ceritanya ketika ponselnya berbunyi,
“Sayang, tigapuluh menit lagi aku sampai, aku masih terjebak macet di sini.”
Yeorin tersenyum lembut, “Aku tidak buru-buru kok Jim, aku sedang menikmati menulis kisahku, hati-hati ya.”
“Iya sayang.” Suara Jimin melembut, “Setelah kau selesai dengan kisah cintamu, kita akan membuat kisah kita sendiri.” Suaranya serak, penuh rahasia, membuat Yeorin yang meskipun berada jauh darinya merasakan getaran panas yang menjalari tubuhnya. “Aku akan segera datang, istriku, tunggu ya.”
“Hati-hati,” Yeorin masih merasakan debaran jantungnya, tidak bisa berkata-kata,
“Aku mencintaimu, Rin.” Jimin menutup pembicaraan.
“Aku mencintaimu, Jim.” Yeorin kemudian meletakkan ponselnya masih sambil tersenyum.
Suaminya.
Lelaki itu sekarang telah menjadi suaminya, dalam pernikahan yang indah dua hari yang lalu. Mereka begitu bahagia bersama. Jimin benar-benar lelaki yang lembut, meskipun pada awalnya penampilannya dingin dan mengintimidasi. Yeorin menatap gelas anggurnya yang tinggal setengah, dia teringat akan kata-kata Sogun dulu bahwa lelaki itu bagaikan anggur merah.
Ketika pertama melihatnya kita akan terintimidasi oleh warnanya yang seakan memberikan peringatan, ketika menghirup aromanya dan menyesapnya, ada rasa getir yang melekat dilidah. Tetapi ketika kita menyesapnya semakin dalam hanya ada rasa manis dan pekat yang tersisa. Begitupun laki-laki, ketika kita memberanikan diri melihat lebih dalam dan menembus segala penghalang, kita akan menemukan kelembutan yang manis, yang tersimpan di dalamnya.
“Ini dia.” Suara Sogun di dekatnya memecahkan Yeorin dari lamunannya. Dia mendongak lalu menerima buku yang diserahkan Sogun sambil tersenyum, buku itu adalah novelnya yang terbaru,
“Apakah aku harus menuliskan sesuatu di sini?” Yeorin mencari-cari penanya dan menemukannya di dekat laptopnya.
“Mungkin Anda bisa menuliskan namanya di sana, supaya tandatangan itu terlihat istimewa, memang khusus untuknya.”
“Siapa namanya?” Yeorin mencoretkan tandatangannya dan tersenyum menunggu.
“Namanya ‘Jihwan’,”
Dengan pelan Yeorin menuliskan pesan itu di halaman pertama bukunya.
“Untuk Jihwan, Selamat membaca – Dari Yeorin.”
Sogun tersenyum ketika menerima buku yang sudah ditandatangani itu, “Jihwan pasti akan sangat senang menerimanya,” gumamnya dalam senyum.
Yeorin mengangguk, “Semoga dia senang.” Matanya menatap ke sekeliling, “Dari dulu aku selalu berpikir kalau Garden Cafe ini sangat indah dengan tamannya yang eksotis dan menakjubkan di sekeliling cafe.”
“Tentu saja.” Sogun tampak bangga, “Kami memiliki desainer taman profesional dan perawat tanaman yang berkelas.”
“Dan tanaman-tanamannya, bunga-bungaan tropis yang sangat indah.” Yeorin menatap ke arah interior di setiap sudut dengan bunga-bungaan anggrek berbagai corak yang sangat indah. “Dari mana semua tanaman hebat ini Sogun-ssi?”
Sogun tertawa, “Kami mempunyai pasokan khusus, dari seorang perempuan yang memiliki rumah kaca dan toko bunga. Kebanyakan bunga anggrek tetapi dia juga menyediakan berbagai macam tanaman eksotis. Tanamannya selalu berkualitas bagus, sehingga sebagian besar tanaman di sini dipasok olehnya.”
“Seorang perempuan?” Yeorin membelalakkan matanya kagum, “Luar biasa. Dia pasti sangat ahli menangani seluruh tanaman ini.”
“Ya.” Sogun tertawa, “Dia juga pelanggan cafe ini, setiap siang dia sering kemari untuk memesan secangkir teh hijau. Anda mungkin bisa bertemu dengannya kalau ada kesempatan.” dia melirik ke arah pintu dan tersenyum lebar ketika melihat Jimin yang baru saja datang, “Sepertinya Tuan Jimin berhasil menembus kemacetan, kalau begitu saya permisi dulu.”
Perhatian Yeorin sudah teralih kepada Jimin. Dia menoleh dan menatap suaminya dengan senyum lembut penuh cinta,
“Halo suamiku.” Yeorin berdiri dari duduknya dan menyambut Jimin.
“Halo istriku.” Jimin tertawa lalu mendekat dan merengkuh Yeorin ke dalam pelukannya, dengan erat dan sepenuh perasaan.
Hati keduanya tak hentinya bersyukur karena pada akhirnya mereka berdua bisa memiliki happy ending milik mereka sendiri.
.
.
.
Fin

KAMU SEDANG MEMBACA
Red Night
NouvellesGadis dengan hubungan yang rumit, seorang penulis yang mencari ketenangan dengan menghirup segelas anggur merah setiap malam, untuk mencerahkan hatinya yang kelam akibat kisah cintanya yang rumit.