Bab 5

615 21 1
                                    

MENTERI Pertahanan Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro sedang tampak sibuk dengan berkas-berkas yang sedang ia teliti.

            Rumahnya termasuk dalam kalangan elite. Rumahnya pun berada di kawasan rumah-rumah elite para pedagang, para politikus-politikus, para pemimpin-pemimpin bangsa. Walaupun tergolong elite, rumah itu masih tergolong rumah minimalis, sehingga tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membelinya. Apalagi itu hanyalah rumah sementaranya di Surabaya, rumah aslinya ada di Jakarta. Namun keluarganya ikut semua, karena kunjungan dinas ini sangatlah lama, hampir mencapai satu tahun!

            Bangunan itu terletak di kawasan perumahan di daerah Ketintang. Dengan luas tanah 60 meter persegi dan luas bangunan 45 meter persegi, rumah itu memiliki satu tingkat. Di depan rumahnya, berbagai tipe rumah berdiri di seberang jalan aspal yang berputar, memiliki one-gate system. Rumahnya memiliki taman belakang dan taman depan. Beberapa petak taman depan dijadikannya menjadi jalan berbatu sebagai tempat parkir mobilnya. Rumahnya dipagari besi yang berbentuk persegi panjang yang berukuran setinggi dua meter. Sebuah lampu jalan terletak di depannya dengan pohon kamboja yang tumbuh di sudut tanah, berdampingan dengan rumah di sebelahnya. Kemudian sisa dari jalan berbatu itu, dijadikannya sebagai taman dengan rumput-rumput dan tanaman lidah buaya yang berbaris rapi di samping pagar. Lalu, sebuah tangga kecil yang menghubungkan jalan berbatu tersebut dengan pintu masuk rumahnya.

            Di dalam rumah itu, terdiri dari empat ruangan. Ruangan yang pertama adalah ruang tamu yang langsung terhubung dengan ruang keluarga, ruang makan, dan dapur. Hanya dibatasi sebuah dinding yang menghadap ke dapur, sehingga para tamu tak akan melihat seseorang sedang memasak ketika mereka bertamu. Di ruang tamu, terdapat sebuah meja kaca yang berada di antara dua sofa yang empuk berwarna coklat di atas sebuah karpet yang melindungi pipa-pipa penopang meja itu dari gesekan dengan lantai. Di ruang keluarga terbentang sebuah karpet yang berwarna merah bata serta terdapat beberapa gambar awan biru tanpa langit serta seekor burung dara yang sangat besar. Di depan dinding, terdapat sebuah TV yang cukup besar terpasang di sebuah rak kecil yang terdiri dari dua lemari kecil di bawahnya. Sementara itu di dapur, penuh dengan perkakas-perkakas yang menggantung di paku di dinding, serta sebuah wastafel yang lumayan bersih. Purnomo sendiri tidak memperhatikan hal-hal yang perlu diperhatikan di sini, karena juga mungkin dia sendiri tidak terlalu sering di Surabaya, sehingga dia tidak akan membeli barang-barang yang terlalu penting. Kemudian ruangan yang ke dua adalah kamar mandi yang terletak antara dua kamar tidur. Kamar mandi itu hanya berukuran dua kali tiga meter, namun fasilitasnya sudah lumayan lengkap, seperti WC, shower. Kamar mandi itu terhubung dengan suatu pintu geser yang menghubungkannya dengan kamar tidur milik Purnomo dan istrinya. Di dalamnya, tidak ada lemari, hanya ada sepasang meja berdiri di samping tempat tidur sebagai tempat berdirinya lampu meja yang sekarang menyala. Hanya ada sebuah lemari pakaian sebagai tempat menaruh beberapa pakaian yang dibawa keluarga Yusgiantoro itu ke sini. Koper-koper dan tas pun masih tergeletak begitu saja di kamar tersebut. Sementara anak satu-satunya, laki-laki, sedang tidur dengan lelapnya di kamar satunya yang masih kosong-oblong, hanya terdiri dari sebuah tempat tidur yang berhiaskan para pemain sepak bola.

            Keadaan malam itu sangat sunyi, dan hanya suara belalang yang menemani Purnomo saat itu di taman belakang sambil duduk di sebuah kursi kayu. Dia terus mengamati berkas-berkas tersebut dengan sangat cermat dan hati-hati, berusaha untuk menemukan informasi-informasi yang cukup penting dan membuang informasi-informasi yang tidak terlalu penting. Dan dengan bolpen yang sekarang ia pegang, ia langsung mencorat-coret beberapa kata-kata yang tidak perlu dibaca. Seperti apa yang dilakukannya dulu saat dia menerima berkas-berkas misi yang dulu akan dilakukannya saat dia masih menjadi TNI. Benar-benar pengalaman yang menegangkan, pikirnya. Menembak musuh, bersembunyi di antara rerumputan. Hanya terjadi satu kali dalam seumur hidup ketika aku seperti itu saat masih muda, gumamnya sambil tertawa kecil dengan mengingat masa lalunya yang penuh dengan aksi dan kontroversi.

TelekinesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang