3

285 42 61
                                    

"Yoohyeon-ah!" Gadis tinggi itu menoleh ketika Yoobin memanggilnya. Dia baru saja kembali dari ruang OSIS dan saat ini dia baru saja tiba di kelas. Dia menepuk keningnya melupakan fakta bahwa Yoobin menunggunya di kantin.

"Yoobin, aku ..." Yoohyeon kembali terkejut ketika gadis itu memeluknya. Dia kebingungan.

"Yoobin-ah?"

"Kau tak apa-apa kan? Aku tadi diberi kabar jika Siyeon mengganggumu. Aku minta maaf karena pergi duluan."

Yoohyeon tersenyum lalu balas memeluk Yoobin "gwaenchana. Aku baik-baik saja kok. Jiu sunbaenim menolongku. Siapa yang memberitahu aku diganggu Siyeon?"

"Handong unnie melihatmu diganggu oleh Siyeon. Dia ingin menolongmu tapi dia melihat Jiu sunbaenim datang jadi dia pergi mengabariku," jelas Yoobin sambil melepas pelukannya.

"Ah aku minta maaf sudah membuatmu khawatir Yoobin-ah."

"Lain kali aku tidak akan meninggalkanmu. Sepertinya kau masih menjadi sasaran Lee Siyeon. Mungkin kau tidak akan dilepaskan dengan mudah."

"Hei hei hei apa maksudmu? Lee Siyeon mengincarku? Kenapa?" Yoohyeon bertanya dengan bingung.

"Yoohyeon-ah lebih baik kau kembali ke bangkumu. Lee songsaenim akan masuk ke kelas."

"Hei ..."

Yoobin memberi kode dengan menunjuk seseorang yang baru datang. Yoohyeon menoleh dan mendapati Lee songsaenim tiba di kelas. Yoohyeon menurut meskipun dia masih sebal.

"Kau hutang penjelasan padaku Lee Yoobin," katanya sembari melewati Yoobin dan kembali ke bangkunya.

Yoobin hanya menanggapi dengan tersenyum. Dia memilih untuk fokus dengan mapelnya sekarang.

*****

Setelah pergi entah ke mana, dengan cuek Siyeon kembali ke kelas. Sua yang sudah masuk ke kelas sejak tadi menghela nafas lega karena Siyeon kembali.

Ada satu lagi yang ikut menatapnya prihatin. Kim Jiu. Ketua OSIS itu juga satu kelas dengan mereka. Mereka adalah satu angkatan.

Jiu sangat ingin mengobrol untuk memastikan info yang sudah dia dapatkan. Tapi Siyeon tak bisa disentuh dan tak bisa diajak obrol dengan mudah. Ketimbang berbaur dengan yang lain, Siyeon memilih membuat tembok. Hanya Sua yang bisa mendekatinya.



Karena Sua ...



Sua adalah sepupu Siyeon. Tak banyak yang tahu soal ini. Banyak yang berpikir mereka sepasang kekasih karena kedekatan mereka dan juga karena sama-sama anggota geng sekolah. Hanya Jiu yang tahu soal ini karena dia dan Sua pernah punya hubungan sebelumnya.

"Apa kau khawatir pada Siyeon?" tanya Sua pada Jiu yang terus menatap Siyeon.

"Bukan urusanmu Kim Sua-ssi." Jiu memilih berkutat dengan bukunya.

"Yak Kim Jiu!" Sua menggebrak mejanya membuat semua murid di kelas terkejut. Untungnya hari ini tak ada guru di kelas karena sedang ada keperluan mendadak.

"Kim Sua-ssi jangan membuat kekacauan di kelas. Kerjakan tugasmu atau keluar dari kelas." kata Jiu dingin.

Sua meradang. Dia benci diabaikan seperti ini. Tanpa peduli sekitar dia menghampiri Jiu. Dia sudah lelah dengan semua ini.

Brak!
Sua menggebrak meja Jiu. Jiu hanya melirik sekilas dari kacamatanya.

"Apa kau masih dendam padaku karena hubungan kita kandas? Sudah aku bilang Jiu, kau hanya salah paham!"

"Jangan membawa masalah pribadi kita ke kelas Sua-ssi." Jiu menatap Sua dengan dingin.

"Aku tak peduli! Aku tahu kau membenciku Jiu-ya. Kita tidak bisa berakhir seperti ini. Aku ..."

"Sua-ssi." Jiu tersenyum pada Sua namun sorot matanya berkata lain. Terlihat begitu dingin dan sanggup membuat Sua terdiam "jika kau tidak ingin aku membencimu lebih dalam. Hentikan semua ini dan lupakan hal-hal yang pernah terjadi. Masalah aku membencimu atau tidak, itu adalah urusan hatiku sendiri Sua-ssi. Kau tidak berhak ikut campur."

Tanpa sadar Sua meneteskan air matanya lalu keluar kelas. Semua orang di sana tak berkutik apa-apa melihat pertengkaran tadi. Mereka lebih mencari aman dengan kembali mengerjakan tugas.

"Aku tak pernah menyangka jika kau ternyata bisa menyakiti sepupuku." Siyeon berdiri dari duduknya lalu menatap Jiu "Kau sudah menghancurkan harapannya. Tidakkah kau tahu bagaimana dia mencintaimu?"

"Tidak setelah apa yang dia lakukan." Jiu menjawab dengan dingin.

"Kalau begitu aku yang akan membuatnya melupakanmu. Aku tidak rela kau membuatnya menangis seperti itu."

"Karena kau menyukainya?"

"Sudah kubilang aku dan Sua unnie hanya ..." Siyeon menghentikan ucapannya. Tak ada yang boleh tahu hubungan keluarga Siyeon dan Sua "Terserah. Yang pasti dia hanya mencintaimu." Siyeon mengambil tasnya dan juga milik Sua kemudian keluar kelas.

Jiu terdiam. Dia melepas kacamatanya. Mendadak kepalanya pening setelah kejadian tadi.

Jiu tahu dia keterlaluan. Tapi sakit hati lebih mendominasi dirinya sekarang.

Sua-ya semoga kau tak apa-apa. Maaf karena terlalu menyakitimu, batin Jiu sedih.

*****

Sua memilih menyendiri di salah satu ruangan belakang sekolah tempat dirinya dan Siyeon menenangkan diri di sana. Dia menangis merasa hatinya begitu tersakiti. Dia tak pernah mengerti kenapa Jiu begitu membencinya. Jika memang karena hubungan mereka yang kandas, tidakkah lebih baik jika mereka kembali seperti sedia kala?

Sua sangat meyakini jika Jiu masih mencintainya. Meskipun yang ditunjukkan oleh Jiu adalah rasa benci terhadap dirinya.

"Hentikan tangisanmu untuknya unnie."

Sua menoleh dan mendapati gadis Lee itu menyodorkan sebuah sapu tangan untuknya. Sua tersenyum simpul mendapati Siyeon masih peduli kepadanya.

"Kenapa kau ke sini Siyeon-ah?"

"Menurutmu? Apa aku setega itu membiarkan sepupuku terluka karena Kim Jiu. Aku masih heran kepadamu karena begitu mencintai Ketua OSIS sialan itu." Siyeon mengungkapkan kekesalannya. Sua tersenyum mendengar omelan Siyeon.

"Kau tidak tahu begitu kuatnya cinta, Siyeon-ah. Kelak kau akan tahu nantinya."

Siyeon mendecak kemudian memilih tiduran di ruangan sempit itu.

"Aku tak pernah ingin merasakan cinta jika akhirnya aku akan berakhir bodoh sama sepertimu."

"Bukan Jiu yang salah. Aku yang salah. Aku yang membuatnya cemburu. Aku yang membuatnya pergi dari sisiku. Jika saja ..."

"Stop unnie. Berhenti menyalahkan dirimu. Jika dia memang mencintaimu harusnya dia mendengarkanmu. Kau jangan bodoh."

"Itu karena dia begitu mencintaiku. Kau tahu Siyeon-ah, aku percaya Jiu masih mencintaiku. Tak peduli dia menunjukkan bagaimana dia begitu membenciku, aku percaya dia masih menyimpan hatinya untukku."

"Terserah kau unnie. Aku akan tidur. Kita kembali setelah pulang sekolah."

Siyeon-ah kuharap cepat atau lambat kau akan menemukan cintamu. Dan kau akan tahu bagaimana cinta membuatmu bodoh namun bahagia dalam waktu bersamaan, batin Sua.



to be continue ...

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang